Musthafa Kamal Ataturk Menikam Islam dari Dalam
Unknown
21.00
0
Turki adalah “The Sick Man” (Lelaki yang sakit), demikianlah gambaran yang kami pelajari di sekolah dahulu. Dan Eropa hendak membagi-bagi warisan The Sick Man dengan maksud menampakkan kelemahan Islam. Turki yang mewakili kebesaran Islam digambarkan oleh mereka sebagai lelaki yang sakit.
Pada saat itu Musthafa Kamal menjadi salah seorang panglima pasukan Turki di Palestina. Dia mengadakan persekongkolan busuk dengan Allenby, panglima pasukan Inggris. Allenby mengajukan penawaran rahasia pada Musthafa Kamal, “Jika kamu mau membantu kami memukul mundur pasukan Turki, maka akan kami serahkan Turki kepadamu sesudah negeri tersebut kami kalahkan”.
Dan sungguh, Musthafa Kamal membuka pintu masuk Palestina kepada tentara Inggris dengan jalan menarik mundur pasukannya untuk memberi kesempatan pada pasukan Ingris yang dipimpin Allenby masuk melalui daerah penjagaannya. Lalu dengan mudah pasukan Allenby menggempur pertahanan belakang pasukan ke-empat Turki. Dan pada tanggal 17 September 1917 M mereka dapat memasuki kota Quds. Dalam pertempuran tersebut mereka berhasil menawan 100.000 tentara Turki. Maka setelah kemenangan itu Allenby berkata dengan puas, “Sekarang berakhirlah Perang Salib”.
Inggris benar-benar menepati janjinya kepada Musthafa Kamal. Sesudah Turki jatuh dan tentara Sekutu berhasil menguasai Istambul, Inggris menyerahkan Turki kepada Musthafa Kamal sesudah berlangsungnya perundingan “Luzon” antara pihak Inggris yang diwakili oleh Lord Cirzon, Menteri Luar Negeri Inggri dengan pihak Turki yang diwakili oleh Ismat Inonu, pembantu Musthafa Kamal. Perundingan ini berjalan selama tiga bulan, dari November 1922 hingga Februari 1923.
Ada empat syarat yang diajukan pihak Inggris kepada wakil Turki dalam perundingan ini:
Musthafa Kamal berhasil menjadi presiden Turki. Lalu dia menjalankan persyaratan yang diajukan oleh Inggris kepadanya. Dia memerangi Islam, melarang penggunaan bahasa Arab, melarang penduduk Turki mengenakan pakaian muslim di pasar-pasar, para polisi merobek-robek baju muslim yang dikenakan rakyat Turki dan melepas dengan paksa purdah yang dikenakan wanita-wanita muslim. Melarang rakyat Turki untuk berhaji ke Makkah, melarang para pegawai pemerintah mengerjakan sholat berjama`ah, melarang ibadah Umrah, melarang rakyat Turki menulis dengan huruf Arab, merubah Masjid Aya Shofia masjid terbesar dan terindah di Turki menjadi gedung Museum, memaksa penduduk Turki memakai topi ala Eropa dan melarang mereka memakai tarbusyi (songkok) dan surban Turki, melarang pemakaian hithah dan ighal (jenis ikat kepala) yang menjadi ciri bangsa Arab. Yang jelas Musthafa Kamal membuat kerusakan besar di Turki.
Untuk menaikkan nama Musthafa Kamal di mata rakyat Turki, maka Inggris membuat berbagai sandiwara perang. Melalui sandiwara-sandiwara ini, Musthafa Kamal berhasil dikesankan menjadi pahlawan penyelamat bagi bangsa Turki. Bersama pasukannya Musthafa Kamal menggempur tentara Yunani. Tentara Sekutu diam dan tidak mengeluarkan reaksi apapun. Jadi apa bisa hal ini dikatakan sebagai perang sungguhan, bukankah hanya sandiwara belaka?
Musthafa Kamal tampil sebagai pahlawan, dan rakyat Turki menerima kedatangannya sebagai pahlawan karena melihat Musthafa Kamal berhasil memukul mundur musuh yang hendak melakukan agresi ke wilayah Turki.
Setelah khilafah jatuh pada tanggal 3 Maret 1924 M, orang-orang Eropa mengatakan, “Ada satu masalah penting yang tidak mungkin kami diamkan dan kami biarkan dalam kondisi yang bagaimanapun jua. Yakni : Upaya kaum muslimin untuk menegakkan kembali kekhilafahan Islam. Rintisan apapun atau kelompok Islam manapun yang mengajak umat Islam untuk menegakkan kembali kekhilafahan di permukaan bumi, harus ditumpas habis”.
Kembali ke Daftar Isi
Pada saat itu Musthafa Kamal menjadi salah seorang panglima pasukan Turki di Palestina. Dia mengadakan persekongkolan busuk dengan Allenby, panglima pasukan Inggris. Allenby mengajukan penawaran rahasia pada Musthafa Kamal, “Jika kamu mau membantu kami memukul mundur pasukan Turki, maka akan kami serahkan Turki kepadamu sesudah negeri tersebut kami kalahkan”.
Dan sungguh, Musthafa Kamal membuka pintu masuk Palestina kepada tentara Inggris dengan jalan menarik mundur pasukannya untuk memberi kesempatan pada pasukan Ingris yang dipimpin Allenby masuk melalui daerah penjagaannya. Lalu dengan mudah pasukan Allenby menggempur pertahanan belakang pasukan ke-empat Turki. Dan pada tanggal 17 September 1917 M mereka dapat memasuki kota Quds. Dalam pertempuran tersebut mereka berhasil menawan 100.000 tentara Turki. Maka setelah kemenangan itu Allenby berkata dengan puas, “Sekarang berakhirlah Perang Salib”.
Inggris benar-benar menepati janjinya kepada Musthafa Kamal. Sesudah Turki jatuh dan tentara Sekutu berhasil menguasai Istambul, Inggris menyerahkan Turki kepada Musthafa Kamal sesudah berlangsungnya perundingan “Luzon” antara pihak Inggris yang diwakili oleh Lord Cirzon, Menteri Luar Negeri Inggri dengan pihak Turki yang diwakili oleh Ismat Inonu, pembantu Musthafa Kamal. Perundingan ini berjalan selama tiga bulan, dari November 1922 hingga Februari 1923.
Ada empat syarat yang diajukan pihak Inggris kepada wakil Turki dalam perundingan ini:
- Harus bersedia menjatuhkan Khilafah.
- Usaha apapun yang bermaksud menegakkan kembali Khilafah harus ditumpas.
- Harus bersedia mengambil undang-undang Eropa untuk menggantikan undang-undang Islam.
- Harus bersedia memerangi syi`ar-syi`ar Islam.
Musthafa Kamal berhasil menjadi presiden Turki. Lalu dia menjalankan persyaratan yang diajukan oleh Inggris kepadanya. Dia memerangi Islam, melarang penggunaan bahasa Arab, melarang penduduk Turki mengenakan pakaian muslim di pasar-pasar, para polisi merobek-robek baju muslim yang dikenakan rakyat Turki dan melepas dengan paksa purdah yang dikenakan wanita-wanita muslim. Melarang rakyat Turki untuk berhaji ke Makkah, melarang para pegawai pemerintah mengerjakan sholat berjama`ah, melarang ibadah Umrah, melarang rakyat Turki menulis dengan huruf Arab, merubah Masjid Aya Shofia masjid terbesar dan terindah di Turki menjadi gedung Museum, memaksa penduduk Turki memakai topi ala Eropa dan melarang mereka memakai tarbusyi (songkok) dan surban Turki, melarang pemakaian hithah dan ighal (jenis ikat kepala) yang menjadi ciri bangsa Arab. Yang jelas Musthafa Kamal membuat kerusakan besar di Turki.
Untuk menaikkan nama Musthafa Kamal di mata rakyat Turki, maka Inggris membuat berbagai sandiwara perang. Melalui sandiwara-sandiwara ini, Musthafa Kamal berhasil dikesankan menjadi pahlawan penyelamat bagi bangsa Turki. Bersama pasukannya Musthafa Kamal menggempur tentara Yunani. Tentara Sekutu diam dan tidak mengeluarkan reaksi apapun. Jadi apa bisa hal ini dikatakan sebagai perang sungguhan, bukankah hanya sandiwara belaka?
Musthafa Kamal tampil sebagai pahlawan, dan rakyat Turki menerima kedatangannya sebagai pahlawan karena melihat Musthafa Kamal berhasil memukul mundur musuh yang hendak melakukan agresi ke wilayah Turki.
Setelah khilafah jatuh pada tanggal 3 Maret 1924 M, orang-orang Eropa mengatakan, “Ada satu masalah penting yang tidak mungkin kami diamkan dan kami biarkan dalam kondisi yang bagaimanapun jua. Yakni : Upaya kaum muslimin untuk menegakkan kembali kekhilafahan Islam. Rintisan apapun atau kelompok Islam manapun yang mengajak umat Islam untuk menegakkan kembali kekhilafahan di permukaan bumi, harus ditumpas habis”.
Musthafa Kamal mati dalam keadaan sakit karena penyakit kulit yang menjijikkan, dan jasadnya tidak bisa dikubur sehingga harus diawetkan belasan tahun di museum. |
Tidak ada komentar