Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » » Tawakal dan Iman


Unknown 04.07 0


Wahai kalian yang telah ridha Allah sebagai Rabb kalian, Islam sebagai dien kalian, Muhammad sebagai nabi dan rasul kalian, ketahuilah bahwa Allah 'Azza wa Jalla telah menurunkan dalam Al-Qur’an Al-Karim :
     
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq : 2-3)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah 'Azza wa Jalla akan mencukupi siapa saja yang bertawakkal kepada-Nya. Tawakkal adalah setengah daripada dien dan setengahnya lagi adalah ibadah. Adapun dien itu sendiri adalah ibadah dan isti’anah(memohon pertolongan). Karena itu allah Ta’ala berfirman :
           

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan.”



MAKNA IBADAH

Ibadah adalah inabah (kembali kepada Allah dalam segala urusan) dan isti’anah adalah tawakal. Dalam Al-Qur’an disebutkan :
                                   

“Kepada-Nyalah aku bertawakal, dan kepada-Nyalah aku kembali (dalam segala urusanku).” (QS. Asy-Syura : 10)

                                  

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 123)

Totalitas Dien terkandung dalam dua kalimat ini, yakni : ‘Sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya’. Dia adalah Dzat yang patut kita sembah dan layak kita mintai pertolongan. Oleh karena segala urusan adalah kepunyaan-Nya. Urusan-Nya tidak akan bisa dihalangi ataupun dihindari. Maha Luhur kehendak-Nya, pasti terlaksana perintah-Nya dan tidak bisa dibantah ketentuan-Nya.

“Dan kepunyaan Allahlah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah segala urusan dikembalikan.”

Jika demikian adanya, maka yang dituntut dari kita adalah dua perkara : memohon pertolongan hanya kepada-Nya dan menyembah hanya kepada-Nya.

“Maka dari itu,sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.”


“Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan.”


TAWAKKAL MENURUT PENGETAHUAN DAN AMAL

Apa sebenarnya tawakkal itu?  Tawakkal menurut jumhur ‘ulama, adalah percaya bahwa ketentuan Allah pasti terlaksana dan mengikuti sunah Nabi saw dalam memilih makanan dan minuman serta di dalam berikhtiar. Inilah yang dinamakan tawakkal.

Rasa tenang dan percaya bahwa ketentuan Allah  pasti berjalan, tetapi tidak meninggalkan ikhtiar yang diperintahkan  Allah. Barangsiapa yang meninggalkan  ikhtiar, maka dia telah menyelisihi sunnah. Sebab Rasulullah saw telah memerintahkan kita agar berusaha dan berhati-hati  terhadap bahaya. Adalah  Rasulullah saw mengadakan kamuflase (penyamaran) di dalam perang dan menggunakan kata-kata sandi serta mengatakan bahwa perang adalah tipu daya. Beliau juga mengenakan baju besi dan berobat di kala sakit.

Inilah sunnah Rasulullah saw. barangsiapa melaksanakan ikhtiar, maka sesungguhnya dia telah mengikuti sunnah Rasulullah saw. Dan yang demikian itu bukan merupakan suatu cela dalam tawakkal dan bukan pula cacat dalam aqidah yang berkaitan dengan sikap percaya kepada Rabbul ‘Alamin.

Ibnu Qayyim Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya pada bab Thariqul Hijrataini wa Baabus Sa’aadatain, ‘Tawakkal adalah kendaraan bagi orang yang melakukan perjalanan, dimana perjalanan itu tidak akan dapat dicapainya kecuali dengan kendaraan. Maka tawakkal adalah kendaraanmu dan tumpanganmu. Tawakkal adalah binatang tungganganmu yang akan mengantarkanmu kepada Allah dan kendaraanmu yang akan membawamu terbang kepada Rabbul ‘alamin. Tawakkal merupakan keharusan dan keniscayaan bagi keimanan seseorang. Allah telah berfirman :

“Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah : 25)

Kalimat jawabusy syurut (jawaban dari syarat) didahulukan atas syarat, sehingga berbunyi: ‘Jika kamu benar-benar beriman, maka hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakkal’.

Ibnu Qayyim Rahimahullah juga mengatakan, ‘Tawakkal menyatukan dua pokok, yaitu, ilmu (pengetahuan) hati dan amalan hati. Adapun yang dimaksud dengan amalan hati adalah orang yang bertawakkal merasa tercukupi dengan apa yang diberikan penanggungnya dan merasa yakin dengan kesempurnaan penanggungnya dan merasa yakin dengan kesempurnaan penanggungnya dalam mengurus apa yang akan dipercayakan padanya dan bahwa yang lain tidak bisa menggantikan tempatnya. Dengan kata lain : Engkau yakin bahwa dzat yang telah engkau pasrahkan padanya urusan-urusanmu akan mampu mengurusnya dan Dzat yang telah engkau percayakan padanya persoalan-persoalanmu akan mampu memudahkan segala urusan dan persoalanmu’.

‘Adapun yang dimaksud dengan amalan hati ialah : Orang yang bertawakkal merasa tenang terhadap Rabbul ‘Alamin. Ia merasa tenteram dengan-Nya dan menyerahkan serta memasrahkan segala urusan kepada-Nya. Dan ia ridha terhadap apa yang diperbuat Allah untuk dirinya dalam urusan itu lebih dari apa yang ia lakukan terhadap dirinya sendiri. Dan pilihan Allah untuk hamba-Nya lebih baik daripada pilihan hamba untuk dirinya sendiri’.

Allah lebih mengetahui tentang diri kalian. Dan Dia lebih mengetahui apa yang lebih baik untuk kalian, apa yang memudahkan keadaan kalian, apa yang menjadikan tentram hati kalian dan apa yang bisa memperbaiki perhubungan di antara kalian.


                                   

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)

Alangkah banyak persoalan yang apabila datang membuat manusia tiada mampu menanggungnya. Alangkah banyak perkara yang ketika manusia menghadapinya seakan-akan dirinya dihimpit segala macam derita dan kesusahan. Akan tetapi di kemudian hari nanti ia akan mengetahui hikmat Allah yang terdapat di balik perkara tersebut. Padahal seandainya ia disuruh memilih pada saat perkara tersebut diturunkan, tentu dia akan memilih yang lain. Namun sesungguhnya yang terbaik itu adalah apa yang menjadi pilihan Allah 'Azza wa Jalla.

 Allah telah berfirman :

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq : 3)

Allah menjamin bagi siapa saja yang bertawakkal kepada-Nya bahwa Dia akan mengurus perkaranya dan mencukupi apa yang menjadi cita-citanya.

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal : 49).

Perkasa dalam arti tidak akan menghampakan harapan siapa saja yang minta perlindungan-Nya dan tidak akan menyia-nyiakan orang yang berlindung pada sisi-Nya. Bijaksana dalam arti tidak lengah untuk mengurus siapa yang bertawakkal kepada-Nya menurut pentadbiran-Nya.

THIYARAH ADALAH SYIRIK

Thiyarah adalah meramalkan keberuntungan dan kesialan dengan sesuatu. Oleh karena itu thiyarah ibarat luka yang melukai tawakkal. Maka tawakkal menafikan thiyarah, akan tetapi tidak menafikan ikhtiyar, tawakkal juga tidak menafikan usaha seseorang berobat ketika sakit.

Rasulullah saw bersabda :


                                   

“Thiyarah adalah syirik. Dan tiadalah seseorang di antara kita melainkan, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal.” 1)

Maksudnya adalah bahwa tiadalah seseorang di antara kita melainkan pernah dihadapkan dengan thiyarah. Barangsiapa tidak jadi melakukan sesuatu urusan karena thiyarah, maka sesungguhnya ia telah berbuat syirik. Yakni syirik kecil, bukan syirik  yang membuat seseorang keluar dari millah Islam. Maka dari itu jika engkau merasa akan mendapat kesialan karena suatu hal (thiyarah), maka lanjutkanlah urusanmu dan janganlah pedulikan perasaan itu.

Pernah suatu ketika ada seseorang berjalan dengan Ibnu Abbas r.a. lalu ia mendengar suara burung gagak atau burung hantu. Lantas ia berkata, “Baik … baik.” Apa yang diperbuat teman seperjalanannya itu, membuat Ibnu Abas r.a. berkata,  ‘Apa yang baik dan apa yang buruk dengan adanya suara tersebut? Saya tidak akan berjalan denganmu!” Maka Ibnu Abbas pun meninggalkan orang tersebut karena ia telah meramalkan keberuntungan dan kesialan dengan suara burung.

Adat bangsa Arab dahulu meramalkan kesialan dengan warna, sebagian lagi ada yang meramalkan kesialan dengan suara sebagian jenis burung dan meramalkan nasib baik dengan suara jenis burung yang lain. Kemudian Islam datang menghapuskan kepercayaan tersebut dari hati mereka dan menjadikan aqidah tawakkal langsung dengan Dzat yang Maha Mengetahui segala perkara yang ghaib.

Dahulu, apabila mereka singgah di suatu tempat, mereka akan mengatakan sebelumnya, “Kami berlindung kepada penjaga lembah ini.” Atau dari jin yang menghuni tempat tersebut. Kemudian Islam datang menghapuskan keyakinan yang salah ini. Allah telah berfirman :

“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin : 6)

Adapun orang yang meninggalkan ikhtiar secara total karena sikap yakin mereka terhadap Allah (misalnya tidak berobat ketika sakit, karena yakin bahwa Allah akan menyembuhkannya, pent.) maka mereka adalah manusia-manusia istimewa yang keluar dari hukum yang berlaku bagi manusia pada umumnya, mengenai golongan ini Rasulullah saw bersabda :

                                               


“Ada tujuh puluh ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa melalui hisab.” Lalu para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, terangkanlah sifat-sifat mereka pada kami.” Beliau bersabda, “Mereka yang tidak pernah minta dijampi dan tidak pernah menebak nasib dengan perantaraan burung, tidak mencos (menusukkan) tubuhnya dengan besi panas serta hanya kepada Allah mereka bertawakal.” (HR. Muslim dalam Shahihnya : 525)

Tidak minta dijampi maksudnya tidak minta dijampi kepada seseorang ketika sedang sakit, tidak mengambil obat dan tidak minta pengobatan kepada seseorang. Tidak mencos tubuhnya dengan besi panas, karena mencos tubuh dengan besi panas bertentangan dengan hal yang pertama. Tidak mengudi nasib dengan perantaraan burung, karena mengundi nasib dengan burung adalah meramalkan datangnya nasib sial melalui perantaraan sesuatu yang tidak bernilai sama sekali dalam kehidupan nyata, tidak dapat mempengaruhi jalannya qadar dan tidak pula dapat merintangi kehendak Rabbul ‘Izzati.

Adapun mengenai berobat, maka Rasulullah saw bersabda :

“Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kamu sekalian. Karena sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla tiada menurunkan penyakit melainkan pasti Dia mendatangkan obatnya kecuali satu penyakit, yaitu penyakit tua.” (Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 7934).

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi, At-Tirmidzi memberikan komentar : Hadits ini hasan shahih).

Pernah suatu ketika seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah saw lantas berkata,


                                   

“Wahai Rasulullah, mana yang benar, aku tambatkan dulu ontaku dan kemudian aku bertawakal atau aku lepaskan itu dan kemudian aku bertawakal?” .Beliau menjawab, ‘Tambatkan onta itu dan kemudian bertawakallah.” (HR. Tirmidzi: 2517)

ZUHUD TIDAK BERTENTANGAN DENGAN TAWAKAL

Tawakkal bersandarkan kepada zuhud, sedangkan zuhud sama sekali tidak menodai tawakkal, lain  halnya dengan kecintaan pada dunia.

Manusia yang paling besar rasa tawakkalnya adalah mereka yang berlaku zuhud (tidak menyukai dan tidak menginginkan) kepada apa yang menjadi milik orang serta zuhud terhadap dunia. Mereka tidak mengkhawatirkan sesuatu yang datang dan pergi dari sisi mereka. Jika ada yang datang, itu mereka yakini sebagai kenikmatan dari Allah lalu merekapun bersyukur. Jika ada yang pergi atau hilang dari sisi mereka, maka itu mereka yakini sebagai ujian dari Allah lalu merekapun bersabar atasnya. Zuhud terhadap dunia dan zuhud terhadap apa yang dimiliki orang merupakan dua pilar tawakkal.

TAMAK KEPADA DUNIA DAN KEDUDUKAN (PANGKAT)

Sesuatu yang paling banyak merusakkan sikap tawakkal dalam hati seseorang adalah sifat tamak terhadap dunia dan sifat tamak terhadap harta dan kedudukan. Rasulullah saw bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi :


                                   

“Tidaklah kerusakan yang ditimbulkan oleh dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di dalam kawanan domba melebihi kerusakan yang diakibatkan sifat tamak seseorang kepada harta dan kedudukan terhadap agamanya.” (Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 5620)

Yakni, dua serigala lapar dan berbahaya yang dilepaskan di tengah-tengah kawanan domba tidak akan merusak dan membinasakan kawanan domba tersebut lebih dari kerusakan yang ditimbulkan dua serigala lapar yang beroperasi di dalam hati manusia. Serigala yang pertama adalah sifat tamak terhadap harta dan serigala kedua adalah sifat tamak terhadap kedudukan. Dengan kata lain sifat tamak terhadap harta dan kedudukan itu jauh lebih membahayakan agama seseorang dari pada gangguan dua serigala lapar yang dilepas dalam kawanan domba. Sebab kedua sifat buruk ini tidak menyisakan agama seseorang melainkan lebih sedikit dari apa yang ditinggalkan dua ekor serigala lapar ketika dilepas dalam kawanan domba di malam yang sangat dingin.

Wahai saudara-saudaraku!

Sifat tamak terhadap kedudukan, yakni kebesaran dan ketinggian di muka bumi dan sifat tamak terhadap harta adalah dua tikaman yang menusuk aqidah tawakkal seseang muslim. Maka dari itu, hati-hati dan waspadalah kalian terhadap dua serigala lapar yang sangat berbahaya ini …

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Qashash : 83).

BEBERAPA CONTOH DALAM KEHIDUPAN NYATA

Saya pernah menjumpai kaum yang bertawakkal kepada Allah 'Azza wa Jalla atas apa yang ada di sisi-Nya seperti ketawakkalan mereka terhadap apa yang ada di tangan mereka. Mereka bertawakkal terhadap apa yang masih tersembunyi bagi mereka berupa ketentuan rizki atau ajal sama seperti mereka bertawakkal atas sesuatu yang telah dapat diraba oleh ujung-ujung jari mereka (sesuatu yang telah ada dalam genggaman mereka).

Suatu ketika saya pernah mengatakan kepada salah seorang pemimpin mujahidin Afghan-, “Sesungguhnya perilaku kalian dalam masalah ini dapat menyebabkan hati orang-orang Arab berpaling dari kalian. Jika keadaan demikian, mereka akan menjadi kikir dan bantuan yang sampai pada kalian berkurang.” Tapi apa jawabnya? Dia menjawab, “Masalah tersebut tidak terlalu penting bagi saya dan tidak menjadi beban pikiran saya. Kami telah memulai jihad ini dan dapat bertahan selama bertahun-tahun sebelum melihat satu orang Arab-pun datang ke bumi ini. Jihad kami berjalan dan banyak mencapai keberhasilan. Kemenangan yang kami raih sebelumnya, lebih besar daripada masa-masa setelah bantuan orang-orang Arab itu datang kepada kami. Maka jika bantuan itu terhenti, mudah-mudahan Rabbul Izzati  mengembalikan kemenangan kepada kami seperti hari-hari yang telah lalu. Hari-hari di mana kemenangan datang berturut-turut dari setiap tempat. Hari-hari di mana sebab dan perantaraan di bumi terputus kemudian terbuka sebab dan perantaraan dari langit. Hari-hari di mana seseorang lebih banyak bergantung dengan tali-tali yang terjulur dari langit daripada tali-tali yang terjulurdari bumi.”

Pernah suatu ketika Syaikh Jalaluddin Al-Haqqani bercerita kepada saya, “Suatu hari saya merasa sangat bersedih hati, karena memikirkan persediaan logistik mujahidin yang telah habis dan saya tidak tahu  kemana harus mencari makanan. Lalu dia melanjutkan, “Selesai shalat shubuh, mendadak datang suara yang mendekat ke pundak saya dan berbisik di telinga saya, ‘Hai Jalaluddin! adalah Allah telah memberimu rezki sebelum engkau berjihad di jalan-Nya. Adakah engkau mengira bahwa Dia akan meninggalkanmu sementara engkau telah berjihad di jalan-Nya? Berdirilah engkau dan berjalanlah ke pohon itu! Engkau akan mendapati daging sembelihan tergantung di dahannya.”

Ternyata hari itu beberapa orang penduduk datang memberikan hadiah beberapa ekor binatang sembelihan kepada mujahidin kemudian mujahidin menyembelihnya serta menggantungnya di dahan pohon yang ditunjukkan oleh suara bisikan tadi.”

Berapa banyak mujahid yang menceritakan kepada saya bahwasanya mereka pernah berada di padang sahara yang tak berair, tak berpohon, tak berhewan dan tidak pula ada jejak binatang di atasnya, sehingga mereka ditimpa kelaparan yang sangat hebat. Lantas mereka memanjatkan doa memohon kepada Allah supaya diberi makan. Tiba-tiba di hadapan mereka terdapat buah semangka dan anggur.

Yang lain menuturkan, ‘ Kami berada di kamp. Pasukan Usamah bin Zaid. Selama tiga hari musuh mengepung kami, sehingga kami tidak mendapatkan suplay makanan, kami hampir binasa karena kelaparan. Lalu kami berdoa kepada Allah. Tiba-tiba sungai yang berada di kamp itu mengapungkan kaleng-kaleng ke arah kami. Kaleng-kaleng tersebut seolah-olah keluar dari sebuah pabrik pengalengan yang sama sekali belum pernah tersentuh tangan manusia. Kamipun membukanya dan ternyata kaleng-kaleng itu berisi makanan.

Wahai saudara-saudaraku! Mari kita pertepal tawakal kita kepada Allah.

Rasulullah saw bersabda :


                                   

“Andaikan kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal kepada-Nya, niscaya Allah akan memberi rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, yang keluar di pagi hari dengan perut kosong dan kembali di senja hari dengan perut kenyang.”(HR. Ahmad, Tirmidzi. Ibnu Majah dan Al Hakim, lihat Shahih Al Jami` As Shaghir: 5254)

BERSABAR DALAM KELAPARAN

Dua hari yang lalu, Akhi Abu Yusuf kembali dari perjalanannya yang panjang selama sembilan bulan lamanya. Empat setengah bulan di antaranya ia lalui di dalam penjara –dalam penjara Tsaurah Islamiyah 1-  yang menutup jalan bagi mereka yang hendak membantu mujahidin--.

Ia menceriterakan, “Salah seorang mujahid yang terlibat dalam peperangan di propinsi Herat menceritakan kepada saya, ‘Pertempuran berkecamuk dengan hebat sejak ‘Idhul Adha di wilayah Herat .Sementara kondisi ekonomi di wilayah tersebut sangat memprihatinkan. Sejak dua tahun lalu, harga sepotong roti mencapai 120 fulus (sen) Kuwait sehingga seorang pekerja harus bekerja seharian penuh untuk mendapatkan upah yang hanya bisa untuk membeli sepotong roti.

Mujahidin ditimpa kelaparan dan kemiskinan telah melilit dan menjepit kehidupan mereka. Namun demikian mereka tetap bersabar. Tahun kemarin mereka tidak mempunyai makanan kecuali hanya keju masam yang telah kering; demikian juga tahun sebelumnya, mereka makan keju tanpa ada lauk di atas maupun di bawahnya. Sampai-sampai lambung mereka bernanah karena makan keju yang tak bercampur dengan makanan apapun. Kendati demikian, di Herat masih terus berlangsung peperangan yang tidak ada di belakang mereka dan bersama mereka selain Rabbul ‘Izzati yang menguatkan dan menolong mereka. Mereka masih mampu menghadapi pasukan Rusia dalam peperangan yang berkobar dengan sengit di daerah Kakri dan di daerah Dowaba. Dalam peperangan itu mereka mampu menghancurkan 19 tank Rusia padahal mereka hanya menghadapi dengan kekuatan personal saja.

Sejumlah besar mujahidin Herat menegaskan bahwa mereka belum pernah menerima bantuan sejak permulaan jihad sampai hari ini kecuali bantuan pertama yang sampai di tangan mereka –yang dibawa Abu Yusuf dan rekan-rekannya yang dikirim oleh Syaikh Abdillah Azzam kepada mereka,.—

Kendati demikian jihad terus berjalan dan kemenangan datang berturut-turut. Mereka mempersembahkan syahid demi syahid dalam setiap peperangan dan mereka bersumpah serta berketetapan untuk tidak akan meletakkan senjata sampai titik darah penghabisan”.

SURAT DARI HERAT

Ada dua surat yang sampai di tangan saya dari Herat, yang pertama datang dari Shafiyullah Afdhali. Seorang pemuda yang sejak kecil terdidik di atas pengajaran Islam serta dalam dunia dakwah Ilallah. Dia memimpin beribu-ribu pasukan gabungan, padahal umurnya belum mencapai 29 tahun. Pada waktu jihad pecah, umurnya baru 20 tahun atau kurang.

Dalam risalah (surat) yang ditujukan pada diri saya, ia menulis sebagai berikut :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh (Tulis miring dng font huruf dikecilkan seluruh isi surat!!!)

Pertama-tama saya menghaturkan salam penghormatan dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada bapak saya yang mulia (maksudnya Syekh Abdullah Azzam). Kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa saya panjatkan permohonan mudah-mudahan bapak sekeluarga dan seluruh ikhwan-ikhwan yang lain senantiasa dalam keadaan baik-baik dan sehat wal afiat. Dan mudah-mudahan Allah memelihara kami, kalian serta seluruh kaum muslimin dari segala macam bencana dan musibah, Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha mengabulkan do’a.

Saudaraku yang mulia!.

Saya ada di wilayah Herat. Dan saya mendapat berita bahwa Akhi Abdul Qadir  Abu Yusuf) dan Abdullah akan datang ke wilayah kami untuk menyaksikan penderitaan yang dialami oleh ikhwan-ikhwan mereka.

Agar persoalan menjadi jelas bagi kalian dan oleh seluruh kaum muslimin, maka perlu kami informasikan kepada kalian bahwa apa yang menimpa akhi Abdul Qadir dan Abdullah dengan dipenjarakannya mereka berdua serta dengan berbagai kesulitan lain yang mereka temui merupakan perkara yang wajar. Dan itu merupakan rintangan-rintangan yang ada di jalan jihad. Jalan yang telah kita pilih dengan pilihan kita sendiri. Dan kita tetap akan menyukai jalan tersebut, dan mereka mendapat pahala atas sesuatu yang menimpa mereka. Kami beritahukan kepada kalian bahwa kami berada di Herat kira-kira delapan bulan lamanya. Sebagaimana yang kalian ketahui kondisi geografis Heart merupakan sebuah wilayah yang sangat luas. Gunung-gunung jauh letaknya dari kota. Kami selalu mendapat serangan udara dan darat dari musuh. Dari bom-bom yang dijatuhkan pesawat tempur, dari tembakan tank-tank dan dari roket-roket yang mereka luncurkan. Meski demikian Hizbullah tetap mendapat kemenangan dan akan terus demikian insya Allah. Kami melihat kemenangan-kemenangan dengan mata kami sendiri. Kemenangan-kemenangan yang tidak dapat diterima oleh akal manusia, karena itu semua memang qudratullah ‘Azza wa Jalla.

Kami tegaskan, ’Sesungguhnya para mujahid hidup di front-front jihad dalam kondisi miskin dan penuh kesukaran. Miskin dalam ekonomi, militer dan pendidikan. Setelah sembilan bulan ada di Herat, saya pergi ke daerah Dowaba dan Kakri. Saya dapati peperangan sedang memanas di daerah perbatasan yang punya nilai strtegis ini. Seperti yang disaksikan sendiri oleh akhi Abdul Qadir, lebih dari enam puluh pesawat tempur membombardir daerah tersebut. Sebagian besar pesawat tempur yang beroperasi itu datang langsung dari Rusia, dari daerah perbatasan Herat bagian utara. Perlu kalian ketahui bahwa daerah ujung barat Herat berbatasan dengan wilayah Iran, sedangkan daerah ujung utara Herat berbatasan langsung dengan wilayah Rusia. Demikian pula senjata altileri, missile-missile serta berbagai jenis senjata yang lain, sebagian besar didatangkan langsung dari wilayah Rusia.

Setelah seminggu penuh kami menghadapi serangan musuh yang biadab, maka gugurlah sebagian ikhwan-ikhwan kami sebagai syuhada’. Di antara mereka yang gugur termasuk pula saudara sepupu saya Qasim Jan,  komandan mujahidin di daerah Kakri. Kami berharap mudah-mudahan Jallah melimpahkan rahmat-Nya kepada para syuhada’ yang telah gugur di medan perang itu. Sesungguhnya Dia, Allah, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Saya sampaikan kepada kalian supaya hati kalian tentram bahwa kematian syahid di medan perang tidak mempengaruhi maknawiyah (moral) mujahid. Kami, insya Allah, akan tetap berada di atas jalan ini sampai titik darah kami yang penghabisan.

Perlu diketahui bahwa di samping para mujahid yang berperang di front-front pertempuran dari putra-putra muslim yang ada di negeri ini, maka di sana ada tangan-tangan jahat yang bekerja untuk memalingkan jihad ini dari jalannya yang benar. Kelompok yang telah terbukti berhubungan dengan musuh-musuh Allah baik dari negeri-negeri barat maupun timur untuk menyudutkan kami, tapi mereka mundur kembali dan tidak mampu menghadapi para pejuang Islam yang gagah berani itu. Di sana juga ada tangan-tangan yang bekerja dengan sungguh-sungguh, dalam memperalat jihad ini untuk kepentingan sendiri di lapangan politik internasional maupun kepentingan-kepentingan yang lain, seperti yang kita saksikan dalam waktu dua tahun belakangan ini. Sesungguhnya orang-orang kafir dari timur dan barat berusaha secara maksimal dengan berbagai macam sarana dan jalan untuk menghentikan jihad ini. Maka sudah menjadi keharusan bagi kami dan kamu sekalian, dalam kapasitas kalian sebagai para ustadz dan para tokoh besar di bidang dakwah, untuk beramal di lapangan ini dengan penuh kesungguhan. Serta memenuhi front-front jihad dengan para aktivis dakwah, personil-personil yang berpengalaman dan orang-orang yang berkepribadian baik serta berjiwa ikhlas, untuk menyertai mereka yang hidup di front-front jihad, membimbing mereka serta mengajarkan kepada mereka dakwah ilallah ‘Azza wa Jalla. Jika kita tidak melakukan kewajiban ini atau mengesampingkannya, maka akibatnya akan sangat berbahaya, wallahu a’lam. Akan tetapi kami tetap meyakini masa depan yang baik bagi jihad di Afghanistan dengan izin Allah. Kami sangat memerlukan keberadaan ikhwan-ikhwan yang mukhlis di parit-parit qital.


                                                                                                              Saudaramu fillah

          Shafiyullah Afdhali


Shafiyullah Afdhali, adalah ksatria Islam yang membikin gemetar tentara Rusia apabila namanya disebut. Beberapa orang mujahid serta Abu Saif menceritakan bahwasanya pesawat tempur musuh menjatuhkan roket ke rumah yang ditempati oleh Shafiyullah Afdhali selama berlangsungnya pertempuran yang terjadi baru-baru ini. Rumah tersebut runtuh menimpa tubuhnya yang kurus. Selama seperempat jam Shafiyullah terperangkap dalam reruntuhan rumah itu. Lalu beberapa mujahid yang kebetulan berada di dekat kejadian tersebut mengeluarkan tubuhnya dari reruntuhan dengan susah payah setelah sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Dengan kondusunya yang seperti itu, Shafiyullah tetap keluar untuk mencari front-front pertempuran di daerah Dowaba dan Kakri dengan membawa seratus orang mujahid lebih. Ketika sampai di Kakri dia mendapati saudara sepupunya, komandan mujahidin, di front tersebut, telah terunuh. Dan tentara Rusia menguasai Jasymah Syirin,  maka diapun bersumpah akan melakukan shalat Ashar di Jasymah Syirin.

Beberapa ikhwan menuturkan, “Kami menahannya dan mengatakan padanya, “Engkau masih sakit. Engkau kami bawa dari pedalaman Herat maksudnya adalah untuk kami pondokkan di rumah sakit.” Tapi dia bersikeras menolak dan mengatakan dengan tegas, “Demi Allah, saya tidak akan mengerjakan shalat Ashar kecuali di Jasymah Syirin.”

Maka bertolak dia untuk berperang. Dan tiadalah dia mengerjakan shalat Ashar melainkan di Jasymah Syirin setelah memukul mundur tentara Rusia dari sana.

Yakin kepada Allah, bertawakal kepada-Nya dan mempunyai tekad yang tidak mengenal kata surut….

Muslim,

wahai kesulitan … engkau tidak akan pernah dapat menundukkanku,

Ujung pedangku tajam dan tekadku keras laksana besi

Dengan ceceran darahku yang menetes di tempat-tempat yang tandus, maka ….

Akan tumbuh bunga, kehidupan dan pepohonan.

Tanpa pedoman Islam, hidupku menjadi kering kerontang,

Dan kehidupan menjadi hari-hari yang gelap.

Jiwa-jiwa yang mempunyai keteguhan ini telah digerogoti kelaparan badannya. Kemiskinan dan kesulitan telah menghimpit kehidupannya. Mereka terbolak-balik di antara bara api penderitaan yang hanya diketahui oleh orang-orang yang mengalami serta merasakannya.


Adapun risalah yang kedua datang dari Khalifah Subhan, komandan mujahidin dari fraksi Hizbul Islami di Dowaba. Dia mengatakan dalam risalahnya :

Kepada Akhi Fillah  (tulis miring semua isi surat dng font huruf diperkecil!!

Abdullah Azzam Hafizhahullah

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

“Kami melihat bahwasanya kalian berupaya siang dan malam untuk berkhidmat pada jihad dan mujahidin. Kalian bekerja dengan penuh keikhlasan dan keseriusan –wallahu a’lam— untuk meninggikan kalimat Allah serta membela agama-Nya. –Ya Allah, jadikanlah kami lebih baik dari apa yang mereka katakan dan ampunilah kami atas apa yang tidak kami ketahui--. Kami mengetahui kalian sebagai da’i yang tidak mengenal bosan dan lelah dalam mengemban tugas dakwah ilallah. Dan kami berharap semoga Allah Ta’ala berkenan menerima amal baik kalian dan menjadikan amal yang telah kita kerjakan itu ikhlas semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya.

Kami memberitahukan kabar gembira kepada kalian bahwa kami berada di sisi kalian dalam menunaikan amal serta mubarak jihad ini. Di samping itu kami memberikan informasi kepada kalian bahwa kami sekarang terjun dalam peperangan yang sengit dengan musuh di daerah perbatasan Herat. Musuh memusatkan serangan di kawasan tersebut dengan berbagai alasan dan pertimbangan –lalu dia menyebutkan alasan-aasan tersebut--. Kawasan ini merupakan tempat yang biasa digunakan sebagai jalur transportasi mujahidin dan muhajirin. Untuk mempertahankan kawasan tersebut, kami minta do’a kalian. Dan mudah-mudahan Allah membalas kalian dengan pahala yang baik atas apa yang kalian lakukan dengan mengenalkan diri kalian atas berbagai problema dalam jihad kalian serta ikhwan-ikhwan kalian fillah dipedalaman Afghan. Kami juga berharap semoga kalian terus menerus mengerahkan segala kesungguhan untuk membela agama ini. Kami berdoa kepada Allah, semoga kebohongan dan penyelewengan sebagian mereka dari jalan yang lurus tidak merintangi kalian untuk terus berjihad. Karena sesungguhnya jalan ini sangat panjang. Kita hidup di dalamnya, di mana terjadi pergulatan antara yang haq dan yang batil, sampai kita menjumpai Allah Ta’ala.

Saya tambahkan, bahwa utusan kalian Abdul Qadir telah menyaksikan sendiri kawasan tersebut. Dan dia turut serta dalam jihad kami yang penuh berkah dengan segala kesungguhan serta keikhlasan. Dan ia melihat dengan mata kepalana sendiri karamah-karamah yang diberikan Allah kepada mujahidin dalam jihadnya. Kami memohon tambahan pengiriman dari kalian, ikhwan-ikhwan mukhlisin yang lain untuk mendidik dan mengajar ikhwan-ikhwan mujahidin. Dan supaya mereka menjadi teladan bagi ikhwan-ikhwan Afghan. Karena satu orang di antara mereka sama dengan seratus orang. Kami sangat memerlukan sekali pada pengetahuan tentang agama dan aqidah kami yang bersih lebih, lebih dan lebih dari bantuan materi yang kami perlukan”.

                                                (surat selesai disini!!)


Dengarlah wahai kalian para da’i di manapun kalian berada, dengarkanlah wahai kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Dengarkanlah kata-kata mereka yang terbolak-balik di atas bara api yang mengetahui pengaruh para da’i bila terjun di lingkungan mereka “Kami sangat memerlukan sekali kepada pengetahuan tentang agama dan aqidah kami yang bersih lebih dan lebih dari bantuan materi yang kami perlukan.”

Setiap orang di antara kalian yang pernah masuk front dan hidup di antara para mujahid, akan mengetahui makna baris kalimat di atas yang diulang-ulang oleh Khalifah Subhan. Kami juga selalu mengulang-ulangnya. Demikian juga orang yang telah jauh masuk ke medan peperangan, mereka menyadari kejauhannya dan menyadari kekurangannya.

Wahai saudara-saudaraku

Sesungguhnya tawakkal kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah separuh daripada agama ini. Tawakkal adalah tiangnya orang yang mencari keridhaan Allah. Dan Allah tidak akan membiarkan (menelantarkan) orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. Ath Thalaq: 3)

Saya cukupkan sekian dulu dan saya mohon ampunan kepada Allah untuk diri saya dan diri kalian.

BAH KEDUA


Segala puji bagi Allah, kemudian segala puji bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dan keselamatan selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Muhammad bin Abdullah, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya.

Wahai saudara-saudaraku!

“Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kalian bertawakkal.”

Kepada-nyalah hendaknya kalian bertawakkal dalam perjalanan yang tidak mengenal di dalamnya selain pengorbanan, tetesan darah ataupun jiwa raga sebagai tumbal. Perjalanan yang hanya diliputi dan diwarnai oleh berbagai macam bentuk persekongkolan, rintangan dan kesulitan. Namun itu semua tidak dapat memalingkan tekad seorang mukmin. Malah bahkan menambah tekad untuk meneruskan perjalanan. Mereka, orang-orang yang bersabar sampai sejauh ini dengan ketawakkalan mereka kepada Allah saja, mampu menghadapi musuh yang paling garang di muka bumi dengan dada tanpa senjata, dengan kantong kosong dan perut keroncongan. Akan tetapi Allah sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan mereka yang bertawakkal kepada-Nya dan tidak akan membiarkan  mereka yang telah menjadikan-Nya sebagai penjamin dan penanggung, menjadikan-Nya sebagai pelaksana segala urusan mereka, dan memasrahkan segala urusan kepada-Nya.

Wahai saudara-saudaraku!

Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, seperti dahulu orang-orang salaf berkata : “Janganlah kalian menjadi orang-orang yang terlalu peduli dengan apa yang telah dijamin –yakni rizki dan ajal--, sehingga kalian akan menjadi orang yang sangsi terhadap siapa yang menjamin –yakni Allah—“.

Wahai saudara-saudaraku!

Pemuda-pemuda yang menunjukkan kepada kita aqidah tawakkal kepada Allah dalam soal rizki … pemuda-pemuda cilik yang mengajarkan kepada kita aqidah tawakkal dalam soal ajal.

Pernah seorang ikhwan membagi-bagikan khemah dan tepung gandum kepada para mujahidin yang baru saja datang dari wilayah Afghan setelah mengalami hari-hari yang penuh kepayahan, penderitaan dan kepenatan. Ikhwan kita yang satu ini menuturkan pengalamannya,  “Saya datang menghampiri seorang tua, lantas saya memberikan padanya khemah, makanan dan sebagainya. Saya melakukan pekerjaan tersebut sampai tidak sadar kalau matahari hampir saja terbenam. Maka saya segera melaksanakan Shalat Ashar dengan mengenakan sepatu saya. Mendadak orang tua tadi menghampiri saya yang baru selesai menunaikan shalat dan melemparkan khemah dan gandum yang baru saja saya berikan padanya, sembari mengatakan, “Engkau tidak menghormati Dienullah. Saya tidak mau mengambil bantuan apapun darimu. Bagaimana engkau shalat dengan memakai sepatu?” Dia pikir shalat pakai sepatu itu tidak menghormati Dienul Islam dan tidak mengagungkan Rabbul ‘Alamin.

Setelah berkata begitu dia pergi tanpa menanti ataupun peduli dengan sesuatu apapun. Lalu saya pergi menjumpainya dengan membawa salah seorang Afghan yang terpelajar. Saya menjadikannya dia sebagai perantara agar supaya dia mau mendengar perkataan saya. Saya memahamkannya bahwa hal yang demikian itu diperbolehkan dalam syari’at, bahkan disunnahkan. Kemudian saya mengharapkannya sekali lagi agar mengambil khemah tersebut. Setelah dijelaskan oleh perantara tersebut, akhirnya dia mau mengambilnya.”

Mereka kaum yang bertawakkal kepada Allah itu, tiada akan ditelantarkan oleh Allah. Maka dari itu, bertawakkallah kamu sekalian kepada Allah; laluilah jalan yang mereka tapaki, bergantunglah kalian sebagaimana mereka bergantung dan bertawakallah kalian kepada Allah sebagaimana mereka bertawakkal atau lebih dari mereka. Oleh karena kalian memahami Dienullah lebih banyak dari mereka, kalian lebih mengetahui berbagai rahasia syari’ah lebih banyak dari pada mereka. Maka sikap pendirian kalian harus lebih keras dan lebih kokoh, tekad kalian harus lebih berani dan lebih bulat, kekuatan kalian harus bergelombang dan berkobar penuh daya dan potensi.

Wahai saudara-saudaraku!

Hadapkanlah diri kalian kepada Allah, berdirilah di sisi/pihak ikhwan-ikhwan kalian; masuklah kalian di tengah-tengah mereka, ajarilah mereka pengetahuan tentang Dienullah, hiduplah kalian di front-front sebagai da’i, menjaga jihad ini dari tangan-tangan jahat yang hendak mencuri buah dari jihad mubarak ini. Jagalah jihad itu untuk Islam dan kaum muslimin. Jagalah ia dengan segala kesungguhan kalian. Meski kesungguhan yang dapat kalian curahkan hanyalah sedikit, tetapi Allah akan memberkati yang sedikit itu.


                                   

“Katakanlah : “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (QS. Al-Maidah : 100)

Yang sedikit itu akan diberkati Allah, jika memang benar-benar dikerjakan untuk mencari keridhaan-Nya, didasari niat yang benar dan dilandasi hati yang tulus.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply