Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » » Persiapan yang Sebenarnya


Unknown 01.00 0


Berkata Anas : “Wahai manusia, demi Allah sesungguhnya kalian benar-benar mengerjakan berbgai perbuatan yang tampaknya lebih kecil dalam pendangan kalian daripada bulu rambut. Akan tetapi pada masa Rasulullah saw dahulu kami memperhitungkannya.” … termasuk apa? Termasuk dosa-dosa besar. Masalah yang amat remeh tampaknya. Baik wahai saudaraku remeh, sampai tidak pergi berjihad juga remah?!! … ya sebab negerimu sekarang terancam, maka jangan pergi berjihad ke sana!! Waspadalah di sini, tetaplah di sini, persiapkanlah sesuatu untuk m enghadapi serangan musuh di masa mendatang!!! Apa yang kamu persiapkan?

Nasi, daging dan buah-buahan!! Persiapkanlah uang dan kumpulkanlah uang semampu kalian untuk menghadapi musuh-musuh Jallah :

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS. Al-Anfal : 60)

Uang termasuk kekuatan!!!


Wahai saudara-saudaraku yang kucintai : Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Kami memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla, agar sudilah kiranya Dia menerima amal-amal kalian dan hijarah kalian, serta melangsungkannya atas kalian. Dan kami juga memohon agar kiranya Allah sudi mengaruiakan kepada kami dan kamu keikhlasan serta istiqamah (ketetapan) tanpa diiringi keterlampuan, sebagaimana yang Allah swt perintahkan :

 “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 112)

Dan kami memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla supaya diteguhkan selama berjuang di atas jalan yang panjang ini, dan supaya Dia akhiri kehidupan kami dengan syahadah di jalan-Nya tanpa disertai kesulitan dan kesengsaraan ataupun fitnah yang menyesatkan. Dan kami memohon kepada Allah, agar kiranya Dia memberi kenikmatan kepada kami untuk dapat melihat Wajah-Nya yang Maha Mulia. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Dekat lagi Maha mengabulkan permohonan hamba-Nya.

Tiada nikmat yang lebih utama dari sisi Allah daripada nikmat yang sekarang kalian peroleh. Tiada ibadah yang dapat lebih menawarkan hati yang bersih dan sehat daripada ibadah ini. Tiada ibadah yang dengannya Allah mengusir kedukaan dan kesusahan dari hati lebih daripada ibadah ini.

 
 A. Tiang Ibadah adalah Hati

“Berjihadlah kalian, karena sesungguhnya jihad itu adalah pintu dari pintu-pintu surga. Allah menghilangkan dengannya kesedihan dan kedukaan.” 1)
Akan tetapi siapakah sebenarnya yang menyukai beribadah khusunya berjihad. Jawabnya tiada lain adalah hati yang sehat, bersih, selalu bertaut dengan Allah, dan benar. Sesungguhnya hati adalah “motor” ibadah –mesin ibadah—yang menggerakkan seluruh anggota badannya hidup dan jiwanya merasa lapang/senang untuk melakukan ibadah. Jika hati sakit, maka jiwa merasa berat melakukan ibadah. Kemudian sesudah itu menjadi benci –Na’udzu billah—terhadap ibadah. Oleh karenanya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman mengenai shalat :

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (QS. Al-Baqarah : 45)

Shalat itu berat, sebab yang melakukan shalat sebenarnya bukan kaki dan tangan, akan tetapi hati dan jiwa. A’uudzu billaahi minasy syaithanirrajiim :

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ : 142)

Jadi, hatilah yang sebenarnya menegakkan ibadah. Sedang anggota badan adalah pelayan bagi hati tersebut. Ia melaksanakan apa yang diperintahkan hati. Jika hati seseorang hidup, maka jiwanya juga hidup. Ibadah terasa mudah dan ringan baginya. Bahkan tidak sampai di situ, ibadah terasa manis di dalam jiwanya, terasa nyawan di dalam hatinya, dan terasa lapang di dalam dadanya. Sebaliknya jika hati sakit –A’uudzu billaahi--, maka ibadah betul-betul dirasakan amat berat olehnya.

Hati bagaikan perut. Sekarang, makanan yang paling disukai oleh perut adalah daging. Akan tetapi apabila perut luka dan kemudian luka tersebut beranah, maka sesuatu yang paling debencinya adalah daging, minyak dan lemakk. Sebab perutnya sakit.

Halwa (makanan yang rasanya manis) disukai orang. Sekarang engkau berpuasa. Andaikan engkau beruka dengan beberapa biji qathifah atau kanifah (nama buah-buahan), maka alangkah senangnya hatimu … bukankah demikian? Tentu saja, akan tetapi apabila tubuh seseorang kena penyakit diabetes (kencing manis), maka ia tidak bisa makan halwa, meski makanan tersebut ia sukai. Demikian juga halnya dengan hati. Harus kuat, sehingga kuat beribadah. Manakala hati kuat, maka suruhlah ia melakukan ibadah sesuka hatimu. Qiyamul lail, merasa nikmat dan nyaman dalam melakukan qiyamul lail. Tidur menjadi musuhnya.

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap …” (QS. As-Sajdah : 16)

Permusuhan antara dirinya dengan ranjang tidur. Di sana ada permusuhan antara dia dengan tempat tidur. Dalam shalat tarawih, imam membaca dua juz atau tiga juz Al-Qur’an. Namun dia berkata dalam diriny : “Andaikan imam memanjangkan bacaannya lebih dari ini pastilah akan bertamhah keangan, kemanisan dan kelesatan yang kami dapatkan dalam ibadah ini.”

Karena itu, pernah saya mengimami shalat orang-orang seperti biasa. Saya melamakan shalat, selesai shalat anak-anak muda datang mendekat dan mengatakan : “Barangsiapa mengimami shalat manusia, hendaklah dia meringankan shalatnya.” … Anak-anak muda …!! Sedangkan di belakang saya ada orang tua. Umurnya antara tujuh puluh dan seratus tahun. Wajahnya bercahaya, dia mengatakan : “Panjangkan saja, jangan kau pedulikan kata-kata mereka.”

Lelaki tujuh puluh tahunan merasakan shalat yang lama adalah nikmat. Sedangkan pemuda dua puluh tahunan, pemain karate dan judo, memandang shalat yang lama amatlah berat, kenapa?

Andaikan mereka pergi ke lapangan sepak bola dan bermain di sana selama dua jam, tentu mereka tak merasa jenuh. Tapi kenapa hanya lima menit bacaan Al-Qur’an mereka sudah jenuh? Padahal beda antara shalat yang panjang dan shalat yang pendek Cuma lama menit. Saya panjangkan shalat ‘Isya’ bersama jama’ah ini Cuma lima menit. Beda lima menit dengan shalat ‘Isyah saya yang pendek qira’ahnya. Mengapa mereka menganggap berat waktu lima menit namun tidak menganggap berat dua jam bermain sepak bola? Sebab yang berdiri dalam shalat adalah hati, sedangkan di lapangan adalah badan. Badan ada, karate dan otot-otot menunjangnya. Makanya dua jam main bola tidak merasa bosan. Tapi sepuluh menit berdiri untuk shalat, maka hal ini dirasakan berat …. Amat berat sekali. Kenapa berdiri dua jam untuk menonton bola tidak membosankan? Satu setengah jam ia berdiri. Jika tempat duduk di stadion penuh, maka dia siap berdiri dua jam melihat ke mana saja bola itu lari …. Hatinya terpaut dan lekat padanya. Syetan mengikat badannya dengan tali kekang, bola sudah mendekati gawang …. Awas …. Dan hatinya melayang di udara menunggu detik-detik yang mendebarkan hatinya bagaikan bulu yang tergantung.

Jika angin bertiup, maka ia terbang ke arah mana angin tersbeut bertiup, karena hatinya bagaikan bulu yang tergantung di angin. Kenapa ia betah duduk di stadion bola dua jam, padahal urat syarafnya tegang dan sering menahan nafas? Sementara jika khatib jum’at berkhotbah setengah jam menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menyinggung hari kiamat, dia tidak mau duduk atau tak betah duduk. Engkau duduk di masjid terlindung dari panas matahari dan di lapangan bola kadang-kadang tidak ada atap tempat berteduh. Di sini –yakni di masjid— ada AC sedangkan di sana tak ada AC. Di sini malaikat bersamamu, ketenangan turun kepadamu dan rahmat akan meliputimu.

“Ketenangan akan turun kepada mereka, para malaikat mengelilinginya dan mereka akan diliputi oleh rahmat.”

Mengapa engkau merasa sempit/sesak duduk bersama para malaikat? Hatimu merasa berat duduk dengan malaikat, kenapa begitu? Engkau berdiri kepada khatib dan mengatakan : (Termasuk di antara tanda kealiman seseorang adalah pendek khotbahnya dan panjang shalatnya).

Engkau tak kuat menahan, tak tahan khotbah yang panjang, tak juga shalat yang panjang, kenapa? Sebab hatimu –atau hati mereka—kosong.

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. mereka datang bergegas-gegas dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (QS. Ibrahim : 42-43)

Karena hatinya kosong, tidak teguh, takut, bergetar danbergoyang jika tertiup angin. Hatinya gemetar manakala penanggung jawabnya memarahinya, manakala penguaa memarahinya, manakal para petugas Intel memarahinya dan mengangkat dakwaan yang tertuju kepadanya, dan sebagainya …. (hati mereka kosong) …selalu cemas, tidak mantap dan tidak teguh selamanya … (hati mereka kosong), hati mereka bergetar, kenapa? Karena tidak ada keikhlasan di dalamnya, tak mempunyai sikap konsisten (istiqamah), tidak dibekali dengan berbagai ibadah sehingga hatinya menjadi teguh dan tenang. Sebab hati tidak bisa teguh dan mantap dengan sajian bola, yang dalamnya ada sedikit udara. Hati menjadi tenang dan tentram dengan dzikrullah. Ingatlah, hanya dengan dzikrullah (mengingat Allah) hati menjadi tentram.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d : 28)
 Karena itu, hati menjadi tentram dan tidak takut.

B. Keamanan itu Milik Siapa
Pernah suatu ketika seseorang datang menemui Imam Ahmad dan mengadu kepadanya. Kata orang tersebut : “Wahai Imam, saya takut kepada Sultan –kalau sekarang kepala negara atau petugas Intel--.” Maka Imam Ahmad menjawab : “Jika hatimu sehat, maka engkau tidak akan takut kepada seorangpun.” … Jika hatimu sehat, maka engkau tidak akan takut kepada seorangpun …. –Bukankah demikian hai Uwais Al-Qarni?—

“Maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am : 81-82)


Jadi keamanan itu milik siapa? Apakah milik para petugas kemanan yang kerjanya mengacau keamanan dan memutuskan tali keamanan yang melindungi rakyat?!!!

(Orang-orang yang beirman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapatkan keamanan) Manakah di antara kedua golongan itu yang berhak mendapatkan keamanan? (Bagaimana aku takut kepada sesembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang Allan sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya)

-Ketiga potongan ayat ini, masuk dalam rangkaian ayat ke 81 dan 82 surat Al-An’am, silakan dibaca kembali kelengkapannya –pent.)

Kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan kalian, kenapa aku harus takut dengan berhala-berhala yang kalian sembah? Manaka di antara kita yang berhak mendapatkan keamanan? Siapa yang wajib ditakuti, dimalui dan dikhaatiri? Allah atau benang laba-laba? Semua orang yang berlindung kepada penguasa-penguasa tiran di muka bumi, maka sebenarnya dia berlindung kepada rumah laba-laba … dengarkanlah firman Allah Ta’ala mengenai mereka :

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut : 41)

Semua penguasa di dunia, jika mereka tidak berada di pihak Allah adalah benang laba-laba. Mana yang lebih kuat? Mereka yang berpegang kepada tali Allah :

 “Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah …” (QS. Ali Imran : 103)
Atau mereka yang berpegang kepada benang laba-laba? Mana di antara mereka yang lebih kuat? Apa yang bisa diperbuat dengan benang laba-laba? Lihatlah, berapa tiang yang menopang khemah itu? Berapa tali yang mengikatnya? Meski demikian, apabila ada angin kencang maka angin tersebut akan mencabut/menerbangkannya. Lalu bagaimana dengan orang yang berpegang dengan benang laba-laba?

Di saat engkau berpegang dengan tali Allah, maka sesungguhnya engkau berpegang dengan buhul tali yang amat kuat. Maka tinggalkanlah manusia-manusia yang berpegang pada benang laba-laba.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia tela berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 256)

Jangan kamu lepaskan ikatan (buhul) itu, tapi berpeganglah padanya …. Kamu tahu orang yang naik dengan tali, mereka membuat simpul-simpul pada tali tersebut bukan? Di sini kalian tidak membawa tali …. Tapi di sana ada tali yang dipakai untuk memanjat. Perhatikanlah tali yang dipakai untuk memanjat itu. Jika ada simpul/buhulnya maka mudah bagimu untuk memanjatnya, kenapa demikian? Karena tanganmu memegang kuat simpul itu hingga tidak lepas (mrucut, jw)

Maka dari itu, mulailah dahulu memeriksa hatimu, perbaiki dan peliharalah ia dari panah-panah beracun dan hal-hal yang haram.

C. Dosa-dosa Hati


Dosa-dosa besar ibaratnya seperti patah tulang. Ketika engkau terkena pecahan bom atau granat, dan pecahan itu membuat patah tulangmu. Maka butuh waktu yang lama sekali untuk mengembalikan/menyambung tulang yang telah ptah itu. Dan sungguh sangat menyakitkan rasanya. Dan jika sudah pulih, maka tulang tersebut tidak akan kembali seperti keadaannya yang semula, kecuali jika ada karamah dari Rabbul ‘Alamin. Dan ini adalah perkara lain … kadang kembali dengan keadaan lebih kuat daripada sebelumnya. Sebab pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw, yakni ketika salah satu mata Qatadah bin Nu’man melorot (mecotot, jw) ke wajahnya, maka ia menemui Rasulullah saw dan berkata : “Wahai Rasulullah, kembalikanlah mataku ini.”

(Maka beliau mengembalikannya dan mengusapnya. Dan adalah mata itu lebih kuat daripada mata yang sebelahnya).

Adapun dalam kondisi yang wajar, tulang yang patah akan kembali tersambung namun tidak seperti keadannya semula. Dan jika tulang itu patah untuk yang kedua kalinya, maka sukar sekali kembali kepada keadaan seperti keadaannya ketika sembuh dari patah tulang yang pertama.

Demikian juga halnya hati : dosa-dosa besar bagaikan mematahkan tulang secara total, sedangkan dosa-dosa kecil seperti luka akibat tertembus peluru –atau tertusuk duri--. Yakni, cepat sembuh begitu peluru disingkirkan dari urat-urat tubuh. Jika dosa-dosa kecil itu banyak, maka ibarat luka yang memutuskan urat-urat tubuh. Jika ada urat yang putus, maka susah pula mengembalikannya seperti sedia kala. Seperti itu pulalah pengaruh yang ditimbulkan oleh dosa-dosa besar terhadap hati. Jika hati sakit, butuh waktu yang lama untuk memulihkannya sehingga kembali seperti sedia kala. Adapun dosa-dosa kecil, maka persoalannya tidak begitu sukar.

Dosa-dosa besar seperti batu yang besar, sedangkan dosa-dosa kecil seperti tanah. Hatimu bagaikan kaca mobil bagian depan. Harus ada supaya kamu bisa melihat apa yang ada di depanmu. Jika kaca tersebut terkena debu atau lumpur, maka mudah saja menghilangkannya. Yakni cukup menggerakkan alat pengusapnya (glass liner). Akan tetapi jika kaca itu kena lemparan batu –dengan salah satu dosa besar--, maka kaca akan pecah. Jika hujan turun, maka kamu akan basah kuyup,karenanya. Atau angin akan masuk ke dalam mobil, sehingga mengganggu kesehatan serta konsentrasimu selama menyopir.

Demikian pula halnya hati … cermin seperti kaca mobil. Dosa-dosa kecil berhimpun dan secara berangsur-angsur menghitamkan cermin tahi. Jika alat menghapus ---istrighfar dan ibadah--- bekerja, maka alat tersebut akan membersihkan debu dan lumpur yang melekat di kaca sehingga bersih kembali.

“Shalat lima waktu adalah kafarat penghapus dosa antara kedua waktu shalat.” 3)

Shalat lima waktu adalah penghapus dosa sepanjang kamu d osa-dosa besar, kenapa demikian?Sebab dosa-dosa besar itu memecahkan kaca, sedangkan alat penghapus fungsinya bukan untuk melekatkan pecahan kaca, tapi membersihkan debu atau embun yang menempel di kaca. Dengan kata lain shalat lima waktu adalah penghapus dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar. Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil menumpuk, maka ibaratnya adalah seperti lumpur yang menutup kaca. Padahal air yang tersedia di mobil untuk membersihkan kaca sedikit kapasitasnya. Maka dengan demikian alat penghapus itu kesulitan untuk menghapuskannya dikarenakan sedikitnya air. (Dengan kata lain dosa-dosa kecil yang menumpuk itu susah dihapus, pent.)

Jadi dosa-dosa kecil itu menghitamkan hati, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

 “Dosa-dosa kecil itu menitikkan noda-noda hitam pada hati.” 4)

Istighfar, shalat, shadaqah dan sebagainya dapat menghapuskannya. Akan tetapi terkadang penghapus-penghapus itu tidak bekerja sehingga bertambah … dan bertambah hitamlah hati.

Oleh karenanya Rasulullah saw bersabda :

“Jauhilah olehmu sekalian dosa-dosa kecil yang tampak remeh.”

Mengapa harus dijauhi? Oleh sebab dosa-dosa kecil itu akan menumpuk dan membinasakan pelakunya. Seperti kaum yang berada di padang belantara. Mereka hendak memasak makanan. Maka setiap orang di antara mereka datang membawa kayu. Terkumpullah sejumlah kayu dan akhirnya mereka memasak makanan tersebut. Akan tetapi jika kayu tersebut hanya sedikit, satu atau dua buah ranting. Maka kayu tersebut tidak memberikan pengaruh, atau tak cukup untuk bisa membuat masak makanan tersebut.jika hati hitam, gambar apapun tidak akanbisa tercetak atau tampak padanya. Sekarang kamu akan memotret untuk mengambil suatu gambar. Bagimana caranya? Pertama kau lihat gambar tersebut dari lenda foto dan jepret tombolnya. Maka dengan demikian tercopilah gambar tersebut dalam klise, lalu klise tadi kau cuci cetakkan sehingga jadilah foto yang kamu harapkan. Akan tetapi jika lensa foto itu tertutup lumpur, maka kamu tidak bisa melihat gambar apapun di dalamnya.

Jika kamu hendak melihat wajahmu dalam cermin, maka gambarmu akan kelihatan jelas manakala cermin itu bersih. Akan tetapi jika cermin itu kusam tau kotor, maka gambarmu tidak nampak jelas di sana. Demikian pula halnya dengan hati. Jika hati bersih, maka ia dapat menerima gambar sesuatu dan memantulkan gambar itu secara bersih/terang pula. Karena itu hati yang bersih dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

Allah Ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan.” (QS. Al-Anfal : 29)

(Furqan di sini maksudnya adalah petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil, pent.)

Gambar sesuatu nampak jelas. Dengan furqan itu kamu dapat membedakan antara yang hak dan yang batil ….

Jika kamu bertakwa kepada Allah,niscaya Dia akan memberikan furqan kepadamu) …. Kamu mengetahui yang hak dari yang batil. Jika tidak ada takwa, maka tak ada pula furqan. Jika tak ada furqan, maka tidak ada pembeda antara yang hak dan yang batil. Karena itu janganlah kamu merasa heran jika kamu melihat ada orang berkata tanpa dasar yang benar tapi mereka menganggap dirinya orang-orang yang ikhlas atau merasa dirinya berada di atas kebenaran.

Allah Ta’ala berfirman :

“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya." Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi : 103-104)

Janganlah merasa heran jika ada sebagian manusia yang berkata : “Sesungguhnya keberadaan kamu di sini adalah untuk melaksanakan kewajiban yang paling utama, paling besar di sisi Rabbul ‘Alamin dan paling tinggi derajatnya.” Sesungguhnya sebagian yang lain mengatakan : “Kalian ini adalah orang-orang kecil yang berlagak, terlalu bersemangat, bodoh dan tak berfikir –bukankah demikian-- ? Padahal kalian mendapati mereka juga shalat dan berpuasa. Dan sebagian di antara mereka malah ada yang hafal nash-nash Al-Qur’an dan hadits, bukankah demikian? Masya Allah, mereka hafal kitab Alfiyah di luar kepala, mereka hafal sebagian hadits Al-Bukhari, dalam soal fiqh mereka hafal matan Abu Syuja’, matan Al-Ikhtiyar dan Ad-Durul Mukhtar. Demikianlah mereka hafal isi kitab-kitab tersebut di luar kepala …. Memperdengarkan ilmu-ilmunya kepada manusia …. Ada yang bilang tahu perkara ghaib … ia perdengarkan ilmu kepadamu. Akan tetapi bagaimana dia tidak mengetahui perkara ini –yakni jihad--? Bagaimana gambar jihad tidak tercetak dalam cermin hatinya secara jelas? Dia mnghukumi sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya, tapi dia tidak melihat gambar itu secara jelas. Kebenaran tidak nampak jelas baginya dan furqan tidak nampak terang baginya.

Saya datang mengisi kalian sejam seminggunya … dalam satu minggu sejam, lalu dalam sisa waktu yang lain di mana saya? Berapa banyak kemungkaran yang saya lihat di pasar-pasar? Berapa gadis yang mungkin merintangi dan menggoda saya? Dan berapa banyak pandangan haram yang jatuh ke dalam hati saya sebagai mata panah syetna yang beracun, sehingga mata panah tersebut melukai dan menyakitinya/ Berapa banyak kemungkaran yang saya lihat, namun saya tidak kuasa menghilangkannya? Berapa banyak kebaikan yang saya lihat, namun saya tidak mampu menyampaikannya secara terang-terangaj? Berapa kali sudah kebenaran direndahkan, akan tetapi saya tidak kuasa membelanya? Berapa banyak orang yang dizhalimi ada di dalam penjara, namun demikian saya tidak mampu mengatakan sepatah katapun untuk membelanya? Betapa banyak kehormatan dirusak/diinjak-injak di bawah pengawasan dan perlindungan penguasa thaghut. Televisi siang dan malam menyiarkan tayangan-tayangan cabul dan hendak menyebarkan kekejian di kalangan orang-orang beriman.

Mereka suka bila perbuatan-peruatan keji itu tersebar di kalangan orang-orang beriman :

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (An-Nuur : 19)

Apakah saya mampu berbicara tentang televisi? Apakah saya mampu berbicara tentang bank? Apakah saya mampu bericara tentang tourist-touris wanita yang berkeliaran di pasar-pasar? Apakah saya mampu bericara tentang perundang-undangan yang tidak mengikuti apa yang telah diturunkan Allah? Apakah saya mampu berbicara tentang hotel-hotel kelas wahid? Hotel-hotel berintang lima yang harus menyediakan kolam renang untuk kaum adam dan hawa yang bertelanjang badan, serta menyediakan bar bagi para pemabuk. Mereka tidak memberikan rekomendasi di sebagian negeri-negeri Islam untuk membangun hotel-hotel kelas satu, melainkan apabila penanggung jawab bidang tourits internasional menemukan secara yakin, tanpa diliputi keraguan apapun, bahwa dalam hotel tersebut ada minuman keras dan kolam renangnya.

Pelajaranmu seminggu hanya 1 jam, lalu 167 jam yang lain di mana? Apakah benar keberadaanku di sampingmu seperti keberadaanku di Muasykar (Kamp Latihan)? Apakah cukup bagiku hanya dengan shalat lima waktu berjama’ah …. Cukupkah bila aku tidak ketinggalan shalat shubuth seterusnya?

“Maka manakah di antara kedua golongan itu yang lebih berhak mendapatkan keamanan, jika kamu mengetahui?” (QS. Al-An’am : 81)

yang berada di Muaskar Khalid bin Walid atau yang berada di Stadion Maradona? Maradona atau Marradhuuna?!!!

(Marradhuna adalah kalimat dalam bahasa Arab yang bartinya : Mereka membuat kami sakit. Jadi kata-kata ini diucapkan penulis sebagai pertanyaan yang sifatnya menyindir pent.)

Mana dari kedua golongan tersebut yang berhak mendapatkan keamanan? Golongan yang berada di Mu’askar Khalid bin Walid, Mu’askar Shada, Mu’askar Ma’sadah atau golongan yang berada di gelanggang-gelanggang permainan?
Wahai tuan guru, bagaimana tuan bisa berfatwa demikian? –yakni fatwa untuk mencegah pemuda-pemuda yang hendak pergi berjihad— barangkali dia menganggap dirinya berada di atas kebenaran yang nyata dan menganggap orang lain adalah orang-orang yang hina dan tak berarti. Maka dia memperingatkan orang-orang yang hendak pergi bersama mujahidin untuk berjihad menolong kaum yang tertindas dan menjaga kehormatan kaum muslimat. Katanya : “Kalian jangan pergi, keberadaan kalian di sini lebih utama.”

Adapun seseorang yang menceritakan : “Begitu kaset tentang jihad dibuka (diputar), maka keluarlah sebagian orang yang mengaku beragama Islam. Mereka keluar seraya berkata : “Ini adalah kaset si fulan.”

Mereka keluar, kenapa?!! Laa haula walaa quwwata illaa billah, Laa haula walaa quwwata illaa billah … mengapa engkau wahai saudara?

“Hati-hati, janganlah kamu duduk bermajlis dengan Muhammad saw. Karena sesungguhnya ia memisahkan antara seseorang dengan istrinya. Sesungguhnya ia datang dengan membawa ilmu sihir yang ia pelajari (dari orang-orang terdahulu), awas hati-hatilah!!!” … orang-orang kafir Quraisy duduk menunggu di tempat-tempat masuk menuju kota Makkah. Jika ada utusan haji lewat, mereka mengatakan padanya : “Di negeri ini ada seorang laki-laki yang bernama Muhammad. Sumbatlah kedua telingamu dengan kapas agar supaya tidak mendengar kata-katanya.” Pada masa orang kafir Quraisy menjalankan aksinya itu, ada orang pandai dan mau berfikir. Ia mengatakan : “Demi Allah … saya adalah seseorang yang berakal fikiran … saya akan mendengar ucapannya. Jika kata-katanya benar, saya akan ikut, sebaliknya jika kata-katanya tidak benar, maka tak ada guna bagi saya mengikutinya.”

Lelaki berakal mempunyai akal fikiran … dengarkan dulu wahai saudaraku apa isi kaset itu. Jika benar, maka ikutilah! Jika engkau tidak mmpu melaksanakannya, maka setidak-tidaknya engkau memerintahkannya. Kobarkanlah semangat pemuda-pemuda Islam untuk berjihad, maka dengan demikian engkau telah mengerjakan salah satu dari dua faridhah. Sebab engkau wajib mengerjakan dua faridhah, yakni : faridhah qital dan faridhah mengobarkan semangat untuk berjihad. Jika engkau tidak ikut berperang, maka paling tidak engkau harus mengobarkan semangat kaum mulimin untuk berperang.

Karena itu para ulama berfatwa : “Kewajiban bagi orang yang mengambil gelas khamer adalah memerintahkan orang meninggalkan khamer dan melarang mereka minum khamer. Jika dia sendiri telah minum khamer, maka wajib baginya berkata : Meminum khamer itu haram, wahai jama’ah janganlah kalian minum khamer dan wajib bagi saya untuk tidak minum khamer.”
Jika engkau duduk dan tak mampu berbuat. Hatimu tiada tahan menanggung beban kepayahan yang ada dalam ibadah jihad, maka paling tidak engkau harus mengobarkan semangat untuk berjihad. Kau katakan : “Demi Allah, saya belum mampu. Dan saya berharap mudah-mudahan Allah menguatkan diri saya. Saya berharap mudah-mudahan Allah menolong saya untuk memutuskan tali-tali yang mengikat diri saya dengan berbagai kepentingan duniawi dan hawa nafsu pribadi.” Jika engkau tidak mampu mengobarkan semangat berjihad, maka paling tidak engkau berdiam diri dari urusan tersebut dan menyibukkan dirimu dengan peruatan-perbuatan ma’ruf. Adapun jika engkau mengangkat/mendaulat dirimu menjadi penganjur yang memalingkan manusia dari jalan Allah, maka dosa apa kiranya yang lebih besar dari dosa ini di sisi Allah? Allah ‘Azza wa Jalla menggandengkan antara peruatan memalingkan manusia dari jalan Allah dengan peruatan kufur. Dia berfirman dalam surat Al-Hajj : 25 :

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil Haram …”

dan dalam surat Muhammad ayat 1 :

“Orang-orang yang kafir dan mengalang-halangi manusia dari jalan Allah, Allah menyesatkan semua amal perbuatan mereka.”
(Maksudnya : Semua amal perbuatan mereka tidak mendapat pimpinan dari Allah, tidak dihargai dan tidak mendapat pahala).

Memalingkan manusia dari jalan Allah digandengkan/dihubungkan dengan kekufuran. Dan boleh jadi seseorang memiliki pengetahuan –sebagaimana yang pernah saya katakan kepada kalian—tentang berbagai hasyiyah 5), matan 6) dan nash-nash. Lalu Dia mengatakan kepada para pemuda, bahwa keberadaannya di sana –di negerinya—lebih baik daripada keberadaannya di sini –di bumi jihad--. Percayakah kalian?!!!

Seorang pemuda dari Aljazair mengatakan pada saya : “Begitu saya membuka kaset-kaset, yakni kaset-kaset tuan tentang jihad, sebagian mereka menyelinap pergi dengan sembunyi-sembunyi dari kerumuman orang. Padahal mereka juga shalat dan puasa.” … Laa haula walaa quwwata illaa billaah … saya berharap kepada Allah, mudah-mudahan saja mereka tidak seperti/sesuai dengan orang-orang yang difirmankan Allah :

“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut. Lari dari singa.” (QS. Al-Muddatsir : 49-51)

Mereka seolah-olah seperti keledai liar yang lari karena kemunculan singa. Sehingga keadaan mereka diibaratkan seperti takutnya keledai liar terhadap singa. Kami memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla, mudah-mudahan gambar --yakni keadaan mereka—itu tidak dekat dari :

“Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini, dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS. Fushshilat : 26)

Tentu saja, sebagian di antara mereka adalah orang yang baik, benar dan mukhlis. Akan tetapi ia bodoh atau hatinya tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak sehingga tidak dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

Dahulu, jjika timbul musibah di kalangan mereka (orang-orang salaf) –yakni problema yang timbul karena persoalan fiqh--, maka berkumpullah para ulama di Baghdad atau di Damascus, ibu kota kekhalifahan. Jika mereka tidak bisa memecahkannya, maka mereka mengatakan : “Bawalah persoalan ini kepada orang-orang yang menjaga di perbatasan. Sebab mereka lebih dekat kepada Allah. Mereka pantas untuk menjawab persoalan tersebut. ---seperti siapakah orang-orang yang tinggal di perbatasan untuk menjaga wilayah Islam dari serangan musuh itu? Seperti Abu Syahid 7) dan jama’ahnya—

Mereka adalah orang-orang yang tidak mempelajari Hasyiyah-hasyiyah dan matan-matan. Mereka tidak hafal Hasyiyah Ibnu ‘Abidin atau Syarah Ad-Dasuqi atau Syarah Al-Kabir atau Matan Al-Khalil.

…. Mengapa mereka pantas menjawab? Agama itu wahai jama’ah adalah mudah. Dan Al-Qur’an itu dimudahkan.

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qamar : 22)

Jika demikian, dimudahkan dan gampang. Bukanlah persoalan itu –bisa dipecahkan—dengan banyak hafalan ayat. Akan tetapi persoalan tersebut –bisa dipecahkan—dengan bashirah (kearifan). Bashirah yang memandang dengan cahaya hati. Apakah hati itu terdapat cahaya sehingga dapat membedakan antara yang hak dan yang batil ataukah telah padang lenteranya dan bertambah kegelapannya, sehingga tidak mampu lagi membedakan antara yang hak dan yang batil??!!!

“Bagaimana halnya dengan kalian, apabila melihat yg ma’ruf nampaknya munkar dan melihat yang munkar nampak ma’ruf?”

Tatkala manusia jauh daripada ibadah, dari kebenaran, dari kebaikan dan dari beruat kebajikan, maka dalam kondisi demikian, pandangannya dalam menilai sesuatu menjadi kacau dan kabur. –bisa jadi yang hak ia katakan batil dan yang batil ia katakan hak--.

Berkata Anas : “Wahai manusia, demi Allah sesungguhnya kalian benar-benar mengerjakan berbgai perbuatan yang tampaknya lebih kecil dalam pendangan kalian daripada bulu rambut. Akan tetapi pada masa Rasulullah saw dahulu kami memperhitungkannya.” … termasuk apa? Termasuk dosa-dosa besar. Masalah yang amat remeh tampaknya. Baik wahai saudaraku remeh, sampai tidak pergi berjihad juga remah?!! … ya sebab negerimu sekarang terancam, maka jangan pergi berjihad ke sana!! Waspadalah di sini, tetaplah di sini, persiapkanlah sesuatu untuk m enghadapi serangan musuh di masa mendatang!!! Apa yang kamu persiapkan?

Nasi, daging dan buah-buahan!! Persiapkanlah uang dan kumpulkanlah uang semampu kalian untuk menghadapi musuh-musuh Jallah :

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS. Al-Anfal : 60)

Uang termasuk kekuatan!!!

Demi kebenaran, ke mana perginya orang seperti ini apabila menghadapi musuh? Apakah ia akan menghadapi musuh dengan uangnya? Apakah ia akan menghadapi musuh dengan kegemukan badannya? Orang seperti ini jika tidak tinggal lebih dahulu di Muaskar Shada’ atau Mu’askar Khalid bin Walid, lalu dia masuk ke wilayah Afghanistan berjalan di antara padang-padang saljunya dan puncak-puncak bukitnya selama enam bulan, maka yang tertinggal kemudian hanyalah tulang dan kulit tubuhnya saja. Bagaimana orang seperti inibisa menghadapi musuh? Perumpamaannya adalah seperti perumpamaan orang yang belajr renang di atas kasur. Ya, pemuda yang membaca buku tentang renang. Lalu dia praktekkan apa yang telah dibacanya di atas kasur. Tangan kanan digerakkan ke muka … tangan kiri siap-siap digerakkan dan seterusnya. Setelah menguasai praktek renang di atas kasur, maka ia mengatakan pada kawan-kawannya : “Mari sini, saya telah belajar renang … lalu pergilah ia ke laut dan menceburkan diri ke dalamnya, hendak mempraktekkan ilmunya. Tapi apa yang terjadi? Tubuhnya tenggelam dan tidak muncul kembali.

D. Peristiwa-peristiwa yang Tak Terlupakan
Sesungguhnya orang-orang yang hendak melindungi harta, darah dan kehormatan kaum muslimin
Sesungguhnya orang-orang yang hendak menjaga agama Allah
Sesungguhnya orang-orang yang bermaksud melindungi tempat-tempat suci

Sesungguhnya orang-orang yang hendak mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin dan membersihkannya dari kotoran/najis Yahudi, akan tetapi mereka tidak memyiapkan diri dan mempersiapkan dirinya dalam kemah-kemah penggemblengan dan mu’askar-mu’askar, serta tidak menjadikan senjata sebagai bagian dari darah mereka dan hidup mereka, maka mereka ibarat orang-orang yang belajar renang di atas kasur.

Ya saya pernah mengatakan : “Gamal Abdul Nasher –sekarang berada di alam kubur—Allahu a’lam. Apakah ia akan selamat dari adzab di neraka jahannam atau tidak selamat. Saya menyangka Gamal Abdul Nasher mati dalam keadaan tidak beriman. Sebab sebelum matinya, dia mensyari’atkan undang-undang dengan selain apa yang telah diturunkan Allah. Padahal orang yang mensyari’atkan hukum dengan selain apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah keluar dari agama –Islam--.

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama (aturan) yang tidak diidzinkan Allah? …” (QS. Asy-Syura : 21)

Dia hidup menjalankan perbuatan syirik, syirik uluhiyah, sampai bertemu Allah. Yakni mensyari’atkan hukum dengan selain apa yang telah diturunkan Allah. Yang jelas dia sekarang di hadapan Tuhannya. Kita tak perlu berselisih. Dan saya tak yakin kalau ada di antara kalian yang mengaguminya jika di dalam hatinya ada iman seberat zarrah. Tidak akan bertemu kecintaan kepada Abdul Nasher –cinta kepada Thaghut— dengan kecintaan kepada Allah dalam sebuah hati untuk selamanya. Jika menginginkan iman yang benar, kamu harus mengkufuri thaghut dan beriman kepada Allah :

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia tela berpegang kepada buhul tali yang amat kuat …” (QS. Al-Baqarah : 256)

Tahun 1965,1966,1967, Gamal Abdul Nasher mengatakan : “Kami telah menciptakan rudal Zhahir (yang menang) Qahir (yang perkasa) dan Nasher (yang menang). Rudal-rudal ini akan menghantam kota jTel Aviv dari Qahirah. Kami meluncurkannya dari Qahirah dan akan menghantam kota Tel Aviv.” Radio-radio pemerintah Mesir mulai menyiarkan provokasi Buatlah diriu lapar wahai ikan-ikan!” … mengapa harus melaparkan diri? –kami akan melempar mayat-mayat mereka di laut—wahai ikan-ikan, tunggulah daging orang-orang Yahudi hingga gemuk dulu.

Tahun 1967 Abdul Nasher menggerakkan tentara ke Sina. Hampir-hampir bangsa Palestina terbang karena kegembiraan dan karena tergila-gila dengan kebesaran Abdul Nasher. Maka mulailah mars-mars perang dikumandangkan untuk memantapkan spirit dan mental tentara Mesir di padang pasir sebagai ganti mengucapkan :

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya.” (QS. Al-Hajj : 40)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah : 119)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agam) Allah, niscaya Dia akan menolongmu …” (QS. Muhammad : 7)

Sebagai ganti mengucapkan do’a

“Ya Allah, dengan bantuan-Mu kami menyerang (musuh), dengan bantuan-Mu kami bergerak dan dengan bantuan-Mu kami berperang.” 8)

Setiap hari Abdul Nasher mengatakan : “Ummu Kultsum bersamamu dalam peperangan. Abdul Halim bersamamu dalam peperangan.” Tiap hari Ummu Kultsum datang. Pada saat itu ia masih hidup. Penyanyi perempuan inilah yang merusak kehidupan dalam hati generasi muda. Mereka menganggapnya sebagai bintang timur!!!

Tuan Presiden mengadakan konferensi. A’udzu billah!!

Dia bukan tuan

“Janganlah kalian mengatakan kepada orang munafik “Tuan”. Jika dia menjadi tuan, maka sungguh kalian telah membuat Allah murka.” 9)

Presiden mengatakan pada tanggal 27 Mei, dalam Konferensi Pers yang dihadiri oleh wartawan dari seluruh dunia : “Kami akan memerangi orang-orang Yahudi dan mereka yang berada di belakangnya. Yakni Amerika. Kami akan memerangi mereka …”

Sholah Nashr –agen rahasia Abdul Nasher –dalam mahkamah yang menyidangkan dirinya didakwa : “Engkaulah yang bertanggung jawab atas kekalahan tentara Mesir.” Sholah Nashr menjawab keheranan : “Saya yang bertanggung jawab? Kenapa begitu? Saya hanya menyampaikan keputusan kepada tuan presiden bahwa penyerangan secara total akan dimulai hari Senin. Sedangkan serangkan pertama yang datang dari musuh dirahkan kepada pesawat terbang…”

Selanjutnya dia mengatakan : “Kami masuk istana untuk menemui yang mulia Presiden –ini pengakuannya dalam mahkamah— untuk melihat apa yang dia peruat …. Hari H telah dekat. Maka kami mau melihat apa yang tuan presiden lakukan? Kami mendapti beliau dengan sibuk mendahulukan dan mengakhirkan bait-bait lagu Abdul Halim (Li ajlir rabii’ li ajlil hayyat li ajli ‘asyaaqil hayat idhrib –yakni : perangilah mereka karena kita ingin terus hidup, karena kita cinta hidup—li ajlir rabii’ liajlil hayat)

Ini adalah nyanyian pengobar semangat yang datang dari pihak media provokasi dan media propaganda Abdul Nasher.

(Li ajlir rabii’ li ajlil hayyat li ajli ‘asyaaqil hayat idhrib)

Propaganda dan provokasi Abdul Nasher ikut menaikan semangat bangsa Palestina serta menumbuhkan harapanbesar bagi mereka. Malah bahkan menimbulkan dikap optimisme yang berlebihan terhadap mereka. Mereka berkata : “Kita akan memetik jeruk dari Yafa … kita akan berhari raya Adh-ha di atas kota Karmal … di Haifa.” Salah seorang di antara mereka menanyakan kepada kawannya : “Berapa wanita Yahudi yang akan kau ambil sebagai Amah (hamba persembahan) –mereka tidak mengetahui soal amah—berapa yang akan kamu ambil? Di sini tidak ada batasan bagi wanita Yahudi. Bisa sepuluh, dua puluh …. Sesukamulah. Bisa jadi kamu memperoleh 100 hamba perempuan.”

Tanggal 5 Juni telah dekat, malam tanggal 5 Juni. Pertempuran akan pecah esok pagi. Duta Amerika menghubungi Gamal Abdul Nasher pukul 7 sore dan mengatakan padanya : “Jangan menyerang … pada pukul 3 pagi, dua Rusia menghubunginya danmembangunkan tidurnya … waktu shalat tahajjud mendekati shalat Shubuh--. Duta tersebut mengatakan padanya : “Jangan menyerang dulu! … setelah berlalu dua jam dari serangan Isra’il yang pertama apa yang diperbuat pasukan Mesir/ Apa yang diperuat oleh para perwira? Para perwira angkatan udara di mana gerangan mereka? Di barak-barak mereka atau di tangsi-tangsi mereka dalam keadaan darurat? Tidak …. Mereka tidur karena semalaman menikmati pesta yang diramaikan oleh salah seorang penari wanita. Seorang penari wanita yang akhirnya Allah memberikan taubat kepadanya!!

Bagaimana kesudahannya dan siapakah yang bertanggung jawab atas pesta dansa tersebut? Dia adalah Penasehat pada Korps Angkatan Udara. Siapakah dia? Dia adalah Barukh Nadil. Siapa sebenarnya Barukh Nadil? Dia adalah orang Yahudi yang menjabat sebagai penasehat pimpinan Angkatan Udara dari sejak tahun 1954 sampai tahun 1967 … 13 tahun … jam 2 pagi Barukh Nadilberkata –berdasarkan apa yang saya baca dari buku tulisannya. Dia menulis sebuah buku yang menceritakan kejadian tragis pada bulan Juni tahun 1967. judulnya adalah Hancurnya pesawat-pesawat di waktu fajar. Dalam buku tersebut, dia bercerita tentang musibah itu-- : “Pukul 2 pagi pesta usai. Saya masih diliputi kekhawatiran. Jika parapenerbang itu kembali ke rumah, maka mereka akan terbangun pada pukul 5 … para perwira penerbang yang akan mengemudikan pesawat-pesawat tempur dan menggempur kota Tel Aviv … maka saya berfikir sejenak dan berkata dalam hati : “Apa yang harus saya perbuat? Mendadak saya mendapat pemecahannya. Para perwira itu saya bagi menjadi dua kelompok. Yang laki-laki ke satu sebelah, dan yang wanita ke sebelah yang lain. Kemudian saya katakan pada mereka : “Kalian yang laki-laki adalah pesawat MIG Mesir, dankalian yang wanita adalah pesawat Mirage Israil.” Sekarang saya mau melihat bagaimana pesawat MIG Mesir merontokkan pesawat Mirage Israil.” Maka pesawat MIG pun dapat merontokkanpesawat Mirage. (Maksudnya yang laki-laki dapat menguasai yang wanita, pent.) Maka demikianlah, pada malam yang menyimpan bara api itu mereka bermabuk-mabukan dan membuat kegaduhan sampai pukul 4 pagi … Kata Barukh Nadil lebih lanjut : “Mereka pulang ke rumah-rumah mereka dan menjatuhkan kepala mereka di atas bantal. Saya sendiri menaiki pesawat terbang saya untuk melihat langit kota Qahirah. Awan hitam menyelubungi langit kota Qahirah akibat asap dari pesawat-pesawat tempur yang terbakar dan lapangan terbang yang tergempur bom. Jam 5 pagi adalah serangan yang pertama.

Bayangkan saja wahai saudara-saudara, serangan pertama diarahkan ke pesawat-pesawat tempur. Dan itu seratus perse adalah Serangan sehari. Dua Amerika dan Duta Rusia menghubunginya pada malam itu juga dan mengatakan padanya : “Jangan menyerang dulu … kendati demikian Jendral Hop, Panglima Komando angkatan udara Israil, mengatakan : “Kami memata-matai kawasan udara Mesir, ternyata di atas sana hanya ada sebuah pesawat tempur … satu pesawat tempur?! –Sekarang saja –di waktu damai--, Amerika menerbangkan sepertiga pesawat tempurnya secara rutin di atas eilayah udaranya. Mereka beralasan : Jika negara kami dibom secara tiba-tiba oleh musuh dengan rudal-rudal nuklir atau senjata yang lain, sehingga membakar seluruh pesawat yang ada di bumi, maka kami masih mempunyai sepertiga dari armada pesawat kami di udara ….

Hanya ada satu pesawat yang terbang di udara!! Kata Jendral Hob lebih lanjut : “Jam 4.55 pesawt itu turun dan melandas di lapangan terbang. Selanjutnya kami menyerang selam tiga jam … seluruh pangkalan udara kami sapu dengan bom. Sedikit sekali perlawnan yang diarahkan ke pihak kami … tiga jam, dari pukul 5.00 sampai pukul 8.00. Pesawat MIG Mesir tidur dan baru bangun sesudah zhuhur ….

Maka berakhirlah jalannya sandiwara tersebut. Lalu keluar perintah kepada pasukan yang berada di gurun Sinai. Apa bahasa yang dipergunakan dalam perintah tersebut? Senjata pesawat telah hancur, maka lemparkan senjata dan mundurlah, jangan mundur dengan membawa senjata!! Mengapa seluruh pasukan mundur? Dan hampir saja pasukan Mesir mati kehausan dan kelaparan kalau saja Yahudi tidak memperkenankan mereka menyeberangi terusan Suez. Menginginkan pesawat-pesawat Palang merah untuk turut campur tangan!!

1) Shahih Al-Jama’i Ash-Shaghir no. 4063
2) Maksudnya : Mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan qiyamul lail.
3) Shahih Al-Jama’i Ash-Shaghir no. 3874
4) Ini adalah gabungan dari dua hadit syg shahih. Salah satunya dalam Shahih Al-Bukhari dan yang lain dalam Shahih Al-Jama’i Ash-Shaghir no. 1670
5) Hasyiyah adalah catatan pinggir (komentar) bagi suatu kitab.
6) Matan adalah isi sebuah kitab.
7) Abu Syahid adalah Amir Mu’askar Shada, yang terletak di daerah perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan.
8) HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i (lihat kitab ‘Aunul Ma’bud juz VII hal. 295
9) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa’i dengan isnad shahih. Dan juga Al-Hakim. (Lihat kitab At-Targhib wat Tarhib Juz III hal. 579).

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply