Abu Mush'ab As Suri, Analis Jihad Modern
Unknown
10.32
0
“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa jiwa ikhlas, dan berhasil menghidupkan kecintaan mati syahid.
Tapi kita lalai memikirkan kekuasaan politik, sebab kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis.
Hasilnya, kita sukses mengubah arah angin kemenangan dengan perngorbanan yang mahal, hingga menjelang babak akhir saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita” (Tokoh Jihad Arab)
Syaikh asal Suriah ini dikenal Barat sebagai salah satu ideolog jihad modern yang paling jenius. Sekaligus, menjadi orang yang paling dicari karena keterlibatannya dalam beberapa operasi di berbagai negara.
Namanya mencuat pertama kali ketika tangannya menorehkan karya emas yang berjudul At-Tajarubah Al-Jihadiyah fi Suriya (Pengalaman Jihad di Suriah). Siapakah gerangan tokoh fenomenal ini? Dialah Musthafa bin Abdul Qadir Sit Maryam Nashar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Mus’ab As-Suri.
Lahir di bumi jihad yang masih bergolak hingga saat ini, Aleppo, Suriah, tanggal 26 Oktober 1958. Pria berambut coklat dan bermata hijau ini dikenal dari kalangan keluarga “Sit Maryam” yang dinisbatkan nama kakeknya.
Nama lengkap As-Suri adalah Mustafa bin Abdul Qadir bin Mustafa bin Hussein Bin Syaikh Ahmad Al-Maziq Al-Jakiri Al-Rifai, atau dikenal dengan nama pena Umar Abdul Hakim. Pria berkulit coklat ini lahir dan tumbuh dalam keluarga yang religius. Masa kecilnya tidak begitu diketahui, kebanyakan media pun tidak ada yang membahas.
Jenjang pendidikannya hanya terdata bahwa dia adalah seorang sarjana teknik mesin. Gelar ini disabetnya setelah menjalani jenjang pendidikan empat tahun di Universitas Aleppo. Pendidikannya di tingkat dasar, menengah dan atas tidak tercantum di media, sama seperti kehidupan masa kecilnya. Media-media Barat hanya menyoroti secara detail sepak terjangnya dalam dunia jihad, sehingga Syaikh As-Suri menjadi ideolog jihad yang ditakuti oleh Barat.
Perjalanan Jihad Syaikh Abu Mus’ab As-Suri
Sepak terjang Syaikh As-Suri dalam perhelatan dunia jihad dimulai pada tahun 1980. Yaitu saat bergabung dengan kelompok Thali’atul Muqatilah, pecahan militan dari Ikhwanul Muslimun pimpinan Marwan Hadid yang mengangkat senjata terhadap rezim Hafizh Al-Asad.
Pada akhir tahun tersebut, beliau juga berhijrah ke Yordania karena terus diburu pemerintah Suriah. Selama di Yordan, Syaikh As-Suri bergabung dengan Persaudaraan Muslim Suriah. Namun, itu tidak berjalan lama. Selanjutnya berpindah-pindah dari Yordania, Iraq, Prancis, hingga akhirnya menetap di Spanyol pada tahun 1985.
Tahun 1987, ulama mujahid Suriah ini beserta sekelompok kecil rekannya meninggalkan Spanyol untuk bertolak ke Peshawar. Selain untuk berpartisipasi dalam jihad Afghanistan melawan Uni Soviet, juga untuk berjumpa dan menjalin kedekatan dengan DR. Abdullah Azzam syahidnya beliau di tahun 1989. Walaupun Syaikh As-Suri terdaftar sebagai pelatih militer mujahidin, ia selalu terjun di garis depan pertempuran melawan Soviet.
eropa
Syaikh Abu Mus’ab As-Suri saat di Eropa
Syaikh As-Suri juga bertemu dengan Syaikh Usamah Bin Ladin Rahimahullah di Peshawar. Terhitung dari 1988 hingga 1992, beliau menjadi anggota Majelis Syura Maktab Khidmat Mujahidin Al-Qaeda. Seperti tertulis di awal, nama Abu Mus’ab As-Suri meroket di kalangan mujahidin lewat karya setebal 900-an halaman berjudul At-Tajarubah Al-Jihadiyyah fi Suriya (Pengalaman Jihad di Suriah) yang terbit di Peshawar tahun 1991.
Buku yang ditulis Syaikh As-Suri ini menjadi bagian penting dari pondasi intelektual Al-Qaeda selama periode 1990-an. Karena itulah nama beliau benar-benar harum di kalangan mujahidin. Meskipun lebih lama di Afghanistan, tujuan utamanya tetap Spanyol sejak 1985-1995.
Di negeri matador tersebut, Syaikh As-Suri menyempurnakan setengah dien-nya dengan Elena Moreno sebelum berangkat ke Peshawar, yaitu tahun 1987. Dari pernikahannya ini, beliau diamanahi dengan 4 anak.
Selain dalam hal tulis menulis dan terjun langsung ke medan jihad, Syaikh As-Suri juga berkontribusi dalam bidang penerbitan. Pada 1994, ia pindah ke London tetapi baru membawa seluruh keluarganya pada pertengahan 1995. Alasannya pindah ke Inggris adalah untuk menghindar tuduhan keterlibatannya atas pengeboman di Perancis.
Di ibukota kerajaan Elizabeth II ini, beliau menggawangi majalah Al-Anshar milik Al-Jama’ah Al-Islamiyyah Al-Musallahah (GIA) di Aljazair bersama dengan Abu Qatadah Al-Filasthini (Umar bin Mahmud), yang dianggap sebagai pemimpin spiritual Al-Qaeda di Eropa.
Tahun 1996, suami dari Elena ini tidak lagi mengurusi majalah Al-Anshar dikarenakan ada polemik dengan pimpinan GIA yang baru. Namun, tak lama kemudian bapak dari empat orang anak ini mendirikan Islamic Conflict Studies Bureau, Ltd pada tahun 1997 bersama rekannya, Abu Khalid As-Suri.
Pada tahun itu pula kantor media tersebut sukses menjadi fasilitator BBC dan CNN untuk mewawancarai Syaikh Usamah bin Ladin serta pertama kali disiarkan lewat televisi satelit.
Kembali ke Afghanistan
Pada musim gugur 1997 Syaikh As-Suri hijrah ke Afghanistan lagi, tetapi beliau mulai menetap bersama keluarganya di sana tahun 1998. Pada awalnya, beliau bertugas sebagai dosen dan pelatih di kamp-kamp mujahid Arab-Afghan. Tahun 1999, pemilik nama pena Umar Abdul Hakim ini membentuk media dan pusat penelitian di Kabul.
Syaikh Abu Mus'ab As-Suri bersanding dengan AK-47 atau Kalashnikov buatan Rusia
Syaikh Abu Mus’ab As-Suri bersanding dengan AK-47 atau Kalashnikov buatan Rusia
Satu tahun kemudian tepatnya pada April 2000, pria berambut pirang ini berbaiat kepada Amirul Mu’minin Mulla Muhammad Umar sehingga diizinkan untuk mendirikan kamp militer Al-Ghuraba’ yang merupakan bagian dari Kementerian Pertahanan Imarah Thaliban.
Kepiawaiannya dalam tulis menulis, produktivitasnya pada isu-isu politik dan strategis serta pengalamannya dalam perang gerilya membuat Syaikh As-Suri dinobatkan menjadi penasihat resmi kelompok jihad di Afghanistan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa dirinya punya hubungan dengan Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqawi.
Jaringan komunikasi beliau luas, meliputi para mujahid di Maroko, Aljazair, Libya, Mesir, Suriah, Libanon, Kurdistan Irak, Arab Saudi, Yaman, Uzbekistan dan di tempat lain. Tahun 2001 setelah peristiwa 9/11, membuat Syaikh As-Suri hidup nomaden dan selalu siap menghadapi berbagai situasi.
Beliau menjadi buron pihak Barat atas tuduhan keterlibatan di sejumlah aksi teror. Juga dianggap sebagai salah mentor para pelaku pemboman WTC (11/9). AS pun menghargai kepalanya dengan US$ 5 juta. Kecurigaan ini bermula dari laporan media, diduga bahwa salah satu dari rekan-rekannya, Azizi Amer Maroko (Usman al-Andalusi), bertemu dengan aktor 9/11, Mohammed Atta dan Ramzi bin al-Shibh di Tarragona.
Pemerintah Spanyol memburunya karena dianggap sebagai saksi yang mengetahui rencana pemboman kereta api di Madrid pada 11 Maret 2004. Adapun pihak Inggris menuduhnya sebagai otak pemboman sarana transportasi di London pada 7 Juli 2005. Akhirnya beliau tertangkap oleh pihak keamanan Pakistan di Quetta pada Oktober 2005, kemudian diserahkan kepada AS.
Dalam suasana “hijrah” ia berhasil meyelesaikan proyek penulisan sepanjang 1.600-an halaman yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah Al-‘Alamiyyah (2002-2004). Tulisan itu merupakan refleksi dan hasil risetnya atas pengalaman jihad dan latar belakangnya, sejak diciptakannya Nabi Adam Alaihis salama hingga era “Perang Melawan Terorisme” pasca 11 September 2001. Lewat karyanya inilah Barat menobatkannya sebagai salah satu ideolog jihad modern yang paling jenius.
Buku Karya Syaikh Abu Mus'ab As-Suri, Da'wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah Al-'Alamiyyah (2002-2004)
Buku Karya Syaikh Abu Mus’ab As-Suri, Da’wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah Al-‘Alamiyyah (2002-2004)
Jika kita menyempatkan diri untuk membaca sepotong saja dari karyan beliau, maka dapat kita lihat keluasan ilmu dan pengalaman Syaikh As-Suri dalam dunia jihad. Dalam sebuah karyanya yang telah dialihbahasakan, yaitu dalam bab Hashâd Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayâr Al-Jihadî (1930–2002), kita bisa mengerti jalan berfikir beliau tentang sejarah, eksperimen dan evaluasi perjalanan gerakan jihad sejak 1930 hingga 2002.
Dalam karya yang telah dialihbahasakan dengan judul Perjalanan Gerakan Jihad (1930-2002), dijelaskan secara runtut sejarah kebangkitan Islam dan gerakan jihad sejak runtuhnya khilafah hingga permulaan perang anti terorisme global hari ini. Layaknya pertunjukan di panggung sejarah, karya Syaikh As-Suri menyuguhkan serangkaian episode perjalanan dan eksperimen gerakan jihad dari masa ke masa yang sangat mempengaruhi peta politik dunia.
Syaikh As-Suri – yang merupakan salah seorang mentor jihad—menceritakan kronologi, metode perjuangan, dinamika perjuangan yang dihadapi, ujian, konflik internal, intrik, penetrasi intelijen dan liku-liku umum dari ash-shahwah al-islamiyah (kebangkitan Islam). Termasuk bagian yang sangat fundamental adalah berevolusinya gerakan jihad dari lokal menjadi gerakan internasional.
Tulisan-tulisan Syaikh Abu Mus’ab As-Suri menjadi catatan penting yang menghubungkan pemikiran dan manhaj antar generasi. Dapat kita katakan jika ingin mengetahui situasi dan keadaan jihad kotemporer, maka akan terasa ada yang mengganjal jika belum membaca karya ulama mujahid Suriah ini.
Sedikit ulasan dari karyanya yang berjudul Da’watu Al-Muqowamah Al-Islamiyah Al-‘Alamiyah: Nadzoriyatu Siyasah ini memberi gambaran bahwa ulama jihadi ini berpengalaman membawa pencerahan dan gagasan yang cukup kritis sekaligus cerdas, sehingga sangat mungkin menjadi “barang baru” bagi sebuah gerakan jihad, yaitu politik. Kata politik adalah satu hal yang banyak dijauhi oleh aktivis hanya karena keliru mengidentifikasi, tanpa menyadari bahwa jihad itu sendiri sebenarnya adalah sebuah aktivitas politik.
Dalam karya tersebut, Syaikh As-Suri menawarkan berbagai jurus untuk menciptakan sebuah pola gerak jihad yang konstruktif; analogi perekrutan massa sekaligus menetralisir kekuatan lawan, pembangunan opini publik, memelihara miftah sharra’ (poin kunci perlawanan), hingga bagaimana memfokuskan titik pukul pada prioritas musuh di tengah-tengah kemampuan diri yang serba terbatas. Tentu, semua itu hanya boleh diputuskan oleh qiyadah (kepemimpinan) yang memiliki kualitas standar dan syarat khusus.
Inilah secuil dari apa yang telah Syaikh As-Suri sumbangkan kepada para mujahid dan umumnya kepada kaum muslimin. Pantaslah jika kehadiran dan kontribusinya sangat ditakuti oleh Barat. Entah bagaimana keadaannya sampai detik ini. Kondisi terakhir yang dilansir oleh Reuters menyebutkan bahwa Syaikh Abu Mus’ab As-Suri masih dalam masa penahanan di penjara Suriah. Laporan itu tertanggal pada Juni 2009.
Semoga Allah selalu menjaga ulama mujahid yang mulia ini.
Penulis : Dhani El_Ashim
Sumber :
http://news.siteintelgroup.com/
http://www.tawhed.ws/
http://www.alarab.co.uk/
http://www.muslm.org
http://www.thedailybeast.com/
http://www.meforum.org/
http://www.moderndiplomacy.eu/
http://en.wikipedia.org/wiki/Mustafa_Setmariam_Nasar
http://online.wsj.com/
http://en.citizendium.org/
http://www.jamestown.org/
http://www.tajdeed.org.uk/
http://www.saowt.com/
Tidak ada komentar