Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » » Jihad dan Madrasah Tauhid


Unknown 04.42 0


Orang-orang yang berjihad itu setiap hari menghadapi maut. Masalah hidup dan mati sudah menjadi hal yang sama bagi mereka. Dan hal ini tidak mungkin bisa, kalau tidak melalui jihad. Umat Islam tidak akan bisa eksis dalam kehidupan apabila tidak melalui jihad. Aqidah “Laa ilaaha illallah” tidak akan mungkin bisa kamu pahami bila tidak melalui jihad. Dan tauhid Uluhiyah tidak akan mungkin bisa dipahami bila tidak melalui jihad.


Apa sebenarnya yang dikehendaki kaum muslimin? Atau apa yang sebenarnya dikehendaki seorang muslim dalam hidupnya?

Allah Ta’ala menjawab pertanyaan ini, melalui firmannya:

“Dan tidaklah Aku ciptakan bangsa jin serta bangsa manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku”. (Qs. Adz Dzaariyat: 56).

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Allah Azza wa Jalla menginginkan manusia supaya mereka mendatangi-Nya, mendatangi Jannah, mendatangi rumah-Nya.

“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (Jannah), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. (Qs. Yunus: 25).

Terdapat dua ayat dalam Al Qur’anul Karim yang merupakan seruan dari Allah Azza wa Jalla. Dua seruan kepada Jannah:

“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam…”(Qs. Yunus:25)

Dan ...

“Sedangkan Allah mengajak ke Jannah dan ampunan dengan idzin-Nya”. (Qs. Al Baqarah: 221).

Dua seruan/ajakan ke rumah-Nya - dan Allah mempunyai permisalah yang tinggi-, sebagaimana manusia tidak mengajak melainkan ke rumahnya; maka demikian juga Allah, Dia mengajak manusia ke rumah-Nya.

Apa lagi yang kamu inginkan?

Allah Azza wa Jalla telah membuat janji padamu, bahwa:

“Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan Jannah kepada mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. (Qs. At Taubah: 111).

Jadi Jannah itu berhubungan dengan erat dengan qital, berhubungan erat dengan pengorbanan jiwa dan harta:

Yuqaatiluuna fii sabilillahi, fayaqtuluuna wa yuqtaluuna (Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh).

Antara dirimu dengan Allah ada ikatan jual beli. Siapa yang akan menjadi pembeli? Allah Azza wa Jalla!.

Rabbul Izzati mengadakan suatu transaksi denganmu. Ketinggian, kemuliaan, dan kehormatan mana lagi yang lebih besar bagi seorang manusia, daripada ditinggikan Allah kepada suatu kedudukan dimana ia dapat mengadakan suatu transaksi (akad/ikatan) dengan Dzat-Nya yang Maha Suci, dengan Dzat-Nya yang Maha Mulia? Kamu mengadakan suatu transaksi dengan Allah.

Andaikan kamu mengadakan sebuah transaksi dengan seorang Presiden atau seorang raja, pastilah kamu gembira tiada terkira mendapatkan kehormatan tersebut. Lalu bagaimana jika kamu mendapat kesempatan untuk mengadakan transaksi dengan Allah, Pencipta alam semesta? Transaksi untuk memberikan harta dan jiwa, dan sebagai imbalannya, Allah memberi Jannah kepadamu.

Kita semua menginginkan Jannah. Setiap orang diantara kita berusaha untuk mendapatkan Jannah. Di dunia kita sangat mendambakan ridha Allah dan mendambakan Syari’at Allah diterapkan dalam kehidupan.

Kaum muslimin sekarang seperti anak-anak yatim yang berada di tengah jamuan makan orang-orang bakhil. Mereka tidak dihiraukan sama sekali dan terabaikan. Nasib mereka begitu menyedihkan dan terlunta-lunta hidupnya.

Kami pernah bertanya kepada seorang pemuda: “Apa yang terjadi denganmu?”

“Saya seorang Libya, saya lari dari negeri saya”. Jawabnya

“Mengapa?” Tanya kami.

“Oleh karena saya berjenggot dan shalat berjama’ah lima waktu di masjid”. Jawabnya.

Kami bertanya kepada pemuda yang lain: “Ada apa denganmu?”

“Wallahi, saya seorang Syiria. Saya telah dijatuhi hukuman mati oleh penguasa thaghut secara in absentia”.

“Mengapa?” Tanya saya.

“Karena saya anggota Jama’ah Jihad”.

Jihad telah dianggap sebagai sebuah perbuatan kriminal! Wahai jamaah! Kamu lari dari sisi keluargamu, karena kamu adalah anggota Jama’ah Jihad!. Kamu dijatuhi hukuman mati di negerimu, karena kamu mau berjihad. Ya, benar. Dimana itu? Di negeri Amru bin Ash, negeri Khinanah, negeri Mesir.

Lalu apa pula yang terjadi denganmu? Wallahi, saya dari negeri anu, saya tidak lagi mempunyai paspor. Pasport saya telah habis, mereka menolak menggantikannya dengan yang baru. Mengapa demikian, wahai jamaah? Karena dia seorang muslim!.

Kaum muslimin seperti sekelompok domba di malam yang dingin. Kawanan serigala mengintai untuk memangsa mereka di setiap tempat. Mereka seperti anak-anak yatim yang miskin dan papa. Tidak punya ayah dan tidak punya ibu. Tidak punya seorangpun yang mau mengadopsi mereka. Bahkan wali mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam menyembelih mereka dan memakan harta mereka. Wali mereka adalah yang memakan harta mereka dan diserahi tugas menyembelih mereka apabila mereka mengadakan gerakan (perlawanan).

Jika demikian, apa yang kita maui? Kita mau membuat rumah untuk tempat tinggal mereka. Membuat rumah untuk anak-anak yatim itu, supaya mereka mendapat tempat perlindungan. Rumah dimana jika mereka memanjangkan jenggotnya tidak akan dijatuhi hukuman. Dimana para wali-wali mereka dan mas’ul mereka adalah orang yang mengatakan kepada mereka: “Berangkatlah kalian berjihad. Siapa yang berjihad, maka ia akan mendapatkan uang perbekalan dariku. Dan aku akan mendudukkannya sebagai komandan perang karena ia mu’min yang pemberani”. Dimana mereka dapat hidup dalam suatu masyarakat yang tidak menganggap jihad sebagai tindak kriminal, dimana pelakunya harus diberi hukuman mati atau dijebloskan ke dalam penjara.

Kita mau mendirikan rumah anak-anak yatim, yang memberikan perlindungan kepada mereka dari panas dan dingin, dari musim panas dan musim dingin. Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla, mudah-mudahan niatan itu menjadi kenyataan.

Jika kamu menghendaki Jannah, maka jalan yang paling singkat adalah dengan jihad. Allah akan mengampuni semua dosa-dosamu, bahkan hutangmu sekalipun. Rasulullah saw pernah bersabda bahwa seorang yang mati syahid itu akan diampuni semua dosa-dosanya kecuali hutang. Berkata para ulama, menjelaskan masalah tersebut: “Hutang yang tidak diampuni adalah apabila seseorang mampu membayar hutangnya, namun ia tidak memenuhi kewajibannya. Adapun jika seseorang tidak mampu membayar hutangnya (lalu dia berjihad dan mati syahid), maka Allah akan menanggung hutangnya dan melunasi hutangnya pada hari kiamat. Sebab Rasulullah saw pernah bersabda:

“Barangsiapa berhutang kepada saudaranya dan berniat membayarnya, maka Allah akan menutup hutangnya itu"

Bagaimana cara Allah menutup hutangnya pada hari kiamat? Yakni, ketika orang yang berpiutang menuntutnya di hadapan Allah, misalnya:  “Ya Allah dia berhutang kepadaku seratus ribu Dinar”, atau: “Ya Rabbi, dia berhutang kepadaku lima ribu Dinar’, pada hari Kiamat. –Misalkan demikian-. Lalu dari mana orang yang berhutang itu mendapatkan sesuatu untuk melunasi hutangnya pada mereka? Maka Allah Ta’ala akan berfirman kepada orang yang dihutangi : “Lihatlah di belakang kalian!”. Maka orang tersebut menengok ke belakang dan melihat istana-istana yang indah. Lalu bertanya: “Milik siapa istana-istana itu wahai Rabb kami?” Allah menjawab: “Untuk kalian, jika kalian memaafkan saudara kalian dan mengikhlaskan hutang-hutangnya”. “Kami mengikhlaskan wahai Rabb kami” kata mereka. Maka Allah kemudian berfirman kepada mereka, “Masuklah kalian ke dalam istana-istana itu”.

Bahkan ketika Ibnu Taimiyyah rhm. ditanya perihal orang yang berhutang, lalu ada panggilan jihad, atau kewajiban jihad telah menjadi fardhu ain baginya, maka apa yang harus ia perbuat? Ia menjawab: “Lihatlah terlebih dahulu, apakah orang yang berhutang itu mempunyai harta, dan kalau punya,  apakah akan ia pergunakan harta pembayaran hutang itu untuk jihad ataukah untuk kepentingan pribadi. Jika akan dipergunakan untuk jihad, maka ia boleh menunda pembayaran hutangnya dan mempergunakan harta tersebut untuk bekal jihad, dan Allahlah yang akan menanggung hutangnya pada hari kiamat. Namun jika akan dipergunakan untuk kepentingan pribadi, maka   orang yang berhutang itu harus segera membayar hutangnya, setelah itu baru pergi berjihad”.

Adapun jika orang yang menghutangi itu hendak mempergunakan uang pembayaran yang akan diterimanya untuk berjihad, maka hendaklah orang yang berhutang segera membayarnya. Dengan demikian, ia telah memperoleh dua kebaikan, yakni: melunasi hutang dan manfaat jihad. Adapun jika orang yang berhutang itu tidak mempunyai uang/harta untuk membayar, maka sudah sepatutnya bagi dia untuk mengesampingkan urusan hutang itu lebih dahulu dan berangkat berjihad. Oleh karena jihad telah menjadi fardhu ain, maka hutang itu tidak bisa mencegah kewajiban jihad.

1.   Tauhid Amali.

Orang-orang yang berjihad itu setiap hari menghadapi maut. Masalah hidup dan mati sudah menjadi hal yang sama bagi mereka. Dan hal ini tidak mungkin bisa, kalau tidak melalui jihad. Umat Islam tidak akan bisa eksis dalam kehidupan apabila tidak melalui jihad. Aqidah “Laa ilaaha illallah” tidak akan mungkin bisa kamu pahami bila tidak melalui jihad. Dan tauhid Uluhiyah tidak akan mungkin bisa dipahami bila tidak melalui jihad.

Tauhid Rububiyah merupakan hal yang mudah. Kamu bisa menghapalkannya lewat kitab bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Yang memberi rizki, Yang menghidupkan dan mematikan, ditangan-Nya semua urusan dan semua urusan itu akan kembali pada-Nya. Ini bisa kamu hapal dengan mudah. Aqidah ini bisa kamu baca sejam dua jam saja. Kemudian (aqidah) Asma wa Sifat. Apa sebenarnya Asma wa Sifat itu? Kita menetapkan bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai nama-nama yang bagus dan sifat-sifat yang tinggi sebagaimana yang datang dalam Kitabullah dan Sunnah yang shahih, tanpa mentakwilkan, mentiadakan, menyerupakan atau memisalkan. Kita menetapkan bahwa Allah mempunyai tangan, namun tidak seperti tangan kita, dan mempunyai mata, tapi tidak seperti mata kita dan:

“Tuhan Yang Maha Murah, yang bersemayam di atas Arsy”. (Qs. Thaha: 5).

Istiwa’ (bersemayam) maklum, bagaimana istiwa’ nya Allah itu tidak diketahui, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah dan beriman padanya adalah wajib.

Allah Azza wa Jalla bersemayam di atas arsy-Nya di atas langit yang tujuh terpisah dari makhluk-Nya.

Namun bukan itu yang kita kehendaki. Kita tidak menghendaki tauhid yang sifatnya teoritis. Yang kita kehendaki adalah tauhid amali (praktis), yakni tauhid Uluhiyah. Memindahkan aqidah bahwa Allah adalah sang Pencipta, Yang memberi rizki dari alam fikiran ke dalam kehidupan nyata. Memindahkan aqidah bahwa Allah adalah Yang menghidupkan dan mematikan dari dalam dada ke dalam perilaku akhlak dan sikap. Jika secara teori kamu meyakini dengan sesungguhnya bahwa Allah adalah Yang menghidupkan dan mematikan, sementara belum pernah sekalipun nampak dalam hidupmu, kamu dihadapkan dalam situasi rezki dan ajalmu harus kamu pertaruhkan untuk mencari keridhaan Allah, maka dimana gerangan aqidah bahwa Allah adalah Yang menciptakan dan Yang memberi rizki? Yang menghidupkan dan Yang mematikan?

Pemimpinmu adalah seorang fajir dan fasik. Setiap hari mencaci Islam, sementara tak sekalipun kamu pernah menentangnya, karena mengkhawatirkan gaji tahunanmu (tidak dinaikkan), dan mengkhawatirkan pekerjaanmu (akan hilang).

Maka dimana gerangan keyakinanmu bahwa Allah adalah Yang menciptakan dan Yang memberi rizki?!

Kita ingin aqidah teoritis ini berpindah dari dalam benak ke dalam perilaku dan sikap. Inilah tauhid uluhiyah di mana para Rasul diutus menyerukannya pada umat manusia.

Masalah tauhid Uluhiyah ini sangat jelas sekali kita lihat pada orang-orang Afghan (Mujahid). Mereka telah memindahkan aqidah bahwa Allah adalah Yang menciptakan, yang memberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan ke dalam perilaku dan perbuatan nyata mereka selama sepuluh tahun.

Maka dari itu, pada waktu mereka menghadapi tentara komunis Rusia, kami tanyai mereka: “Bagaimana kalian menghadapi tentara Rusia? Adakah kalian menyangka akan dapat mengalahkan mereka?”.  Mereka menjawab: “Kami akan mengalahkan mereka Insya Allah”. “Mengapa kalian yakin?”.Tanya kami lagi. “Siapa yang lebih kuat? Allah ataukah Rusia?” Mereka balik bertanya. “Allah yang lebih kuat”. Jawab kami. Lalu mereka berkata: “Kami beserta Allah, maka kami akan mengalahkan Rusia!”.

Allah itu Maha Kuat, maka dari itu Dia tidak akan kalah, maka dari itu Rusia akan kalah. (Keyakinan yang dimiliki) seorang bernama Muhammad Umar, sebagaimana diceritakan oleh Muhammad Siddiq: “Pesawat tempur Rusia membombardir kami, lalu kami semua berlindung ke parit-parit pertahanan kecuali seorang lelaki tua. Dia menengadah ke langit seraya berkata: ‘Ya Rabbi, ya Rabbi, siapa yang lebih kuat? Engkau ataukah pesawat tempur yang membombardir tentara-Mu? Siapa yang lebih besar?, Engkau ataukah pesawat tempur itu”. Sementara pesawat tempur musuh menghujani mereka dengan bom. Belum sampai dia menurunkan tangannya, maka pesawat tempur itu telah jatuh ke bumi, maka inilah tauhid yang sebenarnya dikehendaki Allah dari kita.

Tauhid Uluhiyah....!! Inilah tauhid yang taruhannya adalah darah, taruhannya adalah jiwa, taruhannya adalah harta. Ibumu disembelih di hadapanmu... anakmu dibakar hidup-hidup di depan matamu.... rumahmu dihancurkan sehingga menimpa semua orang yang ada di dalamnya. Namun demikian kamu tetap sabar dan ikhlas, serta meyakini bahwa semuanya itu sudah menjadi takdir Allah.... Inilah tauhid Uluhiyah. Maka barangsiapa hendak mempelajari tauhid ini, silahkan dia datang ke Afghanistan.

Shafi’ullah Afdhali selama delapan tahun berada di front terdepan dalam pertempuran. Maka para sahabatnya mengatakan padanya: “Shafi’ullah, kami sangat membutuhkanmu, karena kamu adalah komandan. Jika kamu gugur, maka yang rugi adalah kami semua”. Namun apa jawabannya? Dia hanya membaca firman Allah:

“Tiada akan mati suatu jiwa melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah tertentu waktunya”. (Qs. Ali Imran : 145)

Inilah tauhid Uluhiyah!. Adakah kamu fikir tauhid Uluhiyah itu adalah kalimat-kalimat yang bisa kamu hafalkan melalui kitab? Tidak!, sekali-kali tidak demikian!.

Bandingkan antara tauhid yang dimiliki pemuda mujahid Afghan (manapun) dengan nama panglima pasukan negeri kita seperti Muhammad Fauzi atau Ali Butho yang dahulunya menjadi Perdana Menteri Pakistan. Mereka mengalami depresi mental ketika menghadapi sidang pengadilan karena mengkhawatirkan keselamatan diri mereka. Bandingkan antara mujahid Afghan, yang tidak membawa sesuatu kecuali Klasenkov (AKA) dengan tentara Rusia yang membawa pesawat tempur dan tank. Para reporter berita mewancarai seorang tentara Rusia di Televisi Rusia, sementara jaringan televisi Amerika ikut merelay siara tersebut. Mereka menanyakan padanya: “Bagaimana kondisi anda di Afghanistan?” Ia menjawab: ”Ketika kami mendengar pekik”. “Allahu akbar”, maka kami terkencing-kencing di celana kami”. Ya benar, wawancara tersebut ditayangkan jaringan Televisi Amerika, merelay dari Rusia.

Aqidah tauhid, aqidah “Laa ilaaha ilallah”, adalah aqidah yang harus kita miliki. Kita harus merubah tauhid Rububiyah menjadi tauhid Uluhiyah. Mengapa begitu? Sebab orang-orang musyrik juga mempercayai Rububiyah Allah. Bukankah demikian? Tentu saja.... (seperti firman Allah berikut ini):

“Katakanlah: “Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: “Allah!” Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Qs. Yunus : 31)

Siapakah mereka yang menjawab “Allah” itu?

Kaum musyrikin!

Kemudian di ayat yang lain....


“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi?” niscaya mereka akan menjawab: “Allah”.


Jadi tauhid Rububiyah itu, tidak ada resiko harta, tidak ada resiko nyawa, dan tidak menyulitkan orang yang meyakininya.


Pernah suatu kali seorang pemuda yang baik, Allah telah membuka hati dan melapangkan dadanya. Maksud saya: Dia memahami makna “Laa ilaha illallah”, berkata: “Orang-orang Mesir aqidahnya tidak beres”. “Mengapa?” Tanya saya. Dia menuturkan: “Ya akhi, mereka menyembah Sayyid Badawi, thawaf dikuburnya, dan minta pertolongan kepadanya”. Lalu saya berujar: “Kasihan sekali Sayyid Badawi. Punya kesalahan apa dia terhadap kalian wahai jama’ah?. Dia telah meninggal lima ratus tahun yang lalu. Bagaimana pandanganmu andaikan Sayyid Badawi mempunyai pasukan pengawal atau tentara seperti Hafidz Asad?. Adakah orang yang berani mengisahkan tentang dirinya? Mengapa kamu tidak bercerita saja tentang Hafidz Asad?. Apakah Sayyid Badawi lebih berbahaya bagi kaum muslimin ataukah Hafidz Asad yang disembah manusia, orangnya dan undang-undangnya? Yang ini syirik terhadap orang hidup dan yang itu syirik terhadap orang mati. Mana di antara keduanya yang lebih berbahaya terhadap manusia?, Sayyid Badawi ataukah Hafidz Asad? Andaikan Sayyid Badawi mempunyai tentara, maka tidak ada seorangpun yang berani sembarangan mengomongkannya!!.


Tauhid Uluhiyah tidak bisa dipahami apabila tidak melalui jihad. Merubah teori dan konsep menjadi perilaku, akhlak, sikap dan tindakan nyata dalam hidup, membuat sejarah dengan pengorbanan jiwa, raga dan darah. Inilah tauhid Uluhiyah.


Tauhid Uluhiyah yang merasuk dalam jiwa pemuda Palestina, yang datang dari Kuwait, namanya Abdurrahim Rasyid Al’Araja. Rusia berhasil menawannya dan mengajukannya ke pengadilan di Kabul. Mereka menanyainya: “Kenapa kamu datang kemari? Dia menjawab: “Justru saya yang harus bertanya, mengapa kalian datang kemari?”. Kemudian mereka mengatakan kepadanya: “Jika kami membebaskanmu, apa yang kamu perbuat?” Dia menjawab: “Saya akan mengangkat senjata dan memerangi kalian lagi”. Inilah tauhid Uluhiyah!!


Tauhid Uluhiyah telah menjelma menjadi sikap nyata, seperti tauhid yang telah merasuk ke dalam jiwa Sayyid Quthb. Dia dihukum mati karena memegang teguh prinsip dan keyakinannya. Dia meyakini bahwa Allah yang menghidupkan dan mematikan. Maka ketika ia dibujuk untuk minta maaf kepada penguasa agar diberi ampunan, yang keluar dari mulutnya adalah kalimat: “Saya tidak akan meminta maaf kepada siapapun karena beramal karena Allah. Permintaan maaf tidak akan mempercepat ataupun menunda ajal”.


Ada seseorang menceritakan kepada saya, dan ia mendengarnya dari Basyir Ibrahim, ulama besar dari Aljaza’ir. Suatu waktu ia datang ke istana Raja Farouq untuk memberikan nasehat. Tapi sesampainya di sana, ia mendapati Raja Farouq beserta pengawalnya merencanakan persekongkolan jahat terhadap Hasan Albana. Seketika itu juga, ia pergi menemui Hasan Albana dan mengatakan padanya:


“Sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat”. (Qs. Al Qashash : 20)


Hasan Albana menatap Basyir Ibrahim sesaat, dan kemudian mengatakan kepadanya: “Betulkah ini kamu? Seperti itukah jalan pikiranmu? Bukankah Allah telah berfirman:


“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.


Kemudian ia mengatakan:


Dari dua hari kematian mana yang aku lari?

Dari hari yang tidak ditentukan atau hari yang telah ditentukan?//

Hari yang belum ditentukan, aku tidak menakutinya


Dan hari yang telah ditentukan, maka kehati-hatian tidak dapat menyelamatkannya.//


Ini adalah aqidah Laa ilaaha illallah, tauhid Uluhiyah. Inilah sikap-sikap amaliah yang dapat membentuk masyarakat, melindungi kehidupan, membangun umat dan menorehkan sejarah. Lembaran sejarah dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa besar yang ditorehkan oleh manusia-manusia yang berjalan dengan tauhid Uluhiyah dalam kehidupannya. Dan tauhid ini tidak bisa difahami bila tidak melalui jihad.


Cobalah tengok sikap dan keteguhan hati salah seorang Khalifah dari dinasti Ustmaniyah, yakni Sultan Abdul Hamid. Dia tahu bahwa Yahudi internasional lebih kuat daripadanya, dia tahu bahwa gerakan Masonisme dunia menentangnya, Barat Salibi menentangnya, dan seluruh dunia menyatakan permusuhan secara terang-terangan kepadanya.

Yahudi menawarkan dunia kepadanya: “150 juta Dinar emas akan kami berikan untuk kantong pribadi Tuan wahai Sultan Hamid. Kami akan membangunkan untuk tuan armada laut dan universitas. Kami akan membela sistem pemerintahan dan kebijaksanaan poltik tuan di negara-negara barat. Kami juga akan menutup sebagian besar hutang negara tuan. Dengan syarat: izinkanlah orang-orang Yahudi untuk berhijrah ke Palestina”.

Namun dengan tegas tawaran tersebut ditolak. Sultan Abdul Hamid berkata: “Sesungguhnya jika kalian mengoperasikan pisau bedah di tubuhku dan memotong sebagian dari anggota tubuhku, itu lebih aku sukai daripada kalian pisahkan negeri Palestina dari negeri-negeri Islam. Sesungguhnya negeri Palestina diambil oleh kaum muslimin dengan pengorbanan darah. Sekali-kali negeri tersebut tidak akan dapat direbut dari tangan mereka kecuali dengan pengorbanan darah pula”. Kemudian Sultan Abdul Hamid menatap tajam wajah Hertzle, Ketua organisasi Masonisme Dunia dan mengatakan padanya: “Simpanlah uang anda, jika Abdul Hamid telah mati, maka kalian dapat mengambil Palestina dengan cuma-cuma!”.


Inilah Tauhid Uluhiyah. Ia tahu bahwa tahtanya akan hilang, namun dengan tegas dan berani ia menolak tawaran mereka.


Begitu selesai dari pertemuan tersebut, Hertzle segera meninggalkan Istambul dan bertolak ke Italia. Dari sana ia mengirimkan telegram kepada Sultan, yang isinya ia mengancam: “Kamu akan membayar harga pertemuan itu dengan tahta dan nyawamu”.


Dan betul, Sultan akhirnya membayar  pertemuan tersebut dengan harga yang mahal, yakni tahta dan nyawanya. Beliau tahu bahwa Yahudi lebih kuat daripadanya, akan tetapi beliau tetap berpegang teguh dengan prinsip yang diyakininya dan bertawakal kepada Allah.


Kita perlu memahami Tauhid Uluhiyah. Kita harus memusatkan langkah dan perhatian kita pada tauhid Uluhiyah. Oleh karena tauhid Uluhiyah adalah keyakinan yang harus terpancar dalam sikap, perilaku, akhlaq dan hidup kita. Dan itu tidaklah remeh dan gampang. Taruhannya adalah darah, nyawa dan harta kita.


Ingin memahami Tauhid Uluhiyah? Ingin belajar tauhid Uluhiyah? Janganlah kalian membaca kitab-kitab. Masuklah Afghanistan, dan lihatlah! Bagaimana Tauhid Uluhiyah itu!


2.    Kesabaran Yang mengagumkan


Bercerita kepada saya seorang pemuda Saudi, Adil namanya: “Terjadi pertempuran di dekat kota kabul. Tentara Rusia dan tentara komunis Afghan mengalami kekalahan. Lalu mereka membalas dendam dengan menghantam masjid yang berisi anak-anak dan kaum wanita. Semua orang yang ada di dalam masjid tersebut tewas terbunuh”.

Adil melanjutkan: “Kami mendatangi masjid tersebut dan menemukan di sana suatu pemandangan yang sangat memilukan. Potongan tangan dan kaki berserakan di sana sini, darah tercecer di mana-mana, tidak bisa dibedakan lagi mana itu tangan anak dan mana itu tangan wanita, karena semuanya telah tercampur baur”.

 “Saya sangat bersedih hati dan menangis. Komandan mujahid yang berdiri di samping saya berkata: “Mengapa kamu menangis, hei Adil?” Saya menjawab: “Kejadian tragis ini membuat hati menjadi pilu karena kesedihan”. Sejurus kemudian dia berkata: “Kami berada di atas jalan yang panjang, dan ini adalah sebagian beban yang harus kami pikul”.


Adil melanjutkan: “Saudara perempuannya, ibunya, istrinya dia temukan di dalam masjid, namun dia tidak tahu yang mana? Yakni: mereka yang tewas di dalam masjid tubuhnya terkoyak-koyak dan tercerai berai. Tidak ada yang tersisa hidup-hidup kecuali seorang gadis kecil. Dia menjerit-jerit di pelukan ibunya yang telah putus kepalanya, darah mengalir dari leher ibu gadis kecil itu dan menetesi tubuhnya. Kami ambil gadis kecil itu, namun ternyata ia telah menjadi gila lantaran peristiwa dahsyat tersebut”.


Komandan mujahidin berkata: ‘Kami telah memilih jalan ini, dan ini adalah sebagian beban yang kami pikul. Kami akan tetap berada di jalan ini. Dan insya Allah kita semua akan mati di jalan ini. Akan tetapi ada sesuatu yang membuat sesak dada kami. Sebagian orang-orang Arab masih meragukan jihad kami bahwa jihad kami bukan jihad Islami. Mereka juga menyangsikan aqidah kami”.


Demikian pula, kejadian di mana pesawat tempur musuh mengebom sebuah rumah mujahid. Dalam serangan tersebut hanya seorang yang menjadi korban, yakni anak perempuannya. Hari berikutnya mujahid yang kehilangan anak perempuannya itu menyembelih sembelihan sebagai tanda syukur kepada Allah. “Anak perempuanmu mati, tetapi kamu malah menyembelih sembelihan sebagai ungkapan syukur kepada Allah (apa-apaan ini)” Kata seseorang. Dia berujar: “Saya bersyukur kepada Allah, oleh karena Allah mengambil salah satu anakku dan menyisakan lima yang lain untukku”.


Apakah kamu pikir tauhid (akan kamu dapatkan) hanya sekedar menghapal dua kalimat dari dalam kitab? Barangsiapa ingin mempelajari tauhid Uluhiyah, belajar kesabaran menghadapi takdir, maka hendaklah ia masuk ke medan jihad. Kita mengetahui bahwa segala sesuatu ada di tangan Allah, dan segala sesuatu berjalan menurut ketentuan Allah, namun demikian ketika kita gagal masuk Universitas atau gagal dalam kenaikan kelas, maka rasa-rasanya kita mau mati karena kesedihan dan kedukaan.


Salah seorang komandan mujahidin di wilayah utara, di front Takhtar- kehilangan dua puluh orang karib kerabatnya, sewaktu serangan bom musuh menghantam rumah tempat mereka berkumpul dan dalam waktu sekejap hilang semuanya. Namun demikian dia tetap berada di front pertempuran memimpin pasukannya.


Tatkala Yusuf hilang dari sisinya, maka Nabi Ya’qub menangis terus dan tenggelam dalam kedukaan sampai kedua matanya menjadi putih, seperti yang difirmankan Allah dalam ayat ini:


“Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan, dan dia menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)”. (Qs. Yusuf: 84).


Adapun komandan yang satu ini –Tentu saja tidak dapat dibandingkan antara Nabi dengan mereka - tidak menjadi putih kedua matanya karena kesedihan dan tidak pula gila. Dia tetap memimpin pasukannya di front pertempuran melawan Rusia. Dua puluh orang karib kerabatnya mati, paling tidak kejadian semacam itu bisa membuat depresi mental, atau membuat linglung orang yang menghadapinya untuk sementara waktu.


Sampai lama, saya tidak dapat menjelaskan kesabaran orang Afghan.

Demi Allah, saya tidak mampu. Saya cari kitab-kitab, saya baca di buku-buku yang membahas tentang tawakal ... di buku-buku tauhid, namun saya tidak mendapatinya, sampai akhirnya jawaban itu saya dapatkan:


“Sesungguhnya Allah menurunkan kesabaran menurut kadar musibah, dan menurunkan pertolongan menurut kadar kesukaran”.


Pertolongan turun menurut kadar kesukaran (beban), dan kesabaran turun menurut kadar musibah. Bagaimana mereka bersabar? Bagaimana? Allah menjelaskan hal tersebut kepada saya. Jika jihad bukan untuk membela aqidah dan dien, maka apa yang membuat mereka mampu bersabar di atas jalan yang panjang ini? Sekarang mereka berjihad melawan rezim Komunis yang dipimpin oleh orang Afghan bukan orang-orang Rusia. Awal mulanya mereka berjihad melawan Perdana Menteri Dawud, orang Afghan. Kemudian melawan Taraqi, orang Afghan, kemudian melawan Hafizhullah, orang Afghan. Kemudian melawan Babrak Kamal, orang Afghan. Jadi asal mula jihad mereka bukan melawan orang-orang Rusia. Jihad mereka tegak, karena mempertahankan aqidah melawan orang kafir Afghan. Kaum muslimin Afghan melawan orang-orang kafir Afghan.


3.    Sikap Tegas Penuh Wibawa.


Selama berlangsung pertempuran antara rezim Komunis Afghan dengan Mujahiddin, Syeikh Jalaludin Haqqani pernah menerima sepucuk surat dari Najib ‘Baqar’ (Presiden Najibullah, tapi Syeikh Abdullah menyebutnya dengan Najib ‘Baqar’ artinya Najib si sapi  sebagai penghinaan baginya, penj.). Dalam surat itu dia mengatakan: “Demi Allah saya seorang muslim. Menteri Dalam Negeri Sulaiman La’iq juga muslim –orang-orang ini adalah propagandis komunis-. Akan tetapi sayang kami tidak bisa berbuat apa-apa di dalam negeri. Kami tidak mampu melawan orang-orang komunis, oleh karena orang-orang komunis yang berada di sekitar kami banyak sekali. Saya hanya minta tuan mengamankan jalan-jalan di sekeliling kota-kota untuk keselamatan saya, dan sebagai imbalannya saya akan mencabut hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan komunis atas diri tuan. Selanjutnya saya akan memberikan seluruh wilayah Paktia kepada tuan, dan melepaskan seluruh tawanan Paktia yang ada pada kami”.


Selanjutnya saya ingin berjumpa dengan tuan. Saya akan memberikan pada tuan seratus jaminan supaya pertemuan diantara kita berlangsung dengan tenang dan aman”.


Lalu beliau menulis surat jawaban kepadanya. Isinya adalah sebagai berikut:


“Wahai orang-orang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan”. (Qs. Ash Shaf: 2-3).


“Sesungguhnya Dawud dibunuh oleh orang-orang komunis. Taraqi dibunuh orang-orang komunis –bukan Mujahidin- Hafidzullah dibunuh orang-orang komunis. Babrak Kamal sekarang ditahan di Moscow oleh orang-orang komunis. Dan sekarang giliran anda. Di hadapan anda ada dua jalan dan tidak ada yang ketiganya. Tetap bersama orang-orang komunis sehingga anda dibunuh atau dipenjara. Atau anda datang kepada kami untuk bergabung.

Adapun duduk berunding dengan anda, maka hal itu tidak mungkin saya lakukan. Selama di Afghanistan masih bercokol orang-orang Rusia. Oleh karena saya tidak terbiasa duduk berunding di meja kehinaan”.


Saya tegaskan: “Kalian ingin belajar tauhid? Ingin? Saya akan mengirim kalian ke wilayah Badakhsyan, atau ke Takhar selama dua bulan. Insya Allah, kalain akan mengetahui tauhid Uluhiyah”.


Inilah tauhid Uluhiyah: Ketika nabi saw dan Abu Bakar bersembunyi di satu gua dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah, seandainya salah seorang diantara mereka melihat melalui bawah kakinya, pasti ia akan melihat kita”.

Rasulullah menjawab: “Hei Abu Bakar, bagaimana pendapatmu, dengan dua orang dan Allah adalah yang ketiga menyertainya?!”.


Inilah tauhid Uluhiyah: Kisah Ahmad Pana, seorang komandan bawahan Ahmad Syah Mas’ud. Dahulu dia adalah penjual pakaian dan sekarang ia menjadi jenderal perang yang sesungguhnya. Lima ratus buah tank paling tidak telah dia hancurkan bersama kelompoknya di terowongan “Salanja”. Bahkan Ahmad Syah Mas’ud sendiri menyebutnya “Gila”, karena tawakkalnya dan keberaniannya yang luar biasa. Dia masuk ke medan pertempuran di front terdepan. Sudah biasa baginya memimpin pertempuran secara langsung. Berkeliling mengontrol muaskar-muaskar dan kelompok-kelompok Mujahidin yang berada di garis depan. Dia tidak membawa pistol ataupun Klasenkov (AKA), yang dibawanya hanyalah alat komunikasi (HT).


Sepuluh bulan yang lalu Najib mengirim surat kepada Ahmad Pana. Dia meminta supaya Ahmad Pana menghentikan serangannya ke pihak mereka, jika Ahmad Pana menolak, maka saudara lelakinya yang mereka tangkap akan dibunuh. Kata Najib dalam suratnya: “Jika kamu tidak mau mengendorkan serangan, maka kami akan membunuh saudara lelakimu. Kendorkanlah seranganmu terhadap kami. Maka kami akan memberikan apa yang kamu minta”.

Suatu ketika salah seorang diantara kawannya menyampaikan hadits Nabi saw:


“Barangsiapa membaca “Bismillahil ladzii laa yadhurru ma’a ismihi syai’un fil ardhi wa laa fis samaa’i wa huwas-samii’ul ‘aliim” ( Dengan nama Allah, yang dengan (berlindung kepada) Nama-Nya, maka tidak akan membahayakan sesuatu apapun yang ada di muka bumi ataupun di langit. Dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat) tiga kali pada pagi hari, maka tidak ada sesuatu yang dapat membahayakannya sampai petang”.


Lalu Ahmad Pana menghafal separuhnya, yakni “Bismillahil ladzii laa yadhurru ma’a ismihi syai’un, dan membacanya tiga kali setiap hari. Ia menyangka, peluru sekalipun tidak akan membahayakannya.


Berbekal keyakinan ini, maka Ahmad Pana menumpang kendaraan umum, melewati jalan yang menghubungkan kota Kabul dengan Moscow. Dimana di sepanjang jalan tersebut terdapat pos-pos pemeriksaan yang dijaga oleh tentara Rusia. Dia naik kendaraan umum tanpa membawa senjata, padahal namanya sudah ada dalam benak tentara Rusia, dan fotonya sudah tersebar di mana-mana. Orang-orang Rusia menamakannya Jenderal Pana.


Seorang tentara Rusia memperhatikannya dengan rasa curiga. Dia balik ke belakang dan menarik baju Ahmad Pana ke dadanya. Namun dengan sigap Ahmad Pana melepaskan dirinya dari cengkeraman tersebut dan kemudian melompat keluar kendaraan. Tentara itu berteriak, “Pana, Panaaa!” Tentara Rusia lain yang mendengar teriakan tersebut terkejut sehingga senjata yang mereka pegang jatuh. Begitu mereka sadar, maka segera mengambil senjatanya dan menembaki Pana. Baju Pana berlubang-lubang tertembus peluru, namun tak satupun peluru itu yang melukai tubuhnya.


Inilah tauhid Uluhiyah. Siapa yang telah memberi pelajaran kepada lelaki ini? Siapa yang telah memberi pelajaran lelaki ini di Jami’ah? Adakah dia keluaran Fakultas Ushuluddin? Dia keluaran dari Jami’ah Tauhid Uluhiyah, dari Fakultas Tawakkal ‘alallah, bidang:


“Wamaa kaana linafsin an tamuuta illa bi idznillah”

“Dan tidak akan mati suatu jiwa itu kecuali dengan idzin Allah”.


Dalam suatu serangan dadakan di dekat terowongan Salanja –terowongan ini panjangnya ada beberapa kilometer. Tank-tank dan truk-truk Rusia yang membawa bekal makanan dan senjata ke Kabul harus melalui terowongan ini- Bersama sekelompok Mujahidin yang jumlahnya kurang dari tiga puluh orang, masing-masing bersembunyi di parit-parit pertahanan. Dua jam pesawat-pesawat tempur Rusia menghujani tembakan di sekitar daerah tersebut untuk mengamankan tank-tank dan truk-truk yang hendak melewati terowongan Salanja. Ahmad Pana tetap duduk. Ya... dia tetap duduk, diam dan siaga. Setelah dua jam penuh pesawat-pesawat tempur itu menjalankan aksinya, maka kemudian barisan tank datang mendekati terowongan Salanja. Begitu barisan tank itu masuk ke dalam terowongan, maka muncullah mujahidin dari dalam parit dengan senjata RPG (anti tank). Dengan meneriakkan pekik “Allahu Akbar” Ahmad Pana menembak truk pengangkut musuh, maka truk pengangkut itu terbakar beserta muatannya. Kemudian mujahidin yang lain mengikuti komando Ahmad Pana. Mereka menembakkan roket-roket mereka ke dalam terowongan. Salah satu tanki minyak dari tank-tank musuh terbakar sehingga membakar tank-tank yang lain. Tentara Rusia menyangka Mujahidin ada di dalam terowongan dan melancarkan serangan dari dalam terowongan. Maka mereka memblokade dua pintu terowongan tersebut dan selanjutnya menggempur tank-tank mereka sendiri supaya mujahidin ikut terbakar.



“Dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya”. (Qs. Al An’am: 26).


Tatkala Ahmad Pana mau menikah, maka ia memilih tempat  sebuah rumah yang letaknya 15 meter jauhnya dari jalan raya. Dia bersama enam orang mujahidin dari pasukannya. Dia sendiri tidur bersama pengantin perempuan di satu kamar, sedang teman-temannya tidur di kamar yang lain. Rusia mengetahui tempat tersebut –karena mata-mata mereka banyak sekali- lalu mereka mengepungnya.


Pagi hari, ketika salah seorang diantara mereka bangun mau wudhu’, dia melihat sejumlah tentara Rusia telah mengepung tempat mereka. Dengan perlahan-lahan dia mengetuk pintu kamar Ahmad Pana, dan berseru lirih, “Pana, Rusia telah mengepung rumah ini!” Lalu Ahmad Pana berdoa: “Bismillaahilladzi laa yadhuurru ma’a ismihi syai’un”. –dia tidak hafal kecuali separuh hadits- dia bertawakkal kepada Allah, karena bidang pelajaran yang dia pelajari hanya satu ayat:


“Dan tiada kami akan mati suatu jiwa itu kecuali dengan idzin Allah”.


Dan fakultas tersebut tidak memberi pelajaran kecuali satu materi saja, yakni: materi tawakkal ‘alallah.


Dan Jami’ahnya adalah Jami’ah Tauhid Uluhiyah.

Kata Ahmad Pana: “Dua orang membukakan jalan untuk saya. Rusia menembaki pintu dan membunuh dua rekan saya. Dan akhirnya empat rekan saya yang lain pun tewas kena berondongan peluru di pintu rumah”.


Ahmad Pana melihat dari balik jendela, dia berusaha meloloskan diri dari kepungan tersebut. Senjata Kalasenkov telah digenggamnya erat-erat, lalu dia melompat keluar dan memberondong tentara Rusia yang dihadapannya. Lalu dia menerobos kepungan mereka dan berhasil lolos tanpa mendapatkan cedera sedikitpun.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply