Zuhud Terhadap Dunia
Unknown
02.00
0
Singkatnya saya katakan : “Takut akan kelangsungan hidup adalah penyebab yang mencegah dirimu daripada berangkat berperang di jalan Allah, mencegahmu daripada mengadakan perlawatan dan berjihad. Hidup mewah dan royal adalah penyebab yang merintangimu berjihad. Jika tidak, apa yang menjadikan kita …. Yang menjadikan kita tunduk kepada Rusia? Apa yang menjadikan kita tunduk kepada para penguasa Thaghut? Apa? Semua adalah karena kekhawatiran terhadap harta dunia. Kita punya sedikit harta. Lalu kita mencari seseorang yang bisa menjaga kita dan melindungi harta kita. Dan akhirnya kita tunduk kepada mereka dan merendahkandiri di hadapan mereka serta berjalan seperti yang mereka inginkan.
Maka dari itu, kamu harus meninggalkan kesenangan duniawi, kamu harus hidup zuhud, kamu harus hidup sederhana dan memperkecil/memperketat nafkah. Memperkecil nafkah yang kamu belanjakan untuk dirimu sehingga kamu tetap bertahan hidup. Di tingkat kehidupan manapun kamu berada, kamu tetap bisa hidup … jika kamu melihat tingkat kehidupan para sahabat, maka hampir-hampir tidak kamu dapati perbedaan besar di antara mereka … antara rumah tangga Umar bin Al-Khatthab dengan rumah tangga Utsman bin Affan. Yang ini adalah orang terkaya dan yang itu adalah orang miskin. Atau rumah tangga Abdurrahman bin Auf dengan rumah tangga Bilal … hampir-hampir tidak kamu dapati perbedaan yang besar dan menyolok.
Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya dan minta ampunan kepada-Nya. Dan kami berlindung diri kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amal-amal kami. Barangsiapa diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkanny. Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah saja tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya; telah menyampaikan risalah, menunaikan amnah dan menasehati umat. Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteran dan keselamatan kepada junjungan kita Muhammad, serta kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Adapun kemudian
Wahai saudara-saudaraku … Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh (mudah-mudahan keselamatan, rahmat dan barakah Allah dilimpahkan atas kalian). Kami berharpa mudah-mudahan Allah menerima amal baik kita semua. Kami berharap semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengaruniakankeikhlasan, keistiqamahan dan keteguhan kepada kami dan kalian. Kami berharap mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla melapangkan dada kita untuk menerima keimanan, pokok-pokoknya dan cabang-cabangnya dan membuat hati kita cinta kepada keimanan dan benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan dan menjadikan kita tergolong di antara orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
A. Nikmat Besar
Di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia adalah membuat hatinya cinta untuk melakukan ibadah. Ini adalah nikmt terbesar yang didapatkan oleh seorang hamba. Maka dari itu berdoalah selalu agar Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan hatimu dan dadamu cinta kepada keimanan. Dahulu para sahabat selalu berdoa dengan “Allahumma ij’al hubbaka wa hubba rasuulika wa hubbal A’mala bidiinika ahabbal a’maali ilaa quluubinaa” artinya : Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada Rasul-Mu dan kecintaan beramal dengan –tujuan—agama-Mu sebagai amalan yang paling disukai hati kami.”
“Tiga perkara yang barangsiapa ada di dalamnya akan merasakan manisnya iman. Di antaranya: Benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka.”
Sebenarnya … jiwa manusia diciptakan Allah dalam keadaan baik, dalam keadaan fitrah. Akan tetapi jiwa tersebut terkondisikan oleh adat kebiasaan dan terbentuk oleh tradisi-tradisi yang mempengaruhi pertumbuhannya sejak dari bayi.
Tumbuh dewasa anak-anak di lingkungan kita
Mengikuti apa yang dibiasakan oleh ayah bundanya.
Jiwa manusia menjadi tergantung secara berangsur-angsur terhadap segala hal yang biasa ia lakukan. Maka ketika kebiasaan itu harus diberhentikan, terasa beratlah baginya.
Nikmat paling besar yang didapatkan seorang hamba adalah jika Allah mengaruniakan padanya rasa cinta beribadah. Oleh karena itu Umar bin Khatthab r.a. pernah mengatakan : “Sesungguhnya bagi hati ada saat menghadap dan ada saat berpaling. Apabila hati dalam keadaan menghadap, maka pergunakanlah ia untuk mengerjakan nawafil (amalan-amalan sunnah). Dan apabila hati dalam keadaan berpaling, maka pergunakanlah ia untuk mengerjakan faraidh (amalan-amalan wajib).”
Bagaiamana halnya jika amalan yang kita kerjakan adalah fardhu sedangkan ia sebagaimana yang digambarkan Allah ‘Azza wa Jalla (Wa huwa kurhun lakum artinya : padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci)?”
Memang benar berperang itu dibenci oleh hati, akan tetapi ia mudah bagi seseorang yang dimudahkan Allah atasnya –mudah--. Oleh karena itu Rasulullah saw bersabda :
“Siyahah (melancong)nya umatku adalah jihad fie sabilillah.” 2)
Rasulullah saw dalam sebuah hadits shahih bersabda :
“Berjihadlah kalian, karena sesungguhnya jihad itu adalah pintu di antara pintu-pintu surga. Allah menghilangkan dengannya kesedihan dan kedukaan hati.” 3)
B. Rasa Senang Berkhalwat dengan Allah
Sebenarnya … manusia merasa senang dalam kesendiriannya ini berlaku bagi manusia yang jiwanya baik dan bersih. Sebaliknya jika jiwa itu ada suatu yang mengotorinya, maka kesendirian itu ia rasakan sebagai sesuatu yang menyiksa dirinya.
Karena itu, orang-orang shaleh suka berkhalwat (menyendiri, mengasingkan diri), oleh karena mereka bersama Allah. Adapun orang-orang yang jiwa mereka belum bersih, maka mereka suka bercampur/berhubungan dengan manusia supaya jiwa mereka bisa senang. Kesenangan hati bagi orang-orang shaleh adalah bilamana mereka dapat bermunajat dan berkhalwat dengan Rabbul ‘Alamin. Pada saat mana dia melihat dirinya dalam keadaan beribadah kepada Allah maka pada saat itulah jiwanya senang.
Oleh karenanya, kaum salaf –semoga Allah meridhai mereka—menganggap bahwa qiyamul lail (shalat malam) adalah bagian dari hidup mereka. Bagian dari hidupnya, soalah-olah ia adalah salah satu bagian dari anggota badannya. Adalah seseorang di antara mereka sangat besar penyesalannya apabila sampai terluput dari shalat tahajjud.
Diriwayatkan tentang Tamim Ad-Dari, bahwasanya pernah ia terluput dari shalat tahajud satu malam. Maka dia bersumpah pada dirinya untuk tidak tidur pda malam hari selama setahun penuh.
Sabda Nabi saw
“Barangsiapa tidur malam sampai pagi, maka sesungguhnya setan telah mengencingi telinganya.” 4)
Oleh karena itu shalat tahajud merupakan bagian dari kehidupan mereka.
Sabda Nabi saw :
“Kerjakanlah shalat tahajjud, karena sesungguhnya shalat tahajjud itu adalah adat kebiasan orang-orang shaleh sebelum kalian.” 5)
Kebiasaan …. Ya menjadi kebiasaan mereka. Sebagaimana engkau terbiasa makan dua kali atau tiga kali sehari. –kalian makan dua kli atau tiga kali – sebagian di antara manusia ada yang makan lemakali sehari dan sebagian yang lain ada yang makan enam kali sehari!!
Adapun orang-orang salaf –semoga Allah meridhai mereka—mereka makan dua kali sehari. –seseorang makan menurut kadar aktivitsnya. Kita mampunyai aktivitas yang lebih banyak daripada orang-orang salaf--. Mereka makan pada pagi hari dan sore hari. Makan pagi mereka namakan “Shabuh dan makan sore mereka namakan ‘Ghabuq”. Ya hanya dua kali … sedangkan kita menambahnya dengan pekerjaan rutin yang ketiga, sebab pekeraan dan kewajiban kita bertambah banyak daripada pekerjaan dan kewajiban orang-orang salaf!!!
Adapun orang-orang Amerika dan orang-orang Barat, na’udzu billah, mereka makan lima atau enam kali secara rutin dalam sehari. Engkau akan senantiasa melihat mereka makan atau minum. Minuman Pepsi, Cola selalu menempel di pinggir tempat duduk mereka atau di bagian muka mobil mereka. Sehingga apa?! Sehingga Pepsi Cola selalu berada di muka mereka.
Ketika di Amerika, saya melihat salah seorang ikhwan bergaya seperti itu. Dia menaruh gelas dan keranjang makanan di mobil, lalu saya mengatakan : “Barangsiapa hidup di tengah suatu kaum selama empat puluh hari, maka jadilah ia salah seorang di antara mereka.”
Adalah shalat tahajud merupakan bagian dari kehidupan orang-orang salaf. Menjadi suatu kebiasaan dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Adalah jihad menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka, kendati fardhu jihad pada masa kehidupan mereka h ayalah merupakan fardhu kifayah. Pada masa kehidupan sahabat, jihad hukumnya adalah fardhu kifayah. Sedangkan jihad dalam masa kehidupan kita sekarang ini adalah fardhu ‘ain.
Jika engkau masuk kota Madinah –pada saat itu--, maka engkau tidak akan melihat generasi pertama dari umat ini yang berada di sana melainkan sedikit saja. Lalu di mana gerangan mereka? Mereka melawat ke permukaan bumi, mereka menyebar ke seluruh tempat.
“Siyahah (melawat)nya umatku adalah jihad.”
Benar … seluruh dunia. Mereka menaklukkan dunia seluruhnya –sungguh alangkah menakjubkan kau dapati mereka pada masa pemerintahan Umar berada di Rusia--. Wilayah Samarkand, Bukhara, Thasyqan dan sekitarnya. Wilayah Kasghar dan sekitarnya. Wilayah timur Cina, Moro dan yang lain. Pada masa pemerintahan Umar dan Utsman, kaum muslimin telah sampai di daerah-daerah tersebut. Sungguh menakjubkan !! bagaimana mereka bisa sampai di negeri-negeri itu?!!
Tiap orang di antara mereka senantiasa pergi berjihad, sehingga jihad menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Mereka punya anak-anak di Madinah Munawaroh, lalu di mana mereka lahir? Mereka lahir di Madinah Munawwaroh.
Para sahabat pilihan ada di sana, akan tetapi berapa banyak sahabat yang meninggal di Madinah? Di Madinah, sampai sekarang hanya ada satu makam pekuburan saja, yakni kuburan Baqi’.
Para sahabat yang dikuburkan di kuburan Baqi’ –di taman Baqi’—hanya sekitar 257 orang. Jadi lebih kecil dari seper empat ratus persennya, oleh karena mereka yang pergi haji bersama Rasulullah saw sebanyak 114.000 orang. Mereka bertebaran di muka bumi. Tak ada yang dapat melemahkan tekad mereka, baik istri, anak, harta ataupun yang lainnya. Kesederhanaan hidup dan kezuhudan mereka di dunia, menjadikan mereka mencintai jihad dan menjadikan jihad itu mudah bagi mereka.
C. Kendala-kendala
Banyak kendala yang menyebabkan seseorang meninggalkan fardhu jihad. Kendala-kendala itu antara lain ialah anak, istri dan harta.
Sekarang ini, apabila seseorang menikahi wanita –meski ia tergolong Da’iyah besar dan memiliki semangat yang tinggi untuk berjihad dan berperang--, maka ia akan memberikan beberapa persyaratan kepadanya (yakni calon suami) …. Kamar tidur, perabot, rumah, kendaraan dan lain sebagainya … kemudian jika sang lelaki mengatakan : “Saya datang dari bumi jihad. Saya menikahi dan kemudian akan kembali lagi ke sana. Bagaimana pendapatmu ? …. Demi Allah saya tidak bisa hidup sendiri di sini, lantas pergilah ia bersama istrinya ke Pesawar, seminggu berlalu tak ada apa-apa. Namun dua minggu kemudian muncul problem. Istrinya mengeluh dan mengatakan padanya, “Demi Allah, aku rindu tanah air, aku rindu keluarga di sana.” Maka demikianlah di manapun ia berada selalu membikin dia payah dan repot …. Bagaimana pendapat kita tentang wanita yang mau tetap tinggal di Pesawar … hidup di Pesawar … segala macam dia miliki. Makanan, daging, buah-buahan dan segala sesuatu. Kenapa demikian?!! Oleh sebab jiwanya telah terlanjur lekat dengan kebiasaan-kebiasaannya titik!!!
Tetangga-tetangganya lebih ia cintai daripada tetangga-tetangga barunya yang datang untuk melaksanakan fardhu jihad dari Rabbul ‘Alamin –jiwanya belum dapat melepaskan diri dari sangkar kehidupannya selama ini sangkar kehidupan yang mengurung dirinya …. Sangkar adat dan tradisi—. Sejumput pasir di Jeddah atau di Riyadh lebih ia cintai daripada bumi jihad. Kota Oman, Kuwait, Qahirah dan seterusnya lebih ia cintai. Mengapa demikian? Sebab hatinya belum benar-benar dicintakan kepada keimanan. Maka akhirnya jadilah seorang lelaki berada di antara siksaan wanita yang diperistrinya dan siksaan batin yang mencelanya karena ia meninggalkan kewajiban jihad.
Kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa berpangku tangan dari kewajiban jihad dosanya adalah seperti dosa orang yang meminum arak. Permisalannya seperti permisalan orang yang mencuri. Ibnu Taimiyah Rahimahullah, dalam kitabnya Majmu’ Al-Fatawa –kalau tidak salah pada jilid 15 hal : 313—mengatakan : “Para pencudi, para peminum arak, para pezina dan orang-orang yang meninggalkan jihad dicampurkan satu dengan yang lainnya dan diberikan pada mereka satu macam hukum. Orang yang meninggalkan jihad tempatnya adalah di antara orang-orang yang mencuri dan di antara orang-orang yang meminum khamer.”
Tak pernah dalam suatu kurun waktu, kewajiban jihad atau fardhu jihad menjadi kewajiban yang dirasakan terlalu amat berat seperti waktu sekarang ini. Pada masa kehidupan orang-orang salaf, jihad merupakan perkara yang biasa bagi mereka. Mereka juga mempunyai anak, mereka juga punya istri. Namun mereka tidak akan segan-segan menthalaq istrinya, jika mereka menghalang-halangi langkahnya menuju jihad … engkau suka hidup seperti ini atau tidak? Engkau mau tinggal di Madinah saja? Silakan … saya akan pergi berjihad. Maka jika sang istri membantah perkataannya atau menghalang-halangi kemauannya untuk pergi berjihad, maka rumah orang tuanya ada (maksudnya dia bisa mengembalikan istrinya ke rumah mertuanya) … dan thalak ada (maksudnya dia berhak menthalaknya) … satu kalimat “Aku thalak engkau.” Selesai permasalahan. Oleh karena perkawinan pada saat itu tidaklah terlalu bertele-tele dan berbelit-belit. Harus ada ranjang pengantin …. Ada kamar tidur … ada mobil Mercedez dan mobil bukan Mercedez dan lain sebagainya. Adalah masalah-masalah pernikahan saat itu tidak serumit dan semahal sekarang. Malahan ada di antara mereka yang perkawinannya hanya dengan mahar cincin besi seharga tiga Dirham.
Seluruh Ummahatul Mukminin, diperistri Rasulullah saw dengan mahar tidak lebih dari 500 Dirham. Tak ada seorangpun di antara mereka yang maharnya lebih dari 500 Dirham. Katakanlah 1 Dirham sama degan 3,2 gram perak. Maka 500 Dirham berarti sekitar 1.600 gramperak. Taruhlah misal : 1 gram perak harganya 10 Riyal. Maka 16.000 Riyal adalah mahar Ummahatul Mukminin yang termahal. Menurut perhitunan kita sekarang 1.600 x 10 = 16.000 Riyal adalah masalah yang mudah. Dan itu adalah mahar termahal yang diberikan Nabi saw kepada salah seorang istrinya.
Adalah Rasulullah saw pernah bersabda :
“Tuntutlah –mahar--, meskipun hanya sekedar cincin besi.” 6)
Masalahnya amatlah mudah sekali. Nikah mudah, cerai mudah, hidup jua mudah, bahkan sangat mudah sekali. Kita sendirilah yang sebenarnya mempersulit urusan-urusan kita, sehingga kita lalaikan ibadah jihad.
D. Pondasi Besar
Dunia dan jihad tidak akan pernah saling bertemu. Semakin engkau berlapang-lapang dengan dunia, maka semakin merintangi uruan-urusan jihadmu. Semkain bertambah kemewahan hidupmu, maka semakin bertambah pula keenggananmu pergi berjihad. Kemewahan adalah musuh jihad. Berlapang-lapang dalam soal duniawi adalah musuh jihad. Gaya hidup jetset adalah musuh jihad. Zuhud adalah pondamen besar yang menjadi landasan sehingga jihad bisa tegak di atasnya.
Memang benar, kesederhanaan akan banyak membantumu dalam melaksanakan kewajiban jihad. Banyak membantu dalam jihad. Oleh karena itu, tidaklah sia-sia kalau Rasulullah dan para sahabat menjadikan sikap zuhud sebagai salah satu ting kehidupan mereka.
(Tak pernah keluarga Muhammad merasakan kenyang dari roti Sya’ir –jenis gantum—sampai dua hari berturut-turut) 7)
Kenapa sampai demikian? Bukankah beliau memperoleh bagian seperlima dari hasil ghanimah dan seperdualima dari ghanimah perang Khaibar adalah haknya? Kenapa demikian? Kenapa keluarga Muhammad tidak pernah kenyang dari roti Sya’ir selama dua hari berturut-turut? Berkata ‘Aisyah : “Kami tidak pernah merasa kenyng dari buah korma melainkan sesudah penaklukan Khaibar.” Kenapa demikian? … Ketika Rasulullah saw wafat, maka tidak ada di dalam rumahnya kecuali sedikit Sya’ir (jenis gandum), sedangkan baju besinya masih tergada pada seorang Yahudi sebagai jaminan hutangnya sebanyak 30 Sha’ Sya’i … ya tergadai pada seorang Yahudi!!!
Apabila seseorang memikirkan nash hadits ini, maka ia akan mengatakan : “Mengherankan sekali, di mana gerangan para sahabat waktu itu? Di mana letaknya kemurahan hati mereka? Di mana kemurahan hati yang dimiliki Utsman dan Abdurrahman bin Auf? Mereka telah memaksa diri Rasulullah saw untuk pergi kepada seorang Yahudi dan meminjam padanya dengan menggadaikan baju besinya.
Memang benar, nash tadi menunjukkan bahwa para sahabat tidak memberi dan bermurah hati kepada Nabi saw, akan tetapi yang sebenarnya beliau tidak memberitahukan hajatnya kepada seorangpun. Seandainya beliau minta pinjaman kepada Abdurrahman atau Utsman atau yang lain, maka sudah dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan minta pengganti apapun kepada beliau. Sementara Rasulullah saw sendiri lebih senang meminjam meski kepada seorang Yahudi atau menyerahkan baju besinya sebagai borg/jaminan sehingga dengan demikian beliau tidak meminta sesuatu kepada seoranppun. Kenapa beigu? Karena ‘Izzah (kemuliaan, tak mau dihinakan merupakan salah satu pilar dari pilar-pilar jihad. Dan zuhud adalah salah pilar dari pilar jihad. Orang yang hina tidak akan berani berjihad. Kemuliaan diri adalah sangat penting. Penting buat jihad.
Oleh karena itu, para sahabat pilihan dahulu di minta bai’at (janji)nya oleh Rasulullah saw …. Janji apa? Agar mereka tidak meminta sesuatu kepada orang lain. Di antara mereka terdapat Abu Bakar, terdapat pula Tsauban Maula Rasulullah saw. Adalah salah seorang di antara mereka yang terjatuh cambuknya ketika sedang menunggang kuda. Maka ia turun dan mengmbilnya, padahal ada banyak orang di sekitranya. Pernah suatu ketika cambuk yang dipegang Abu Bakar jatuh di saat dia sedang menunggang kuda. Maka ia turun dan kemudian mengambil cambuk yang jatuh itu … lalu orang-orang yang kebetulan berada di sekitarnya mengatakan : “Wahai Khalifah Rasulullah, sebenarnya cukup kami yang mengambil cambuk itu untukmu sebab kami ada di bawah sehingga lebih gampang mengambilnya.” …. Namun apa jawaban Abu Bakar? Dia menjawab : “Kami telah membuat janji dengan Rasulullah saw untuk tidak meminta sesuatu apapun kepada manusia.”
“Izzah …. Tidak bergantung kepada semua manusia …. (Janganlah engkau menggantungkan sesuatu meminta-minta kepada manusia meskipun hanya sekedar serpihan batang siwak). Makanlah kayu ini ….. kayu siwak. Jangan meminta kepada manusia. Demi Allah, sekiranya kita telah melepaskan ketergantungan kita kepada manusia,maka bagaimana mungkin kita bisa menunduk? Apa yang membuat manusia tunduk dan merendahkan dirinya di hadapan para penguasa atau Thaghut? Apa yang menjadikan mereka berlaku demikian? Bukankah kr khawatir terhadap gaji?? Tentu saja!!
E. Takut terhadap Kelangsungan Hidup
Non pegawai/aparat tidak mendapatkan gaji dari pemerintah, maka mereka tidak takut intel. Namun sebaliknya dengan par apegawai negeri, mereka selalu dihantui rasa kekhawatiran. Mereka takut menyampaikan kebenaran karena takut akan dipecat, atau tidak dinaikkan pangkat dan sebagainya.
Boleh jadi salah seorang di antara mereka mengatakan –dan ini mewakili opini umum-- : “Sekaran ggaji saya sebulan 10.000 Dirham. Jika saya dipecat, maka dari mana saya bisa mengeluarkan uang seratus Dirham?” karena itu ia menundukkan diri sepanjang hidupnya. Tak pernah sekalipun menyelisihi pemerintah kendati ia diperintah untuk beruat maksiat atau melakukan perbuatan mungkar. Bahkan seandainya mereka memerintahkan padanya : “Bunuhlah orang Islam itu!”, maka ia akan melaksanakannya. Gantung orang Islam ini! Maka ia akan menggantungya agar supaya gaji bulanannya tetap ia terima.
Sebaliknya dengan orang Islam yang bukan pegawai negeri. Ia orang yang independen, tidak tergantung kepada manusia. Apakah ia meminta-minta kepada manusia? Tidak, ia tidak minta-minta kepada manusia. Sekarang seandainya saya mengatakan kepada orang Suria : Hafizh Asad mencari-carimu dan bertanya tentang dirimu.” ---meski ia berada di sini—tetap saja merasa takut. Akan tetapi jika seandainya saya katakan kepada orang Afghan : “Hafidz Asad bertanya tentang dirimu.” Demi Allah, apa maunya Hafizh Asad?! –maka jawabannya akan selalu demikian –pent.)
Dalam Muktamar Islam di Kuwait, seorang delegasi dari Libya datang menemui utusan Mujahidin Afghan. Kata delegasi tersebut kepada Syaikh Sayyaf : “Kalian melatih pemuda dan kemudian mengirimkannya ke Libya untuk membunuh Kolonel (Ghadafi).” Maka Syaikh Sayyaf menjawab : “Benar! Ketika kalian hendak membunuh pemuda-pemuda muslim, maka kalian sengaja mengatur rencana tersebut lebih dahulu. Sekarang saya singkat saja, kalian menuduh mereka pergi ke Afghanistan untuk turut serta berjihad.” Kebetulan Syaikh Yunus Khalis saat itu ikut hadir. Dia bertanya kepada rekan-rekannya : “Apa maunya orang ini?” Mereka menjawab : “Orang ini mengatakan bahwa kita melatih pemuda-pemuda Libya dan mengirimkan mereka kembali untuk membunuh Ghadafi.” Habis mendengar keterangan tersebut, Syaikh Yunus Khalis mengatakan kepada orang tadi : “Demi Allah, kami tak tahu di mana Ghadafi! Kai tak tahu tentang kamu! Kami punya problem intern yang menyibukkan diri kami sendiri. Pergilah anda!!”
Tatkala kami hendak menulis tentang Syahid dari Suria, maka kami diprotes. “Jangan tulis namanya yang asli dan jangan anda sebarkan potretnya.” Orang Afghan bergambar dengan senjata Dasaka (DScK) dan bergambar dengan senjata RPG dan berkata : “Sebarkanlah! Kenapa demikian? Sebab orang Afghan tidak punya keperluan dengan Hafizh Asad sedangkan orang Suria punya keperluan dengan Hafizh Asad. Mereka memerlukan dokumen dari Hafizh Asad, dokumen yang bernama PASPORT.
Jika demikian kebutuhan kita kepada manusia itulah yang menjadikan kita merendah kepada manusia. Bukankah demikian? Tentu saja!
Sekarang tentang orang-orang Irak … ceritakan tentang Sadam padanya, tentu ia akan gemetar ketakutan begitu mendengar namanya disebut … kenapa demikian? Sebab ia menyangka pada suatu masa kelak, walau sesudah lewat 100 tahun –karena ia berfikir Sadam hidup 233 tahun—ia akan kembali lagi ke Irak dan ia akan dihukum dan disiksa Sadam. Ia merasa takut walau berada ribuan mill jauhnya dari Sadam.
Orang-orang Yordania juga takut membicarakan Raja Husain … kenapa? Takut atas dokumen tersebut.
Jika demikian, hajat itu berperanan penting dalam membuat hina dan mulianya seseorang … jika seseorang tidak menghajatkan sesuatu dan tidak menghendaki sesuatu dari mereka, maka akan selesailah persoalan .. ia akan menjadi orang merdeka jika saya katakan kepada orang Afghan : Raja Husain jengkel kepadamu.” “Demi Allah seandainya semua penguasa mengikutinya, namun apa peduliku!”
Jangan …. Jangan meminta! Jangan meminta sesuatu kepada manusia. Anjing mendapatkan roti (makanan) di atas tong-tong sampah. ---kenapa kita harus meminta-minta?—
Berkata Imam Asy-Syafi’i dalam sebuah sya’ir :
“Aku, jika aku hidup, maka aku tidak akan kekurangan makan
dan jika aku mati, maka aku tidak akan kehilangan tempat penguburan
Keinginanku adalah keinginan para raja dan jiwaku adalah jiwa yang merdeka
Yang menganggap kehinaan bak kekufuran
Jika manusia merasa dirinya cukup dan tidak menghajatkan kepada orang lain maka dia akan mulia dan berani berjihad. Sebaliknya, jika manusia punya ketergantungna dan masih memerlukan orang lain, maka ia akan menjadi hina. Menghinakan dirinya kepada mereka dan tidak mampu memberontak, karena jiwanya risau dan terkekang.
Inilah sekelumit kisah tentang Abu Dzar. Siapakah orang yang mau mempedulikan Abu Dzar r.a. ? suatu ketika salah seorang sahabat atau tabi’in masuk rumah Abu Dzar. Dan tidak menemukan sesuatu di sana … hai Abu Dzar!” katanya. “Ya, saya.” Jawabnya. Sahabat tadi bertanya : “Mana barang-barangmu?” –dia tidak memiliki apapun, baik tempat tidur ataupun kasur—Abu Dzar menjawab : “Saya telah memindahnya ke tempat tinggal yang kedua.” Namun sahabat tadi memprotes seraya mengatakan : “Akan tetapi engkau hidup di suatu tempat tinggal yang mesti ada sesuatu di dalamnya.” Abu Dzar menjawab : “Akan tetapi pemilik tempat tinggal itu tidak menghendaki aku ters menetap di situ, dan Dia akan mengeluarkan aku.” Urusan dunia sama sekali tidak membuatnya susah dan khawatir … tak ada sesuatu yang membuat ia susah dan perduli. (Maksudnya dalam urusan-urusan dunia, pent.)
Suatu ketika Muslim bin ‘Aqil jatuh sakit. Lalu Ubaidullah bin Ziyad menjenguknya. “Ubaidullah adalah thaghut (penguasa lalim yang melampaui batas) yang membunuh Husain r.a. Dia adalah panglima pasukan Yazid bin Mu’awiyah di Irak –laa haula walaa quwwata illaa billaah—Negeri Irak ini selalu diuji, selalu diuji dengan berbagai musibah sejak datangnya fajar Islam sampai sekarang.
Tak ada kawasan negeri jArab yang mengecap kejadian-kejadian tragis serta tertimpa berbagai cobaan dan musibah sepersepuluhnya atau seperempatnya atau setengahnya dari cobaan dan musibah yang pernah menimpa negeri Irak … musibah kaum Syiah, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Khawarij, berbagai pembantaian, peperangan dan sebagainya.. kemudian akhirnya Rabb kita menguasakan negeri tersebut kepada Saddam. Ini adalah bencana besar di antara bencana-bencana besar yang melanda dunia!!
Ya bencana, bencana paling besar. Pemuda yang tidak ikut perang mereka bunuh. Mayatnya tidak mereka serahkan kepada keluarganya melainkan sesudah keluarga pemuda tersebut membayar harga peluru yang membunuh anak mereka … memang benar, mereka harus menerima jasad mayat tersebut dengan gembira. Jika mereka tidak gembira, maka mereka akan dipenjara. Demi Allah, itu betul-betul musibah dari segala musibah.
Singkatnya saya katakan : “Takut akan kelangsungan hidup adalah penyebab yang mencegah dirimu daripada berangkat berperang di jalan Allah, mencegahmu daripada mengadakan perlawatan dan berjihad. Hidup mewah dan royal adalah penyebab yang merintangimu berjihad. Jika tidak, apa yang menjadikan kita …. Yang menjadikan kita tunduk kepada Rusia? Apa yang menjadikan kita tunduk kepada para penguasa Thaghut? Apa? Semua adalah karena kekhawatiran terhadap harta dunia. Kita punya sedikit harta. Lalu kita mencari seseorang yang bisa menjaga kita dan melindungi harta kita. Dan akhirnya kita tunduk kepada mereka dan merendahkandiri di hadapan mereka serta berjalan seperti yang mereka inginkan.
Maka dari itu, kamu harus meninggalkan kesenangan duniawi, kamu harus hidup zuhud, kamu harus hidup sederhana dan memperkecil/memperketat nafkah. Memperkecil nafkah yang kamu belanjakan untuk dirimu sehingga kamu tetap bertahan hidup. Di tingkat kehidupan manapun kamu berada, kamu tetap bisa hidup … jika kamu melihat tingkat kehidupan para sahabat, maka hampir-hampir tidak kamu dapati perbedaan besar di antara mereka … antara rumah tangga Umar bin Al-Khatthab dengan rumah tangga Utsman bin Affan. Yang ini adalah orang terkaya dan yang itu adalah orang miskin. Atau rumah tangga Abdurrahman bin Auf dengan rumah tangga Bilal … hampir-hampir tidak kamu dapati perbedaan yang besar dan menyolok.
F. Nostalgia
Pada tahun 1966, kami berada di Kamp Latihan Militer –seperti Kamp Latihan Militer di sini--. Lalu seorang penulis komunis yang tela berpindah ke agama Islam mengunjungi kami. Namanya Muhammad Jalal Kisyk. Dia datang untuk melihat kami secara lebih dekat. Dia tinggal bersama kami selama tiga hari. Makanan kami pada saat itu sederhana sekali, jauh lebih sedikit daripada makanan dalam Kamp Latihan ini …. Saya ingat, selama empat bulan di Kamp Latihan, saya hanya sekali saja merasa kenyang …. Betul, mereka hanya memberikankami roti setengah potong. Roti Lebanon roti yang tipis lembarannya, yang apabila ditiup akan terbang. Setengah potong pada pagi hari. Lalu berdiri –antri—di depan ceret Zaitun. Setelah dikasih sepuluh bulir, maka kami harus berjalan. Tanpa air teh. Pada waktu itu, ada bersama kami seorang bekas menteri dari Sudan. Namanya Muhammad Shaleh Umar –beliau akhirnya mati syahid--. Muhammad Shaleh sebelumnya adalah seorang menteri di negerinya. Lalu ia tinggalkan dunia dan datang serta hidup bersama kami. Dia minta segelas teh kepada komandan. Namun komandan mengatakan : “Tidak mungkin.” Perlu diketahui bahwa orang-orang Sudan tidak suka buah zaitun hijau. Mereka tidak memakannya. Jadi mereka hanya makan roti kering … setengah potong roti.
Yang penting –tentu saja—disiplin berlaku atas semua orang. Atas komandan dan atas tentara.
Demikian pula dalam soal piket jaga, disiplin tersebut tetap berlaku …. Suatu ketika Muhammad Jalal Kisyk kebagian jatah berjaga. Lalu datang seorang dari Amman, dia datang membawa satu kotak apel –sebagai hadiah untuk kami di Kamp Latihan--. Lalu apel tersebut dibagi-bagi. Setiap orang mendapat satu buah apel, adapun Muhammad Jalal Kisyk saat itu sedang berjaga. Maka kawan-kawan mengambilkan satu buah apel untuknya. Ketika diberi apel, ia memandang dengan heran, lalu ia berkata setengah tidak percaya : “Ini khayalan atau kenyataan? Saya sedang bermimpi barangkali …. Sebuah apel di Kamp Latihan ?!” Akhirnya kawan-kawan menjelaskan padaya bahwa ada seorang ikhwan yang datang membawa hadiah itu.
Daging …. Tak ada daging … benar, setiap hari hanya ada kacang Adas, mereka datang membawa roti untuk kami sebulan sekali. Roti itu datang dari Amman –sekarang ibu kota Yordania--. Kemudian dikeringkan di bawah panas terik matahari. Setelah dikeringkan dan menjadi keras, maka roti tersebut dimasukkan ke dalam karung. Kemudian pada setiap waktu makan dibagi-bagikan kepada kami setengah lembar dari roti kering itu. Untuk memecahkan/menumbuk roti kering tersebut, ikhwan-ikhwan terpaksa memakai kayu, sebab roti tersebut sangat keras. Benar, bahkan ada salah seorang ikhwan yang giginya cuil/pecah gara-gara menggigit roti tersebut …. Kalau kalian percaya pada saya, maka kalian melihat pemuda –satu di antara kami— berumur antara 22 sampai 23 tahun, namun gigi mereka rusak gara-gara roti kering itu.
Kalian sekarang di sini betul-betul nikmat …. Yang penting …. Ketika Muhammad Jalal Kisyk mengambil buah apel tadi, ia mengatakan : “Saya percaya bahwa di Kamp Latihan ini ada buah apel!!” kemudian ia berkomentar lebih lanjut : “Demi Allah andaikan dunia Islam hidup seperti kalian, pastilah seluruh dunia dapat kita taklukkan.” Ya memang benar …. Separuh roti beberapa biji zaitun. Berapa biayanya ? berapa pengeluaran nafkahnya?
Sekarang ambillah contoh pemimpin jihad Afghan, Hikmatyar. Nafkahnya sebulan 1500 Rupee –yakni sekitar 300 Riyal Saudi Arabia—orang macam ini untuk apa menghajatkan dunia? Orang seperti ini bagaimana mungkin merendahkan diri kepada seseorang di dunia? 300 Riyal di tempat manapun akan mudah didapatkan. Andaikan bekerja dua hari atau tiga hari, seseorang bisa memperoleh 300 Riyal. Taruhlah misal andaikan penguasa-penguasa kita hidup dengan belanja seribu kali lipat saja dari belanja hidup seorang macam Hekmatiyar, yakni 300 x 1000 Riyal. Andaikan pemimpin-pemimin kita hidup dengan belanja 300.000 Riyal tiap bulan, pastilah kita dapat menguasai dunia seluruhnya.
Orang-orang Afghan sekarang, hidup dengan roti dan teh. Jadi sebulan berapa biaya hidup mereka? Orang-orang Afghan yang tinggal di kota Pesawar dan bekerja di kantor-kantor milik orang Arab diberi gaji 800 atau 700 Rupee sebulannya. Dengan 700 Rupee ia hidup dengan seluruh keluarganya. 140 Riyal Saudi sebulan.
Manakala sifat zuhud menjadi ciri/tabiat suatu masyarakat, maka pada saat itulah mereka mampu untuk berjihad. Kemewahan adalah musuh jihad yang pertama.
“Dan apabila diturunkan suatu surat (yang memerintahkan kepada orang-orang munafik itu): "Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta ijin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk."” (QS. At-Taubah : 86)
“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya."” (QS. Saba’ : 34)
Sekarang, banyak orang-orang baik yang memperlihatkan rasa rindunya kepada jihad … apa yang mencegah mereka datang? Kenapa menteri-menteri di negeri kita tidak mau datang ke sini? Oleh karena gaji menteri sangat tinggi. Kenapa para dokter tidak mau datang membantu kita? Sebab gaji dokter di negerinya sangat tinggi. “Pasien-pasien yang datang ke tempat prakteknya akan mendatangkan keuntungan yang melimpah-limpah baginya. Kenapa direktur peruahaan tidak mau datang ke tempat kita? Karena perusahaannya akan menghadapi kerugian atau jika dia datang pemasukannya (income perusahaan) akan sedikit.
Oleh karenanya, ada sebagian di antara mereka yang bertaubat. Faktor utama yang mencegah mereka melebur ke dalam Islam secara total adalah hartakekayaan mereka.
Ada seorang direktur perusahaan yang bertemu dengan saya –semoga Allah mengampuninya— Saya katakan padanya : “Haram bagimu memakan riba.” –akan tetapi riba telah menjadi bagian dalam kehidupan kaum muslimin sekarang ini— Dia berkata setengah bertanya : “Apa, saya harus meninggalkan riba?” Saya katakan kpadanya : “Andaikan modalmu hanya kembali kepadamu sebanyak 500 Dinar Yordania, kamu harus tetap meninggalkan riba, meski resikonya kamu harus kehilangan seluruh harta perusahaanmu.”
Maka kita h arus berlaku zuhud, kita harus mencukupkan diri kita dari segala ketergantungan kepada manusia, tidak minta-minta kepada manusia), kita harus menjaga kehormatan diri kita dengan cara tidak meminta-minta kepada manusia.
Ya … mujahid … --macam kalian—berapa belanja hidupnya? Meski kalian makan daging dua hari sekali –sehari makan sehari tidak atau tiga kali dalam seminggu—dan makan nasi kira-kira tiap hari, dan kadang-kadang makan buah-buahan.
Andaikan kaum muslimin hidup seperti ii, pasti mereka tidak akan tunduk kepada seorang pun selama-lamanya. 10 Rupee atau 12 Rupee –perkiraan maksimal bagi biaya hidup—bagi seorang mujahid seharinya adalah 12 Rupee. Yakni 2 Riyal, harga dua botol Pepsi … pakaian yang kalian kenakan harganya 100 atau 200 Rupee. Kalian perlu dua pakaian dalam setahun, jadi perlu 400 Rupee setahunnya. Pakaian yang saya pakai sejak tiga tahunan ini berapa harganya? 200 Rupee. Kalau saya tetap memakai pakaian ini 400 Rupee setahun--, maka harga itu kurang dari 100 Riyal.
Makan setiap hari bianya Cuma 10 Rupee atau 12 Rupee. Jadi sebulannya sebanyak 300 Rupee, yakni kira-kira 70 Riyal dalam sebulan. Tambah saja jumlah itu menjadi 100 Riyal, kamu mampu hidup sendirian.
Jika demikian kamu berjihad karena kamu tidak khawatir pada sesuatu apapun di dunia. Khawatir terhadap apa? Khawatir soal income, khawatir soal dunia, khawatir atas pekerjaan, khawatir kehilangan perusahaan, khawatir keluar dari Universitas. Universitas mengajarkan padamu komputer. Kamu hendak mencari ilmu atau mau masuk surga dengan komputer atau belajar di universitas sekedar untuk mencari uang? Kamu belajar kedokteran untuk apa? Sebab income dokter lebih banyak daripada pekerjaan yang lain? Atau kamu ingin jadi ilmuwan, kenapa demikian? … kamu belajar teknik untuk apa? … untuk menjadi seorang pencipta/penemu sehingga ilmu dan penemuannya bermanfaat bagi umat Islam atau sekedar untuk mencari di perusahaan si anu atau si anu guna mendapatkan gaji 10.000 Riyal sebulan?!!!
G. Lebih Baik daripada Dunia
Andaikan manusia mengambil sedikit dari dunianya danhidup dengan sedikit belanja (ala kadarnya), kemudian mereka berjihad … dan berjihad … maka yang demikian itu lebih baik daripada dunia dan seisinya … Rasulullah saw bersabda :
“Sungguh, pergi berperang di jalan Allah pada pagi hari atau sore hari lebih baik daripada dunia dan seisinya.” 8)
Kenapa demikian? Sebab yang mencegah atau menghalang-halangi manusia daripada berjihad adalah dunia. Dan Rasulullah saw bermaksud mendekatkan pemahaman tentang dunia ke dalam akal pikiran mereka. Sabdanya : Dunia yang kalian genggam erat, andaikan semuanya berkumpul di tangan seseorang dan kemudian ia infakkan, maka yang demikian itu tetap tidak akan menyawai Ghadwah fie sabilillah … kenapa demikian? Ghadwah, yakni pergi sebelum zhuhur untuk berjihad. Kira-kira dua jam. Dua jam lebih baik dari seluruh dunia.
Ghadwah atau Rauhah (pergi di sore hari untuk berjihad) di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan apa-apa yang ada di atasnya. Dunia itulah yang menghalang-halangimu dari berjihad.
Ketahuilah bahwa seluruh dunia ---sebagaimana ucapan Asy-Syaukani—tidak bisa menyamai satu dzarrahpun (atom) dari atom-atom di surga. Seluruh dunia (Dan sebetulnya cambuk seseorang di antara kalian di dalam surga lebih baik daripada dunia dan seisinya) 9) … tak sampai tempat cambuk … satu dzarrah saja sudah lebih baik daripada dunia dan seisinya … pokoknya harus ada pendektan … mendekatkan pemahaman tentang dunia –yang kita cengkeram dengan erat karena takut lepas—ke dalam benak/akal fikiran.
Rasulullah saw mengumpulkan isi dunia seluruhnya, yakni dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Rawahah –meski ditentang hadits ini ada perbincangan, namun hadits ini bisa menjadi penguat yang lain—
"Rasulullah saw mengirim kami dalam suatu sariyah (detasemen pasukan) dan menunjuk aku sebagai pemimpinnya. Lalu sariyah itu kuberangkatkan. Sengaja aku pergi belakangan karena hendak mengikuti shalat Jum’at bersama Rasulullah saw. Selesai shalat, beliau bertanya kepadaku : “Apa yang membuatmu ketinggalan?” Aku menjawab : “Aku ingin mengikuti shalat Jum’at bersamamu.” Lalu beliau bersabda : “Andaikan engkau infakkan semua yang ada di bumi, tetap tidak akan bisa mencapai kadar pahala ghadwah mereka.” 10)
Dua jam yang engkau gunakan shalat bersamaku sehingga engkau tertinggal dari mereka, andaikan engkau infakkan semua yang ada di bumi, tetap tidak akan bisa mencapai kadar pahala yang mereka dapatkan dalam waktu dua jam tersebut.
H. Tanda Kecintaan Seseorang Terhadap Allah
“Katakanlah : “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa …” (QS. An-Nisa’ : 77)
Allah ‘Azza wa Jalla mengumpulkan seluruh dunia dalam satu pirang timbangan dan jihad dalam piring timbangan yang lain. Dan Dia berfirman : Jika kalian tidak memilih piring timbangan jihad, maka kalian adalah orang-orang yang fasik. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kalian.
“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah : 24)
Bapak-bapak, anak-anak, istri-istri, keluarga, harta kekayaan, tempat-tempat tinggal, istana-istana, perniagaan, perusahaan dan sebagainya. Allah Rabbul Alamin mengumpulkannya dalam satu piring timbangan, dan jihad dalam piring timbangan yang kedua dan kemudian berfirman : “Jika engkau memilih ini dan meninggalkan jihad, maka engkau adalah orang fasiq, dan Allah tidak memberi petunjuk kepadamu. Tidak ada pilihan lain bagimu kecuali memilih jihad dan cinta Allah serta Rasul-Nya.
Jihad adalah tanda kecintaan seseorang kepada Allah ‘Azza wa Jalla …. Tanda kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ya, sebab engkau meninggalkan dunia semata-mata hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Karena itu kita harus menempuh jihad sebagai jalan yang akan mengantarkan kita kepada Allah. Adapun jalan yang akan mengantarkan kita kepada jihad adalah : “Memperkecil/menyedikitkan kemewahan dan kesenangan dunia, makanan, minuman, pakaian, kebutuhan-kebutuhan pelengkap, perabot rumah tanggah, kasur dan barang-barang mewah yang lain. Ini semua harus dipersedikit, dikurangi dan dibatasi….”
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, saya tidak suka berbelanja untuk diri saya sesuatu yang tidak saya sukai. Ini merupakan nikmat dari Allah ‘Azza wa Jalla untuk diri saya. Kendati saya tidak memiliki apapun dari kekayaan dunia dan seandainya saya memiliki sedikit kekayaan, tetap saja saya tidak menginginkan sesuatu untuk dirisaya. Subahanallah! Saya benci bersikap royal dalam soal makan, munum, pakaian. Hati saya –subhanallah—sepanjang hidup saya, tidak pernah merindukan pakaian yang terseterika rapi …. Warna ini, warna itu tidaklah menjadi soal yang penting bagi saya … inilah yang terjadi pada diri saya dari waktu ke waktu. Urusan jihad sangat menyibukkan diri saya. Saya katakan : “Kita harus melangkah secara wajar sehingga kita sampai kepada jihad, di antara perkataan yang harus kta jauhi dan yang paling utama ialah : berlapang-lapang (royal) dalam urusan duniawi …. Sebagian besar kalian adalah kaum fakir miskin, dan tetapi besok dunia akan dibuka lebar-lebar untuk kalian ….
“Sesungguhnya dunia ini sangat manis dan menarik perhatian. Dan sesungguhnya Allah menyerahkannya kepada kamu, dan kemudian akan melihat bagaimana kamu berbuat. Karena itu berhati-hatilah terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” 11)
Sebenarnya orang-orang macam kalian ini ringan bebannya …., maka janganlah kalian memperberat diri kalian sendiri. Jika di antara kalian yang belum menikah tidak mengkhawatikrn dirinya terjerumus dalam zina, maka janganlah ia tergesa-gesa kawin selama dirinya masih dalam jihad. Ini adalah nasehat dari saya supaya perkara tersebut tidak mengacaukan pendiriannya dalam jihad.
Sekarang ini, engkau tak punya kerja, jangan bertanya tentang Hamidah atau Hamidan –ini adalah pepeatah dari negeri Aljazair—tak punya mobil tak punya rumah dan tak punya ‘Aisyah di rumah. Senang sekali, jika engkau tidak mengkhawatirkan dirimu terjerumus dalam zina, maka jangan terburu-buru mau kawin. Adapun di antara kalian yang sudah beristri satu, jangan berfikir tentang istri kedua selama kalian berada dalam jihad.
Wasubhaanaka Allahumma wa bihamdika Asyhadu an laa ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaika (Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu, aku bersakdi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau saja. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mua0.
1) Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3044
2) Kitabul Jihad oleh Ibnu Mubarak
3) Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 4063
4) Diriwayatkan oleh Muslim lafazh yang serupa itu
5) Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 6635
6) Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 1241
7) Lihat kitab AT-Targhib wat Tarhib juz IV hal. 187
8) HR. Muslim
9) Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 6635
10) Hadits itu seperti yang dikatakan Syaikh Abdullah ‘Azzam sebagian ahli ilmu melemahkannya.
11) HR. Muslim
Tidak ada komentar