Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » Khilafah Merupakan Bahaya Laten bagi Kaum Kafir


Unknown 23.00 0

Orang-orang Barat (non muslim) menyelidiki dengan penuh seksama tentang apa yang menjadi rahasia kejayaan Islam dan eksistensinya di permukaan bumi. Sampai mereka berkesimpulan bahwa ada beberapa perkara yang dapat menyatukan kaum muslimin di seluruh dunia, yaitu : Khilafah, Ka`bah, masjid Nabawi dan jihad fi sabilillah. Dan diantara perkara-perkara itu jihad merupakan kehidupan Islam, rahasia kekuatannya, penopang izzah (kemuliaan)nya dan sumber bagi keluhurannya. Selanjutnya mereka mengatakan: “Jika demikian halnya, maka kita perlu memfokuskan perhatian kita pada persoalan-persoalan di atas. Fokus kita yang pertama adalah “meruntuhkan khilafah”, oleh karena keberadaan khilafah bagi kaum muslimin adalah ibarat menara api yang memberikan penerang di malam gelap gulita. Semua orang datang dan berkumpul di sekelilingnya. Jika menara api dapat kita hancurkan, maka manusia akan hidup dalam kegelapan jahiliyah. Kita bisa melihat benda-benda yang ada di sekitar kita, karena ada cahaya, tapi seandainya listrik mati maka kegelapan akan menyelimuti kita dan kita tak dapat melihat apapun, jadi jika cahaya khilafah ini dapat kita padamkan, maka kaum muslimin akan kehilangan panduan yang akan mengarahkan jalan mereka.


Selama tiga abad terturut-turut, orang-orang Barat (non muslim) memusatkan perhatiannya kepada khilafah Islam. Mereka mencari jalan bagaimana cara meruntuhkannya, khususnya dalam dekade duapuluh lima tahun terakhir dari abad ke 19. Kemudian pada masa duapuluh lima tahun pertama dari abad ke 20, upaya menghancurkan itu mencapai klimaksnya. Mereka membuat perencanaan dan langkah-langkah guna meruntuhkan khilafah `Utsmaniyah dan menyingkirkan Sultan Abdul Hamid yang memegang tampuk kekhilafahan sejak tahun 1876 M hingga 1909 M. Beliau berkuasa sepertiga abad lamanya.


Sultan Abdul Hamid seorang yang cerdik dan pandai.Beliau lulus dari Fakultas Syari`ah dengan menempati rangking ke dua dari semua mahasiswa. Rangking pertamanya diduduki oleh Munib Hasyim, Mufti Palestina.

Sultan Abdul Hamid dinobatkan sebagai khalifah setelah kematian dua orang khalifah sebelumnya, yaitu ayahanda dan pamannya sendiri. Keduanya dibunuh oleh Perdana Menteri Mid-Hat Basya, seorang tokoh gerakan masonisme dan mengendalikan aktifitas club-club masonisme di Turki. Dia mendapatkan dukungan negara-negara Barat dan Timur dalam menjalankan program sekularisasi di negara Turki, mereka menyebutnya sebagai “Bapak Pembebasan”.

Setelah berhasil menyingkirkan kedua Khalifah, Mid-Had Basya datang menemui Sultan Abdul Hamid yang telah menyelesaikan studinya di Fakultas Syari`ah. Mid-Hat mengatakan padanya :”Kami bersedia menyerahkan posisi khilafah kepada tuan asal tuan menerima satu syarat yang kami ajukan kepada tuan, yaitu Tuan harus bersedia memaklumatkan “Undang-undang”.

Sultan Abdul Hamid adalah seorang muslim yang .…… sebagaimana firman Allah ta`ala:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, maka mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. “ (QS Yunus: 9) 
Allah memberinya petunjuk, lantaran keimanannya. Semula beliau menerima syarat Mid-Hat Basya untuk memaklumatkan “undang-undang”. Apa sebenarnya undang-undang yang diajukan tersebut ? yakni peraturan yang diambil dari undang-undang negara Eropa, yang mempersamakan hak antara orang-orang Nasrani, Yahudi dan Muslim. 

Padahal sebelum itu, orang Yahudi ataupun Nasrani tidak diterima kesaksiannya terhadap seorang muslim dalam mahkamah/pengadilan. Mereka juga tidak boleh masuk dan tidak punya hak masuk dalam dinas ketentaraan.

Banyak peraturan-peraturan khusus yang berlaku bagi golongan Nasrani, antara lain:

  • Ucapan salam mereka tidak (boleh) dijawab; 
  • Mereka tidak boleh berjalan di bagian tengah jalan, dan harus di pinggirnya; 
  • Rumah mereka tidak boleh lebih tinggi dari rumah orang-orang muslim; 
  • Mereka tidak diperkenankan membawa senjata; 
  • Mereka tidak boleh menunggang kuda dengan menggunakan pelana; 
  • Mereka tidak boleh membunyikan lonceng; 
  • Mereka tidak boleh keluar rumah pada hari-hari besar mereka; 
  • Jika salah seorang diantara mereka berkendaraan dan kemudian berpapasan dengan seorang muslim, maka dia harus turun dari kendaraannya. Sebab dia tidak boleh lebih tinggi dari seorang muslim. 
  • Dan lain sebagainya. 
Beginilah fenomena keadaan mereka di tengah-tengah masyarakat muslim pada masa pemerintahan daulah `Utsmaniyah sebelum diberlakukannya “Undang-undang” tersebut.

Dalam arsip Daulah `Utsmaniyah ditemukan data kematian seorang Nasrani , yang ditulis “Telah mati seorang kafir” sebagai ganti dari kalimat “Telah mati seorang Nasrani”.

Daulah `Utsmaniyah hanya mengenal dua identitas kebangsaan, yaitu kebangsaan muslim dan satunya lagi kebangsaan kafir. Mereka tidak mengenal kebangsaan Inggris, atau Perancis, atau Mesir, atau Arab, atau Turki dan sebagainya.Terhadap orang Palestina yang muslim pasport perjalanan mereka bagian luarnya tertulis “Daulah Al `Ulya Al Islamiyah” atau Daulah `Utsmaniyah sedangkan bagian dalamnya tertulis kebangsaan Muslim. Sedangkan bagi orang-orang Armenis, Rusia, Austria, Serbia, Bulgaria, Rumania dan negara-negara yang tunduk pada kekuasaan Daulah `Utsmaniyah pasport mereka tertulis “Kebangsaan Kafir” yang demikian ini membuat mereka marah dan geram.

Mereka bertambah geram karena Sultan Muhammad al Fath berhasil menaklukkan ibu kota Romawi timur, ibu kota negara Caesar Heraclius. Kemudian setelah penaklukan itu, beliau memperluas wilayah kekuasaannya ke benua Eropa. Yunani dia taklukkan, lalu Serbia, lalu Bugaria, laluYugoslavia, lalu Albania, lalu …. lalu…. dan seterusnya. Bahkan wilayah Rusia waktu itu tinggal sedikit yang belum dikuasai. Semuanya berhasil ditaklukkan kaum muslimin. Yang tertinggal hanya kota Moscow saja. Sejak itu Moskow membayar jizyah kepada kaum muslimin. Demikianlah, dahulu orang-orang Rusia datang menyerahkan jizyah (pajak kepala) kepada pemerintah Daulah `Utsmaniyah, dengan patuh sedang mereka dalam keadaan terhina. Sebagian ulama memberikan fatwa bahwa orang kafir yang menyerahkan jizyah kepada kaum muslimin harus menjauhkan dirinya pada saat menyerahkan jizyah. Tentu saja yang demikian itu membuat mereka memendam rasa kemarahan.

Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa khilafah merupakan sumber kekuatan ummat Islam. Maka dari itu mereka merancang strategi untuk meruntuhkan khilafah agar supaya kaum muslimin tercerai berai . Kemudian sesudah bercerai berai, mereka akan terkam seperti srigala menerkam domba yang tersesat di malam yang dingin. Mereka akan memangsanya di setiap tempat tanpa menemui halangan ataupun rintangan.

Dalam merealisir rencana tersebut, maka yang pertama kali mereka kerjakan adalah menyingkirkan Sultan Abdul Hamid, sebab Sultan Abdul Hamid adalah figur seorang muslim yang teguh dalam memegang prinsip.

Sultan Abdul Hamid telah mempelajari ajaran Islam dalam arti yang sesungguhnya. Beliau mengetahui bahwa Mid-Hat Basya adalah biang yang mendalangi tewasnya dua orang khalifah sebelumnya. Maka pada mulanya tawaran itu beliau setujui. Kata Sultan Abdul Hamid pada Mid-Hat Basya, “Ya, saya bersedia memaklumatkan berlakunya undang-undang yang kamu inginkan”. Lalu Mid-Hat Basya menyerahkan kekuasaan daulah `Utsmaniyah kepada Sultan Abdul Hamid, setelah mendengar kesediaan Sultan memaklumatkan berlakunyaundang-undang yang diinginkannya.

Langkah pertama yang diambil Sultan Abdul Hamid setelah berkuasa adalah menangkap Mid-Hat Basya dan menjebloskannya ke dalam penjara, kemudian menggantungnya mati. Peristiwa ini merupakan tamparan keras bagi negara-negara Eropa yang mendukung pembaharuan Mid-Hat Basya. Setidak-tidaknya hukuman mati itu sebagai qishas bagi Mid-Hat Basya, karena dialah yang telah membunuh ayahanda dan paman Sultan Abdul Hamid.
Peristiwa Besar

Peristiwa besar yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid ialah pada tahun 1887 M di Basel, sebuah kota di Swiss. Di mana pada tahun itu organisasi Yahudi internasional yang dipimpin oleh Theodore Hertzl, mengadakan pertemuan untuk mempersiapkan rencana pendirian sebuah negara bagi bangsa Yahudi. Dalam pertemuan tersebut, Hertzl mengatakan,”Sesungguhnya alasan kita berkumpul di tempat ini adalah untuk mencari tanah yang akan kita jadikan sebagai negara kita “.

Kembali ke Daftar Isi

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply