Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » Pemimpin-Pemimpin Muslim yang Merusak di Dunia Islam


Unknown 21.30 0

Pada permulaan abad ke-19, musuh-musuh Islam membawa seorang mujrim yang bernama Muhammad Ali Basya. Orang ini tidak diketahui dari mana berasal, dari mana silsilah keturunannya. Mereka menyerahkan pemerintahan negeri Mesir kepadanya. Kemudian Muhammad Ali Basya mengirim anaknya, Ibrahim Basya ke Syiria dan menyerahkan pemerintahan negeri tersebut kepadanya. 


Ketika orang-orang Eropa mengetahui bahwa Muhammad Ali Basya seorang yang buta huruf, tidak kenal baca tulis, maka mereka mengirim seorang penasehat untuknya; namanya DR. Vlote orang Perancis dan seorang Perancis lainnya yang menamakan dirinya Sulaiman Basya Al Faransawi. Dengan bekal kepandaian dan pengalaman, maka DR.Vlote memulai usahanya dengan mendirikan Akademi Militer untuk Muhammad Ali Basya dan banyak lagi bangunan pemerintah di Mesir. Dia juga berusaha meyakinkan Muhammad Ali Basya untuk mengirimkan putra-putri Mesir ke negeri-negeri Eropa, khususnya Perancis, guna mempelajari kebudayaan barat. Dan usaha itu berhasil. Yang pertama kali mereka kirimkan adalah dari unsur militer.

Kemudian dalam waktu yang tidak terlalu lama, mereka mengadopsi undang-undang Eropa ke Mesir lewat pemuda-pemuda yang mereka kirim untuk tugas belajar. Usaha inipun berhasil mengganti undang-undang Islam dengan undang-undang Eropa lewat seorang alumnus Universitas Al Azhar. Namanya Rifa`ah Ath Thantawi. Semula dia dikirim ke Eropa untuk belajar di bidang hukum. Kemudian sekembalinya dari sana, Rifa`ah mulai mengadopsi undang-undang Perancis ke dalam sistem perundang-undangan pemerintah Mesir. Dan selanjutnya susunan undang-undang yang baru itu diterapkan oleh Muhammad Ali Basya.


Ketika muncul sebuah gerakan Islam yang benar di Jazirah Arab, negara-negara Eropa khawatir akan kebangkitan Islam dari Jazirah tersebut. Maka gerakan Islam yang muncul di Riyadh ini menjadi pusat perhatian mereka. Mereka mencari jalan bagaimana cara menumpas gerakan yang baru tumbuh itu.

Anda tahu, bagaimana keadaan Riyadh dan daerah-daerah padang pasir di sekitarnya pada tahun 1834 dan 1835 M ? Adakah seseorang yang mau membelinya dengan harga satu dinar emas? Namun oleh karena di situ muncul gerakan Islam yang benar, maka mereka mulai mencemaskannya. Untuk pertama kalinya pasukan Syam yang dipimpin oleh Ibrahim Basya menerobos padang pasir tersebut dan masuk wilayah Najed dan kemudian ke daerah Dar`iyah menumpas gerakan Islam yang mereka sebut dengan nama Gerakan Wahabi. Ibrahim Basya menangkap `Ubaidillah bin Su`ud dan membawanya ke Konstatinopel (Istambul). Selama dalam perjalanan tangan `Ubaidillah dibelenggu, dan sesampainya di Istambul, dijebloskan ke dalam penjara..

Mereka tahu, meskipun gerakan itu muncul di pedalaman padang pasir, namun mereka tetap khawatir gerakan tersebut akan meluas ke mana-mana sebagaimana Islam dahulu meluas dengan cepat di tangan Rasulullah saw. Mereka merasa cemas akan bangkitnya Islam. Maka dari itu gerakan Islam apa saja yang kuat di bumi, baik itu gerakan Salaf, Tabligh, Ikhwanul Muslimin atau gerakan yang membawa nama Islam, harus ditumpas sampai akar-akarnya dan tidak dibiarkan hidup berkembang.

Maka dari itu waspadalah kalian wahai kaum muslimin! terhadap rencana jahat yang dibikin oleh Yahudi internasional. Mereka tidak akan membiarkan Islam tegak di tempat kemunculannya. Dengan bentuk apapun sebuah gerakan muncul, asal membawa nama Islam, maka itu artinya gerakan tersebut harus dilenyapkan.

Tumbuhnya nasionalisme Arab berasal dari Universitas Amerika di Beirut melalui peranan lima pemuda Kristen. Mereka adalah Cohen Makarius, Ibrahim Yaziji, Ya`qub Shuruf, Nasif Yaziji (Bapak Ibrahim Yaziji), dan Paul Bustani. Mereka menaruh telur-telur nasionalisme Arab di mesin penetas yang hangat, yakni di Universitas Amerika. Tak lama kemudian telur-telur itu menetas, mereka berkata , “Beirut sudah tidak punya arti penting lagi bagi kita. Maka kita harus melakukan ekspansi ke ibukota kaum muslimin seluruh dunia, yakni kota Kairo”. Lalu mereka memberikan isyarat kepada keluarga-keluarga Kristen supaya berpindah ke Kairo. Dan di sana mereka menerbitkan surat-surat kabar serta majalah.

George Zaidan, lelaki ini adalah orang Kristen dari Lebanon, berpindah ke Kairo dan mengelola surat kabar “Darul Hilal”. Salim Naqlan dan Philip Naqlan berpindah ke Kairo dan kemudian menerbitkan surat kabar “Al Ahram”. Sampai sekarang surat kabar tersebut masih mencantumkan nama pendirinya. Tertulis di sana “Surat kabar ini didirikan oleh Philip Naqlan tahun 1866 M”.

Ada pula seorang perempuan Yahudi yang masuk agama Kristen, dia menamakan dirinya Rose Yusuf. Kemudian setelah pindah ke Kairo ia masuk Islam dan menamakan dirinya Fatimah Yusuf. Dia mendirikan lembaga kebudayaan yang diberi nama “Rose Yusuf”. Perempuan ini turut andil dalam mengendalikan politik pemerintahan Mesir lebih dari tiga puluh empat tahun. Majalah “Rose Yusuf” yang ia terbitkan sampai sekarang masih populer.

Mulailah mereka melancarkan serangan dan provokasi menentang Sultan Abdul Hamid. Agar rencana ini berjalan mulus, maka harus didukung oleh para ulama, oleh karena itu mereka melibatkan Syeikh Jamaludin Al Afghani. Mereka yang berprasangka baik pada pribadi Syeikh Jamaludin Al Afghani menyangkal dan memberikan pembelaan, mereka berkata, “Beliau tidak mengetahui adanya persekongkolan besar yang bertujuan menjatuhkan Sultan”. Akan tetapi kenyataannya Syeikh Jamaludin itu terlibat provokasi menentang Sultan dan Kekhalifahan. Demikian juga peran yang dimainkan oleh Muhammad Abduh.

Rencana tersebut harus didukung pula oleh para sastrawan. Maka mereka mengkader calon-calon sastrawan dan melepaskannya di tengah-tengah masyarakat muslim. Tugas mereka adalah membuat kaum muslimin anti terhadap Sultan lewat karya-karya sastra mereka. Di Kairo, ada salon yang didirikanoleh seorang putri keluarga raja yang bernama Nazili Fadhil. Salon tersebut bukan untuk mencukur rambut tapi mencukur agama. Nama salon tersebut adalah “Salon Sastra”. Adapun orang-orang yang mencari jasa pelayanan di salon ini antara lain : Muhammad Abduh, Ibrahim Al Muwalihi, Sa`ad Zaghlul, Qasim Amin, Luthfi Sayyid, Thoha Husain dan sejumlah tokoh-tokoh ternama di Mesir. Dan mereka semua ikut andil dalam upaya menghancurkan Sultan Abdul Hamid.

Bidang seni ikut berperan juga, maka Munirah Al Mahdiyah bernyanyi menentang Sultan `Abdul Hamid. Demikian juga para penyair, mereka turut berbicara. Ahmad Syauqi menyerang Sultan Abdul Hamid dengan syair-syairnya.

Orang-orang di dunia hanya mengenal pribadi Sultan Abdul Hamid melalui mass media, melalui seni, melalui sastra, melalui politik. Mereka tidak mengenal pribadi Sultan melalui pemberitaan yang benar sehingga mereka benci dan antipati terhadap Sultan.

Mereka berhasil mengorbitkan Sa`ad Zaghlul sebagai menteri kemudian sebagai Perdana Menteri. Yang mereka tuntut dari orang-orang yang berhasil mereka orbitkan adalah supaya mereka mau memusuhi dan menyingkirkan Sultan Abdul Hamid yang memegang Khalifah Islam.

Kaum muslimin betul-betul terpedaya. Mereka tidak mengetahui rencana busuk yang dijalankan musuh sehingga mereka tidak sadar mengecam bahwa Sultan Abdul Hamid adalah seorang yang dzalim, diktator, congkak dan penumpah darah. Sementara mass media yang ada saat itu ikut menaikkan emosi umat Islam. Mereka menggambarkan Sultan yang tubuhnya tenggelam dalam lautan darah. Mereka menulis: Sultan berbuat demikian …. Sultan membunuh ini… Sultan membunuh itu …. Serta provokasi-provokasi lain yang sangat menyudutkan Sultan.

Tidak cukup sampai di situ, mereka juga membeli orang-orang yang menjadi kepercayaan Sultan.

Dari kota Salonika, tentara Turki yang dikendalikan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani bergerak ke Istambul. Mereka bergerak dari markas-markas perkumpulan massoni….dari pusat organisasi Yahudi Internasioanal.

Salonika adalah salah satu kota di Turki. Penduduknya berjumlah 120.000 jiwa. 80.000 diantaranya adalah warga Yahudi keturunan Spanyol dan Italia. Dari perkumpulan Massoni di kota inilah, para panglima Turki seperti Musthapa Kamal Phasa, Anwar Basya, Thal`at Basya, Jawees Basya dan Jamal Basya mendapat didikan ….. Merekalah yang dikemudian hari menjadi panglima-panglima Turki.

Adalah Sultan Abdul Hamid menyukai orang-orang Arab dan condong kepada mereka. Dia mempercayakan pimpinan pasukan di kawasan tersebut pada seorang jendral keturunan Iraq, namanya Mahmud Syaukat. Namun sayang kepercayaan ini dikhianatinya. Mahmud Syaukat menggerakkan pasukan atas nama massonisme. Dia mengepung kota Istambul serta memblokade Istana Sultan.

Pada saat pengepungan ini, para anggota parlemen yang enam bulansebelumnya berhasil menekan Sultan untuk memaklumatkan undang-undang persamaan hak, berkumpul untuk menentukan nasib Sultan. Orang-orang Yahudi dan Nasrani turut terlibat dalam komplotan ini. Lalu mereka bersidang dan memutuskan ketetapan bahwa Sultan Abdul Hamid harus disingkirkan dari singgasananya.

Pada tanggal 7 April 1909 M , Sultan Abdul Hamid ditangkap dan pada malam harinya dibawa ke Salonika. Saudara lelaki Ramzi Bek, seorang Yahudi, diserahi kepercayaan untuk memenjarakan Sultan. Pada masa itu, mulailah Islam dijauhkan dari bumi Turki. Kemudian setelah itu bumi Palestina jatuh dalam cengkeraman orang-orang Yahudi.

Sultan Abdul Hamid telah pergi, maka terbukalah jalan selebar-lebarnya bagi orang-orang Yahudi. Mereka berdatangan ke bumi Palestina dan kemudian menyulut api peperangan yang menyebabkan pecahnya Perang Dunia I.


Kembali ke Daftar Isi

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply