Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » Jihad adalah Jalan Menuju Tauhid


Unknown 00.01 0

Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amal-amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya , dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat menunjukinya.
Allahuma laa sahla illa maa ja’altahu sahlan, wa anta taj’alul hazana idzaa syi’ta sahlan“ (Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah.  Dan Engkau menjadikan kesedihan itu mudah jika Engkau menghendakinya)
 
Apa yang kita mau?
Apa yang dikehendaki seorang muslim dalam hidupnya?
Apa yang dikehendaki kaum muslimin sekarang ini?
 Yang dikehendaki seorang muslim di dunia ini adalah menyelamatkan manusia --seberapapun dia mampu-- dari neraka dan tentu saja menyelamatkan dirinya sendiri lebih dahulu dan berupaya untuk bisa masuk ke dalam surga.
Menyelematkan manusia dari neraka tidak mungkin bisa dicapai kecuali dengan perantaraan Daulah Islamiyah yang membangun kemaslahatan kaum muslimin di dunia, mengangkat bendera jihad; menyiapkan pasukan untuk menaklukan negeri-negeri dan mengembalikan manusia dari penghambaannya kepada syetan menuju kepada penghambaan kepada Rabbnya.
 

JALAN MENUJU KHILAFAH
 
Kita ingin mengembalikan “Menara Api yang hilang”.  Bangunan menjulang tinggi yang menguasai bangsa barat selama 13 abad hingga mereka bisa meruntuhkan dan menghancurkannya.  Kita ingin menegakkan kembali tiang-tiang khilafah yang sesudah kejatuhannya menyebabkan kaum muslimin terpecah belah dan tercerai berai di setiap tempat tanpa ada gembalanya.  Keadaannya seperti domba di malam dingin yang dimangsa kawanan serigala, kepala mereka diinjak-injak oleh orang kafir.  Berubahlah keadaan kaum muslimin sesudah kejatuhan Menara Api ini, yang menerangi jalan mereka di dalam suasana gelap gulita.  Mereka berubah menjadi buih  sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW.
“Seluruh umat mengerubuti kalian sebagaimana makanan di atas piring dikerubuti orang”.  Para sahabat bertanya : “Apakah karena jumlah kita yang sedikit pada waktu itu ya Rasulullah?”. Beliau menjawab : “Tidak, jumlah kalian besar pada waktu itu.  Akan tetapi kalian hanyalah seperti buih yang diterpa ombak. Sungguh, Allah benar-benar akan mencabut rasa gentar terhadap kalian dari hati musuh-musuh kalian dan akan mencampakkan ke dalam hati kalian al wahn”.  Para sahabat beratnya : “Apa al wahn itu ya Rasulullah?” Nabi saw menjawab : “Cinta dunia dan takut mati”.
Dalam riwayat Ahmad disebutkan : “Cinta dunia dan takut berperang”.[1]
 
Sarana satu-satunya yang menjamin kembalinya bangunan yang tinggi itu adalah jihad, yang merupakan puncak tertinggi dalam Islam. Dengan jihad inilah, dunia menjadi tampak kecil dalam pandangan seorang mujahid.  Karena ketika ia berada pada puncak tertinggi Islam, maka dia akan melihat dunia itu tampak kecil dan tak berarti.  Seperti seseorang yang naik pesawat terbang.  Ketika ia terbang tinggi dan melayang-layang di angkasa, maka apapun yang ada di bumi hilang dari pandangannya.  Lapangan terbang, tanah air, keluarga, penduduk dan semua yang ada di bumi hilang manakala pesawat telah mengawang di angkasa.  Demikian pula halnya orang yang naik ke puncak tertinggi Islam.  Di matanya dunia itu nampak kecil, karena ia berada di puncak.  Ia heran terhadap apa yang diperselisihkan penduduk bumi.  Ia heran terhadap apa yang dipertentangkan oleh orang-orang jahiliyah (bodoh) perihal kesenangan yang sedikit, perihal dirham, perihal merek mobil dan panjangnya, perihal pemain sepakbola, perihal wisata tahunan, perihal belanja ke super market, dan lain-lain.  Ia tertawa dari jauh. Dari ketinggian ia melihat mereka sedang bermain layaknya kanak-kanak.  Ia menaruh kasihan terhadap keadaan mereka, dan semua keadaan seperti keadaan itu. Sebab mereka belum mewujudkan kewajiban hidup mereka di dunia. Maka kelak mereka akan kehilangan hasil di akhirat.
 
MATI SYAHID MERUPAKAN PILIHAN
Jihad menjadikan dunia kecil dalam pandangan manusia.  Persoalan hidup dan mati telah menjadi persoalan yang sama baginya, bahkan mati lebih  mereka senangi jika kematiannya itu fie sabilillah.
Para pemuda yang datang untuk berjihad di Afghan, keinginannya hanya mati syahid.  Keinginannya hanya surga, keinginannya hanya bidadari-bidadari surga, keinginannya hanya mendapatkan syahadah (gelar, ijazah, sertifikat) dari Rabbul ‘Alamin.  Dengan syahadah itulah keselamatan hidupnya akan terjamin selama-lamanya.
Lalu apa?  Apakah dia mencari ijazah dari Fakultas Kedokteran agar dapat bekerja di Departemen Kesehatan?  Apakah mencari ijazah di Fakultas Teknik agar menjadi tenaga ahli di pabrik?  Apakah mencari ijazah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam  agar menjadi Dosen ilmu Fisika? Apakah mencari titel dari Fakultas Ushuluddin agar menjadi guru di SMP atau SMA?  Apakah dia hendak mencari titel Doktor supaya menjadi dosen di Fakultas Syariah?
Sesungguhnya dia mencari syahadah/gelar yang dilegalisir/disahkan sendiri oleh Rabbul ‘Alamin.  Gelar ini memasukkan pemiliknya ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi untuk selama-lamanya. 
 
“Maka apakah kita tidak akan mati kecuali hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan seperti ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja”. (QS. Ash Shaffaat : 58-61)
 
Gelar ini … demi Allah, saya betul-betul menginginkan kematian seperti orang-orang ini, yakni :  Syakir Al Qursyi Ath Tha’ifi dan Gebran Syarif Nashir dari Yaman.  Kedua orang ini baru kembali dari Amerika,  lalu bekerja beberapa bulan di Riyadh dan kemudian datang ke sini, yakni Afghanistan.  Dua bulan kemudian, Allah menutup kehidupannya dengan syahid dan memasukkannya ke dalam surga.  Hanya dua bulan saja di sini!.
Pemuda –pemuda ini, seandainya tetap tinggal di Amerika, maka berapa tahun yang ia perlukan untuk meraih gelar MBA, MA atau Doktor?  Tentunya bertahun-tahun lamanya.  Allah Maha Mengetahui,  Dia selamatkan pemuda ini dari gadis-gadis Amerika, dari godaan mereka dan dari fitnah kehidupan jahiliyah di tengah-tengah kegelapan yang menerpa.
Berapa tahun dia harus berkutat dengan studinya hingga berhasil meraih gelar dan kemudian kembali ke Universitas King ‘Abdul ‘Aziz atau ke Universitas Zahran, atau ke Universitas Faishal atau ke Universitas yang lain?  Hanya dua bulan saja dia meraih gelar syahadah dari Rabbul ‘Alamin.  Di Amerika John Wenton akan menandatangani ijazahnya.  Dan di sini Allah akan menyaksikan kesyahidannya.  Nikmat manakah yang lebih besar daripada ini?  Dua bulan … dua bulan menjadi graduate (lulusan), lulus dan meraih syahadah yang menjamin kebahagiaanmu selama-lamanya!!
Mereka itulah orang-orang yang memperoleh keberuntungan.  Mereka adalah orang-orang yang sukses menempuh kehidupannya. Diantara mereka ada yang kalian dapati tidak mempunyai ijazah SMA, atau sebagian mereka gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi.  Lalu ia masuk ke Universitas milik Allah untuk mencari syahadah.  Mereka berjalan tanpa membawa ijazah SMA, sementara diantara kami ada yang bertitel Doktor. Namun Allah 'Azza wa Jalla mengetahui, dan Dia Maha Tahu perihal hati manusia.  Dia memilih mereka yang dicintai-Nya.
Maka kita bermohon kepada Allah supaya kita mencapai tingkatan orang-orang yang dicintai-Nya dan memilih kita sebagai syuhada’ --Insya Allah--.  Sebab syahadah itu bagaikan buah.  Manakala buah itu telah masak, maka Rabbul ‘Alamin akan memetiknya……buah yang baik, yang masak, Dia akan mengambilnya. Namun sebenarnya masalah mati syahid merupakan pilihan.  Dia melihat mujahid yang berada di Shada. Berapa orang?  260 orang!.  Tiga diantara mereka diambilnya sebagai syuhada’.  Siapakah mereka itu?  Allah A’lam!.  Engkau dengan keberuntunganmu, engkau dengan hubunganmu dengan Rabbul ‘Alamin.  Tidak bermanfaat bagi orang-orang yang mempunyai kemuliaan karena kemuliaan itu dari padamu ya Allah.  Engkau dengan lidahmu, engkau dengan dakwahmu, engkau dengan shalat malammu, engkau dengan puasamu, engkau dengan cita-citamu, engkau dengan tekadmu, dan Dia Rabbul ‘Alamin memperhatikan, jika engkau memang berhak/layak maka Allah SWT, akan mengambil dan memilihmu sebagai syuhada’.
Jihad adalah kehidupan umat.  Tidak ada kehidupan bagi umat tanpa jihad.  Karena itu, berkata para ahli tafsir atau sebagian dari ahli tafsir mengenai firman Allah Ta’ala :
 “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. (QS. Al Anfal : 24)
 
Yakni, apabila Rasul menyeru kalian untuk berjihad, karena jihad itulah yang dimaksudkan dengan kehidupan.
 
KEUTAMAAN JIHAD
Jihad adalah siyahah (perjalanan tamasya), sebagaimana sabda Nabi SAW:
 
“Sesunnguhnya siyahah umatku adalah jihad fie sabilillah Ta’ala”. (HR. Abu Dawud: 2486 dan Al Hakim)[2]
Jihad juga merupakan bentuk  rahbaniyah (kerahiban/kependetaan) dari umat ini, sebagaimana sabda Nabi SAW :
 
“Wajib atas kamu berjihad, karena sesungguhnya jihad itu merupakan Rahbaniyah di dalam Islam”. (HR. Ahmad: 3/82)[3]
 
Jihad adalah satu-satunya ibadah yang dapat menghapuskan segala keburukan dan dosa, apabila semua amalan itu diakhiri dengan syahadah (kematian syahid).  Jihad adalah seutama-utamanya amal kebajikan secara mutlak, sebagaimana ucapan Imam Ahmad dan yang lain : “Tidak ada ibadah yang pahalanya lebih besar daripada pahala jihad”.
Dalam sebuah hadits disebutkan :
 
“Telah datang seorang laki-laki kepada Rasululllah saw. lalu bertanya : “Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat menyamai pahala jihad?!”. Beliau menjawab : “Aku tidak mendapatinya”. Kemudian beliau melanjutkan : “Apakah engkau mampu, di saat seorang mujahid keluar (ke medan jihad), lalu engkau masuk ke masjidmu mengerjakan shalat terus-menerus tanpa henti dan berpuasa terus-menerus tanpa berbuka?”.  Orang itu berkata : “Siapa yang sanggup mengerjakan itu?”. (HR. Al Bukhari : 2785).
 
Dalam riwayat yang lain :
“Perumpamaan seorang mujahid fie sabilillah –walllahu a’lam siapakah yang berjihad di jalan-Nya-- seperti orang yang berpuasa dan shalat terus menerus tanpa henti sampai seorang mujahid kembali”. (HR. Al Bukhari : 2787).
Tak ada seorangpun yang keadaan jaganya dan tidurnya bernilai pahala kecuali mujahid.  Rasulullah SAW bersabda :
 
“Perang itu ada dua macam.  Barangsiapa berperang mencari keridhaan Allah, menta’ati perintah imam (yakni amir/komando), menginfakkan harta berharga yang dimilikinya, berlaku mudah terhadap teman (*) dan menjauhi kerusakan, maka tidurnya dan jaganya adalah pahala seluruhnya”. [4]
(*)baik budi pekertinya terhadap saudara-saudaranya sekemah dan selaskar serta terhadap penanggungjawab, teman-teman sebaya, orang-orang yang lebih muda daripadanya
Tidur dan jaga (tidak tidur)-nya semuanya berpahala.  Engkau tidur beroleh pahala.  Engkau bermain beroleh pahala.  Engkau bergurau bersama saudara-saudaramu berpahala.  Bahkan engkau mendapatkan pahala atas kuda yang kau punyai, jika kuda itu engkau tambatkan di jalan Allah. Jika kuda tersebut bermain, maka engkau mendapatkan pahala.  Jika engkau sendiri bermain-main, maka engkaupun mendapat pahala.  Pokoknya seluruh waktumu berpahala.  Namun tentu saja dengan memenuhi kelima syarat dari hadits di atas tadi.
 
 NIAT YANG BENAR DAN TAAT KEPADA AMIR
Ta’at kepada Amir adalah wajib, meski hanya amir kemah, janganlah engkau berkata : “Siapa amir kemah ini, sehingga saya harus mentaatinya?  Saya lebih faham dan lebih tahu daripadanya .. Saya ustadz dan sebagainya dan sebagainya…sedangkan anak ini belum tamat SMA”.  Taat kepada Amir adalah wajib, dan bermaksiat kepada amir adalah haram, yakni berdosa.  Jika Amir mengatakan “Tidak boleh berbicara sesudah jam 21.30.  atau “Jangan berbicara sesudah lampu dimatikan”, maka engkau harus diam.  Jika dia memerintah supaya engkau tidak berbicara sesudah lampu dimatikan atau melarang engkau menyetel radio, atau melarangmu membuat gelisah tidurnya saudara-saudaramu, maka engkau harus mentaatinya.  Jika dia mengatakan “Kumpul”, maka engkau harus berkumpul.  Jika dia menyuruh duduk, maka engkau harus duduk.  Ta’at kepadanya adalah wajib.
Tidurnya dan jaganya adalah berpahala seluruhnya.  Dan barangsiapa pergi berperang karena ingin pamer dan ingin didengar, tidak menjauhi kerusakan dan tidak mentaati amir, maka dia tidak kembali dengan sesuatu yang mencukupi.  Yakni kembali dalam keadaan membawa dosa, bukan memperoleh pahala.  Maksudnya, dia kembali dengan tidak membawa kebaikan sebagaimana waktu datangnya.
Ingatlah selalu, engkau dalam suatu ibadah (fa laa rafatsa wa laa fusuuqa wa laa jidaala fil hajji), artinya : “Maka tidak boleh rafats, (mengeluarkan kata yang menimbulkan birahi atau bersetubuh), berbuat fasiq dan berbantah-bantahan dalam melaksanakan ibadah Hajji”.  Dalam jihad juga tidak boleh ada rafats, tidak boleh berbantah-bantahan dan tidak boleh berbuat fasiq.
Di sini,  yakni di Kamp Shada, jika engkau percaya, sehari sama dengan seribu hari. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW :
“Ribath (berjaga-jaga di perbatasan) sehari di jalan Allah adalah lebih baik daripada seribu hari ditempat lain”. (HR. An Nasa’i : 3171)[5]
“Ribath sehari di jalan Allah lebih baik darupada dunia dan seisinya”. (HR. Al Bukhari, At Tirmidzi dan Ahmad)[6]
 
Jika engkau mati di sini, dengan cara apapun, maka engkau mati syahid,  misalnya : dalam latihan engkau terkena peluru nyasar, atau terserang penyakit, kedinginan, bronchitis, pneumonia, terbalik kendaraanmu atau engkau terjatuh ke jurang, lalu engkau mati.  Maka matimu adalah mati syahid.  Tenanglah kamu, di manapun kamu mati dari sejak sekarang ini sampai kamu pulang ke negerimu,  maka matimu adalah mati syahid.  Bahkan seandainya kamu pulang ke negerimu, namun niatmu hanya untuk mengunjungi keluargamu saja.  Pulang berkunjung kepada keluarga sebulan lalu kembali ke lagi sini.  Misalnya, pesawat yang kamu tumpangi jatuh pada waktu pergi atau pada waktu kembali, maka kamu mati syahid.  Sebab “Qaflatun ka ghazwah”, Qaflah artinya : kembali kepada keluarga.  Jadi kembali ke keluarga itu seperti berperang.  Ada pahala padanya, karena qaflah itu menghibur hati, menambah semangat dan mengembalikan kekuatan baru.
 
“Ribath sehari di jalan Allah lebih baik daripada apa yang dilalui matahari selama terbit dan tenggelamnya”.
 
Yakni, lebih baik daripada kota Jeddah, kota Tha’if, kota Oman, kota Qahirah, kota Damaskus, dan lebih baik dari semua yang ada di dunia.  Bukan hanya lebih baik dari sekolahan yang kamu menjadi siswanya atau lebih baik daripada universitas yang kamu menjadi mahasiswanya, namun lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Barangsiapa mati dalam keadaan beribath, maka amalannya tidak diakhiri dengan kematiannya.  Setiap hari ada malaikat yang mengeluarkan lembaran baru berisi catatan amalan yang lebih baik dari amal-amalmu.  Kemudian Rabbul ‘Alamin menambah lembaran amalan itu ke buku kumpulam amal-amalmu.  Demikianlah, hal itu berlangsung terus-menerus sampai hari kiamat.  Allahu Akbar!!! Nikmat mana  yang lebih besar daripada ini??!!
“Tiada orang yang mati melainkan diakhiri amalannya dengan kematiannya itu, kecuali orang yang mati dalam keadaan beribath”. (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)[7]
 
Dan aman/selamat dari siksa kubur, fitnah kubur.  Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, mengapa demikian.  Lalu beliau menjawab :
“Cukuplah kelebatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah”
 
Cukup dengan desingan misil BM 41 di atas kepalanya, dimana setiap ditekan tombol senjata ini, maka akan meluncur 41 misil menuju sasaran.  Cukup dengan bom-bom yang diluncurkan dari pesawat MIG 25 sebagai ganti fitnah kubur, dimana  satu bom tersebut beratnya satu ton.  Cukup dengan desingan peluru sebagai pengganti fitnah kubur.  Meski demikian kalian menginginkan dia disiksa dalam kuburnya, padahal boleh jadi dia telah banyak mendapatkan siksaan selama di dunia.
Dia akan senantiasa diberi rezki.  Dia makan dengan rezkinya.  Karena arwah syahid berada dalam pundi-pundi burung berwarna hijau. Terbang bebas di surga sesukanya.  Dia makan dengan rezkinya pagi dan sore.
 
Sekarang ini kita berada dalam fase I’dad.  I’dad adalah suatu kewajiban. 
Rasulullah SAW bersabda :
 
“Melemparlah/memanahlah kamu sekalian wahai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya bapak-bapak kalian adalah seorang pemanah”. (HR. Al Bukhari dan Ahmad)[8]
 
Kita ini ada dalam keadaan syibhu  ribath (serupa ribath),  karena kita tidak terlalu merasa takut terhadap ancaman musuh.  Memang benar kita membuat ketakutan musuh dan kita juga dihantui rasa takut, namun tingkatannya tidak seperti mereka yang berada di perbatasan dengan musuh.  Di sini kita dianggap serupa dengan orang-orang yang ber-ribath (murabith), setengah dari faridhah ribath atau tiga perempatnya.  Dan itu lebih baik daripada orang pergi ke front tanpa melalui faridhah I’dad dan kemudian  ber-ribath di sana. Adapun mereka yang beri’dad di sini dan berlatih senjata dengan baik lalu pergi ke medan pertempuran, maka kedudukan dia di sana lebih banyak pahalanya. Karena di sana ribathnya sempurna sedangkan di sini ribathnya tidak sempurna. Kecuali jika memang amir meminta dia supaya berdiam di sini untuk suatu kepentingan, misalnya i’dad, melatih ikhwan yang lain, dan sebagainya.  Orang semacam ini mendapatkan pahala dari setiap orang yang dilatihnya di sisi Rabbul ‘Alamin.  Jika ada 301 orang, maka pahala yang didapat setiap orang setiap hari dikumpulkan dan ditambahkan kepada orang yang melatih mereka atau membimbing mereka. Demi Allah, kami di sini menerima pahala atas keberadaan kalian di sini.  Mudah-mudahan Allah tidak mengharamkan pahala itu atas kami semua.
Jihad adalah satu-satunya jalan untuk menegakkan masyarakat muslim dimana keberadaannya sangat penting.  Tak ubahnya seperti pentingnya makanan, minuman dan oksigen.  Adapun mengembalikan bangunan yang hilang, yakni khilafah, merupakan faridhah bagi setiap muslim. Seluruh dunia merasa takut dan mencemaskan kembalinya kekhalifahan Islam sekali lagi.  Musuh-musuh Allah lebih banyak mengetahui daripada kaum muslimin sendiri, bahwa khilafah tidak tidak akan mungkin bisa kembali kecuali dengan jihad.
 
USAHA MEMBURUKKAN CITRA JIHAD
 
Mengingat betapa berartinya jihad dan khilafah bagi kaum muslimin untuk mengembalikan ‘izzah/keperkasaan mereka, maka jihad menjadi momok bagi kaum orientalis dan menjadi sasaran utama serangan mereka.  Mereka bekerja tak henti-henti untuk memburukkan citra jihad.  Antara lain mereka menyebarkan opini bahwa umat Islam adalah umat yang biadab, umat yang selalu membawa pedang mereka untuk menyembelih manusia.  Setiap kali menjumpai manusia, mereka akan membunuhnya.  Agama Islam ditegakkan dengan pedang….dan sebagainya.  Celakanya orang-orang Islam terpengaruh kata-kata mereka, maka merekapun mengadakan pembelaan  (yang bersifat apologis) dengan mengatakan : “Tidak, agama kami adalah agama defensif, agama yang disebarkan dengan cara damai dan penuh hikmah.  Kalian orang-orang Nashrani, khususnya Amerika dan Inggris, adalah orang-orang yang paling dekat dengan kami.  Tuhan kami berfirman :
 
“Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. (QS. Al Maidah : 82)
 
“Kalian dekat dengan kami. Kami hanya memerangi orang-orang atheis, kami hanya memerangi orang-orang komunis.  Kami tidak memerangi kalian, sebab kalian dekat hubungannya dengan kami”.
 
(Ketika dikatakan): “Agama kalian tegak dengan pedang”,
(Mereka menjawab) : “Tidak, agama kami menyeru dengan jalan hikmah dan pelajaran yang baik:
 
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.  (QS. An Nahl : 125)
 
(Ketika dikatakan): “Agama kalian  agama yang ofensif”. 
(Mereka menjawab): “Tidak, agama kami defensif:
 
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al Baqarah : 190)
 
Maka demikianlah, setiap buku yang menulis tentang jihad, isinya sangat lemah, lembek dan kering, sangat miskin dan menggambarkan mental pecundang mereka terhadap provokasi musuh-musuh mereka.  Mereka mengalami kekalahan mental dan spiritual menghadapi tekanan yang ada dewasa ini dan dalam menghadapi serangan kaum orientalis yang selalu membuat rencana jahat terhadap agama Islam dan kaum muslimin.
Agama kita tegak dengan pedang!.  Memang benar agama kita tegak dengan pedang.  Saya katakan kepada kalian : “Agama kita tidak akan mungkin mencapai kemenangan dan tidak mungkin bisa tegak kecuali dengan pedang.  Ya, benar.  Baik itu kalian suka atau tidak.  Kalian suka?  Maka angkatlah pedang dan silakan maju! Sekarang, agama kita memerlukan senjata, ZPU, RPG, BM 12, Mortir, AKA, bom, eksplosive (bahan peledak).[9]  Inilah yang akan memenangkan agama kita.  Dan kita akan menyebarkan agama kita dengan senjata-senjata ini, sehingga musuh-musuh Allah mendengar seruan kita.!”
Wahai jama’ah muslimin, siapakah orangnya yang lebih pengasih daripada Rasulullah SAW ?  Siapa yang lebih penyayang daripada beliau?  Lalu apa yang beliau sabdakan?  Bukankah beliau bersabda : “ Bu itstu baina yadais saa’ati bis saif” (Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang…).  Beliau diutus dengan membawa pedang di tangannya. Lalu untuk apa pedang itu? “Hattaa yu’badallaha wahdahu, laa syariika lahu” (sehingga Allah disembah sendirian saja, tidak ada lagi sekutu bagi-Nya).[10] Maksudnya adalah : pedang itu sangat penting untuk menegakkan tauhid di permukaan bumi.  Tauhid tidak akan wujud tanpa dikawal pedang.
 
REZKI KAUM MUSLIMIN BERADA  DI BAWAH BAYANGAN TOMBAK
Apakah rezki itu diperoleh dengan program pembangunan?  Dengan rencana pembangunan lima tahun, sepuluh tahun atau dua puluh tahun dari program pertanian dan indsutri???
Sabda Rasulullah SAW :
 “Dan dijadikan rezkiku berada di bawah bayangan tombakku”
 
Tatkala Umar ra, melihat para mujahid di Palestina, yakni para sahabat, menanam gandum sesudah mereka berhasil menaklukan dataran Haula, maka Umar mengutus seseorang untuk membakar tanaman gandum tersebut.  Lalu ketika utusan Umar sampai di Palestina, maka diapun membakar tanaman gandum itu.  Dia membawa surat dari Umar bin Al Khattab berisi kalimat dua baris saja.  Tak perlu Umar berdiri selama tiga jam untuk berpidato kepada umat sebagaimana yang diperbuat kaum sosialis, kaum nasionalis, dan lain-lainnya.  Surat Umar biasanya hanya terdiri dua baris, tiga baris atau empat baris.  Paling panjang, tak lebih dari satu lembar.
Setelah utusan Umar membakar tanaman gandum mereka, maka para sahabat menyerbunya dan bertanya : “Apa yang kamu perbuat?  Mengapa engkau membakar tanaman itu?”  Lalu utusan tadi berkata pada mereka, “Dengarkanlah risalah dari Umar : “Jika kalian meninggalkan jihad dan sibuk bercocok tanam, maka saya akan menetapkan jizyah atas kalian.  Dan saya akan memperlakukan kalian sebagaimana saya memperlakukan ahli kitab. Sesungguhnya makanan kalian ialah apa yang kalian keluarkan dari mulur musuh-musuh kalian”.
Suapan makan kamu keluar dari mana?  Dari mulut musuhmu …Paham?  Ya … Salam! Ya…Salam!  Tidakkah kita ingat pada hari dimana agama Allah 'Azza wa Jalla dilindungi oleh pedang.  Sementara di Madinah tengah dilanda kelaparan pada masa paceklik, maka Umar menulis surat kepada Amru bin Ash.  Isi surat tersebut berbunyi : “Kelaparan telah melilit kami, untuk itu bantulah kami dengan segera”.  Lalu sebagai balasannya Amru bin Ash menulis surat kepada Umar.  Surat yang terdiri dari sebaris kata tersebut berbunyi: “Saya akan mengirimkan kepada anda kafilah bahan makanan,  yang ujung pertamanya di depan  anda, dan ujung  terakhirnya berada di depan saya”.  Ujung yang pertama dari kafilah bantuan pangan tersebut ada di Madinah dan yang terakhir masih di Mesir.  Kafilah yang  mengangkut muatan gandum, sebab Mesir pada waktu itu merupakan gudang gandum bagi dunia Arab. 
Lalu dimana gandum Mesir sekarang ini ??  Orang-orang Mesir menanti datangnya truk-truk Amerika yang bermuatan gandum setiap bulannya. Jika Amerika bermaksud mengadakan suatu revolusi di Mesir, maka cukup baginya menghentikan kiriman (embargo) gandum sebulan atau dua bulan.  Karena itu kalau Gamal Abdul Nasher mencaci maki Amerika selalu di kota Qahirah, sementara gandum terus datang di Iskandariyah, gandum Amerika.
Mesir, dimana Allah telah menyelamatkan dengannya dunia Islam dari bahaya kelaparan selama tujuh tahun dalam masa pemerintahan Nabi Yusuf as.  di mana gandum itu sekarang ini?  Di mana pertanian?  Di mana industri?
Sebelum meletus revolusi yang sama sekali tidak berbarakah pada tahun 1952 di Mesir, maka pada waktu itu Mesir merupakan negara pemberi pinjaman (donor) bagi dunia.  Mesir pada waktu itu merupakan debitur (pemberi pinjaman) bagi Inggris, pada masa itu Junaih (Pound Mesir) nilainya lebih dari 10 Reyal, lebih dari 3 dolar.  Rakyat Mesir pada masa pemerintahan Raja Faruq, yang mereka sebut sebagai agen penjajah, fasiq, dan lain-lain; masih merasakan kemakmuran.  Setiap anggota keluarga Mesir pada waktu itu merasakan perasaan aman dan tenteram serta merasakan kecukupan.  Seperti kata orang-orang Mesir sendiri : “Dahulu harga satu keranjang kacang tanah sekian, dan sekarang sekian.  Dulu harga seikat bawang sekian dan sekarang sekian”.
Ya, sekarang satu dollar Amerika sama dengan dua setengah Junaih Mesir. Sekarang hutang luar negeri Mesir sebanyak 40 milyar dollar !!! Sedangkan bunganya sebanyak 4 milyar dollar.  Mesir tidak akan mampu menutup hutangnya meski dengan menjual segala apa yang dimilikinya.  Mesir tak sanggup membayar bunganya.  Oleh karena itu, meski setiap tahun Mesir membayar hutang dari devisa yang dimilikinya, namun hutang tersebut justru semakin bertambah.  Setiap tahun Mesir harus membayar  bunga sebanyak 4 milyar dollar dan hutangnya yang 40 milyar dollar.  Apabila mereka hanya mampu menbayar 2 milyar dollar setahunnya, maka tahun berikutnya hutangnya menjadi 42 milyar dollar.  Dengan tambahan bunga sebanyak empat milyar dua ratus juta dan ditutup 2 milyar dollar, maka hutang tahun berikutnya menjadi 44 milyar 200 juta dollar .. demikian seterusnya.
Di mana Mesir sekarang ini?  Seperti apa yang dikatakan orang : Inilah dia bangsa Mesir.  Kita berharap semoga Allah memberkahi bangsa yang baik ini.
Ada yang mengekspresikan rasa kepedihannya dengan celaan dan kecaman.  Suatu ketika, seseorang membeli lada yang  dibungkus dengan kertas koran.  Dia merasa gembira sekali, karena sebentar lagi akan makan makanan yang lezat.  Namun ketika sampai di rumah, didapatinya lada-ladanya tidak ada. Ternyata kertas koran itu berlobang, sehingga lada-lada itu jatuh semua.  Lalu dia memperhatikan bungkus koran tadi, ternyata di situ ada gambar Gammal Abdul Nasser.  Maka potongan koran itu kemudian diinjaknya seraya berkata pada gambar tersebut : “Ini disebabkan karena dosa atas mereka…”.
 
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (QS. An Nahl : 112)
 
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A’raaf : 96)
 
Memang benar, tatkala agama Allah diperangi secara terang-terangan.  Maka Allah akan menghinakan mereka dan membuat miskin mereka.  Tatkala para ulama digantung di tiang gantungan sedangkan mereka diam, maka Allah akan membalas dan mengadzab mereka.
Pada tahun 1966, Sayyid Quthb dihukum mati.  Namun tak ada orang yang berani membuka mulut.  Saya sendiri mendengar Direktur Radio “Suara Arab”, Ahmad Sa’id, memberikan komentar pada hari digantungnya Sayyid Quthb.  Katanya : “Kami telah menggantung mati Sayyid Quthb, karena dia bermaksud menghancurkan Qanathir Khairiyah (nama bendungan di Mesir) dan berusaha membunuh Ummu Kultsum serta Abdul Halim Hafizh.*)  Dan akhirnya tempat kembali dia adalah neraka jahanam.  Sesungguhnya neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”.
Karena itu, darah Sayyid Quthb belum kering sesudah delapan bulan kematiannya.  Allah menghinakan Gamal Abdul Nasser dan menghinakan bangsa Arab dengan kehinaan yang tiada bandingannya dalam lembaran sejarah mereka.
Pada saat ulama digantung mati, orang-orang shaleh dimusuhi, para da’i diteror dan terus dimonitor dan kaum muslimin dirusak kehormatannya karena mereka menjaga harga diri dan kehormatan mereka, maka bagaimana Allah 'Azza wa Jalla tidak cemburu atas kehormatannya?  Bagaimana tidak?
  
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku akan mengumumkan perang dengannya”. (HR. Al Bukhari)
 
*) Dua orang artis penyanyi terkenal Mesir
 Lalu bagaimana dengan orang yang memusuhi semua wali-wali Allah, kalau hanya seorang wali-Nya saja Allah telah demikian murka?
 
At-Tauhid, pedanglah yang akan menancapkannya di permukaan bumi dengan kokoh.
 “Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang, sehingga Allah disembah sendirian saja, tidak ada lagi sekutu bagi-Nya.  Dan dijadikan rezkiku berada di bawah bayangan tombakku”. (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan Ath Thabrani)
 
Umat Islam, sekiranya mempunyai hasil produksi pertanian, industri, ternak dan mempunyai semua usaha pengembangan di bidang pangan, namun mereka meninggalkan jihad, maka mereka akan jatuh dalam kehinaan yang Allah tidak akan mencabut sehingga mereka kembali kepada jihad.  Dari Abdullah bin Umar ra, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila manusia telah bakhil dengan dirham dan dinar, dan saling berjual beli dengan sistem ‘inah *)  dan memegang erat ekor-ekor sapi **) dan puas dengan pertanian***), serta meninggalkan jihad, maka Allah menimpakan kepada mereka kehinaan yang tiada akan dicabut-Nya sampai mereka kembali kepada agamanya”. (HR. Ahmad dan Ath Thabrani)[11]
*) Yakni : jual beli yang mengandung unsur riba. Misalnya: seseorang membeli barang dengan cara tidak kontan seharga 1000 Dirham, lalu dia menjualnya kembali kepada penjual tadi seharga 900 Dirham kontan, maka dalam hal ini pembeli mendapat uang 900 Dirham, sementara dia harus membayarnya 1000 Dirham.
**) Hasil peternakan
***) Hasil pertanian
 
KEMULIAAN HANYA DAPAT DI RAIH DENGAN JIHAD
Jihad adalah satu-satunya jalan yang dapat dipercaya untuk menetapkan kebenaran dan menghapus kebathilan.  Dan ia merupakan satu-satunya jalan untuk memecahkan kekuatan orang-orang kafir dan menolak kekerasan dan makar (tipu daya) mereka.
 
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya)”. (QS. An Nisaa : 84)
 Berperang dan mengobarkan semangat untuk berperang, merupakan dua kewajiban yang satu sama lain saling berkaitan. Berperanglah, meski engkau seorang diri. Dan kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang, mudah-mudahan Allah menolak kekerasan dan serangan orang-orang kafir terhadap kalian.
Mengapa Rusia sekarang bermaksud menarik diri dari Afghanistan?  Dengan jalan perundingan dan perdamaian melalui mediator PBB. Melalui Dewan Keamanankah atau melalui pedang?  Melalui pedang!
Demi Allah, meskipun seandainya Yunus Khalis[12] hafal seluruh matan Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, mereka tidak akan mengizinkannya masuk PBB.  Kalaulah bukan karena pedang, maka Yunus Khalis tidak akan menginjakkan  kakinya di PBB.  Sekarang ini mereka meminta kedatangannya.  Sekiranya ruh dia keluar seratus kali, maka dia tidak akan dapat bertemu muka dengan Staf Kementrian Luar Negeri Amerika.  Sekarang ini Reagen mengundangnya.  Reagan sendiri yang mengundangnya. Siapakah diantara pemimpin kaum muslimin di dunia, atau orang Islam manakah yang berani menawarkan Islam kepada Reagan selain Yunus Khalis?!!


Seperti yang saya katakan kepada kalian : “Reagan mencoba beberapa kali untuk mengadakan tatap muka dengan Hekmatyar dengan mengirim seorang utusan pribadinya untuk menyampaikan undangan kepada Hekmatyar.  Namun Hekmatyar menolaknya.  Penolakan itu membuat Duta Besar Pakistan di Amerika berkata kepadanya : “Engkau gila.  Enampuluh kepala negara antri dalam daftar minta bertemu dengan Reagan, sementara engkau menolak bertemu dengannya!”  Hekmatyar menjawab dengan tenang : “Ya, memang benar saya menolaknya”.  Setelah Reagan gagal dalam usahanya mengundang Hekmatyar melalui Kedutaan Besar Pakistan, maka dia mengirim surat khusus lewat tangan anak gadisnya.
Allahu Akbar!  Betapa mulia Islam, betapa mulianya orang muslim itu.  Maka datanglah Maurine Reagan dengan membawa surat bapaknya dan menyerahkan kepada Hekmatyar.  Lalu Hekmatyar mengatakan : “Menyesal sekali, saya punya janji malam ini”.  Lalu dia pergi dan menghabiskan waktunya bersama Muhajirin Afghan di Amerika.
Kemuliaan, kemuliaan, dari mana datangnya?  Dari Dewan Keamanan kah?  Dari surat-surat petisikah?  Dari parlemenkah?  Bukan, bukan, bukan dari itu.  Kemuliaan itu datang dari pedang.
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang, sehingga Allah disembah sendirian saja dan tidak ada lagi sekutu bagi-Nya”
 Mengapa Rasulullah diutus dengan membawa pedang?
Jalan satu-satunya untuk menegakkan agama Allah, membina masyarakat muslim dan Daulah Islamiyah yang bekerja untuk kemaslahatan kaum muslimin,  menetapkan jihad, menegakkan hukum had, menjaga perbatasan, dan mengirim pasukan untuk penaklukan negeri-negeri dan mengentaskan manusia,…adalah jihad.  Masalahnya tidak memerlukan filosofi yang besar dan tidak  membutuhkan gelar serta titel yang tinggi.  Sembilan puluh persen penduduk Afghan adalah orang-orang yang buta huruf.  Bangsa Turki, yang Allah memelihara agama-Nya melalui tangan bangsa in selama enam abad adalah bangsa yang ummi (buta huruf).  Bangsa yang menggulingkan tahta Caesar dan singgasana Kisra adalah bangsa yang ummi.
Adalah para sahabat, ketika mereka masih di istana Kisra menemukan kapur barus putih yang sangat lembut. “Alangkah lembutnya garam ini!”, kata mereka.  Lalu pada hari kemenangan itu, mereka menyembelih sembelihan.  Diantaranya termasuk kambing-kambing yang ditinggalkan tentara Persia.  Kemudian mereka membubuhkan garam yang lembut ke dalam kuah yang mereka masak.  Ketika mereka makan, maka sama sekali tidak mengecap rasa asin.  Mereka bilang : “Garam ini sangat lembut, akan tetapi tidak mengasinkan”.  Ya Allah, mereka sama sekali tidak mempunyai gelar magister dalam ilmu kimia organik ataupun kimia karbon (bukannya melecehkan para ahli kimia).  Mereka sama sekali tidak tahu.
Seorang Badui berhasil menawan Malikah binti ‘Abdul Masih yang kecantikannya sampai dibuat pepatah.  Ketika badui tadi menangkap Malikah, dia berujar : “Selesai sudah, alhamdulillah, dunia telah menjadi milikku”. 
Lalu Malikah membujuknya dan berkata : “Barangkali engkau telah mendengar tentang diriku pada waktu aku masih muda. Sekarang saya telah tua, pasti engkau tidak menginginkan diriku, demikian pula aku.  Jika engkau mau, maka ambillah tebusan berapa saja yang kau mau dan tinggalkan diriku”. 
Maka badui tadi berkata kepada Malikah : “Ya aku mau. Saya mau seribu, seribu dirham”. 
Lalu Malikah mengeluarkan uang seribu dirham dan menyerahkannya kepada badui tadi.  Sebelum pergi, Malikah bertanya : “Mengapa engkau tidak meminta lebih dari seribu dirham?”. 
Badui tadi balik bertanya : “Apa ada yang lebih besar dari seribu dirham?”
Mereka-mereka itulah yang pernah menguasai dan memerintah dunia. Ya mereka!.  Masalah ini tidak memerlukan filsafat atau gelar magister atau doktoral.  Thalib Taujihi hanya tahu membaca Al Qur'anul Karim, kendati demikian dia mampu menghidupkan front secara utuh dengan izin Allah, ya hanya dengan Al Qur'anul Karim saja.
Ruba’i bin Amir, apa yang dimilikinya?  Adakah dia memegang gelar doktor dalam ilmu ekonomi dan administrasi?  Tidak! dialah yang masuk istana Rustum dengan mengendarai kuda sehingga merobekkan permadaninya.  Kudanya pendek dia juga pendek.  Masuk tanpa tali sandal, membawa pedang atau tombak kuno dan mengendarai kuda.  Kuda itu masuk ruang istana Rustum dan menginjak permadani yang digelar diatas lantainya.  Maka para pengawal Rustum berdiri untuk menangkapnya.  Namun Rub’ai berkata dengan tenang : “Saya bukan diutus untuk menemui kalian, akan tetapi kalianlah yang mengirim utusan untuk mendatangkan saya.  Jika kalian tak menginginkan kehadiran saya, maka saya akan kembali”.  Kemudian Rustum menegur para pengawalnya : “Biarkan dia, kitalah yang memerlukannya”.  Lantas Rub’ai mengikatkan kudanya ke salah satu kaki kursi kebesaran yang ada.
Sementara Rustum berada di atas singgasana emas, sedangkan orang-orang Persia duduk, Rub’ai naik dan kemudian duduk di atas kursi kebesaran yang ada.  Bajunya berlubang --wallahu a’lam--, tanah dan debu mengotori singgasana emas.  Lalu Rustum bertanya kepada Rub’ai : “Apa yang kalian bawa?”  Maka Rub’ai menjawab dengan kata-kata masyhur : “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa yang Dia kehendaki dari penghambaan kepada sesama hamba menuju penghambaan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia menuju keluasan dunia dan akhirat, dari penindasan agama-agama yang ada menuju keadilan Islam”.  Ya Salam!?
Adalah seorang Syeikh di Suriah, namanya Marwan Hadid --semoga Allah merahmatinya--, meyakini akan wajibnya berjihad menentang orang-orang Nushairi[13], dimana tokoh terpentingnya adalah Hafiz Asad.  Maka dikirimlah aparat keamanan untuk menangkap laki-laki ini.  Setelah mereka tiba di sebuah apartemen bertingkat  dimana  Syeikh Marwan Hadid tinggal pada salah satu flatnya,  mereka memerintahkan seluruh penghuni apartemen untuk turun dan keluar karena di dalam apartemen ada mata-mata!”  Maka Syeikh Marwan berkata : “Wahai penghuni gedung, kita ini orang-orang muslim.  Hai para tentara, polisi, dan petugas keamanan!  Saya memberi tempo kepada kalian seperempat jam untuk meninggalkan tempat ini atau saya akan mendahului menyerang kalian”.  Sesudah lewat seperempat jam, mereka tetap tidak beranjak dari tempatnya,  maka Syeikh Marwan melemparkan granat dan menembaki mereka dengan senjata yang ia miliki. Aparat keamanan tetap tak bergerak. Kemudian mereka mendatangkan helikopter, tetapi siapa yang berani masuk ke gedung itu. Maka  mereka menurunkan pasukan komando  di atas gedung bertingkat.  Mereka bermaksud menyerbu gedung bertingkat tadi dari atas. Dari pagi hingga sore, mereka belum bisa masuk apartemen. Singkatnya setelah terluka dalam insiden tersebut, Syeikh Marwan berhasil ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara.  Kemudian sesudah itu, Syeikh Marwan Hadid disidang di depan para petinggi sekte Nushairi dengan pengadilan militer.  Diantara mereka yang hadir terdapat Naji Jamil, Panglima  Angkatan Udara, seorang yang mengaku pengikut Sunni  dan Musthapa Thallas, Panglima Tentara.
Dengan keberanian yang menakjubkan --seperti yang diceritakan kepada kami--, Subhanallah!   Saya belum pernah melihat seseorang yang beraninya melebihi dia, di depan  pengadilan.  Syeikh memandang ke arah Naji Jamil dan Mustapa Thallas,  lalu berkata : “Hai engkau anjing Naji Jamil dan Musthapa Thallas, masih hidupkah kalian? Hai anjing, ketahuilah bahwa yang pertama kali saya pesankan kepada para pemuda adalah membunuh kalian lebih dahulu sebelum orang-orang Nushairi! Dan kalian hai para perwira!  Saya berpesan kepada para pemuda supaya membunuh kalian, lima ribu perwira saja”.
Mendengar kata-kata Syeikh Marwan, Naji Jamil gemetar saking marahnya : “Keluarkan dia,  dia itu orang gila.  Keluarkan!”, teriak Naji Jamil.
Kemudian sampai juga kabar kepada kami bahwa Hafiz Asad sendiri pernah menemui Marwan di dalam penjara.  Katanya : “Hai Marwan, kami ingin membuka lembaran baru, semoga Allah mema’afkan apa yang telah lalu.  Namun dengan syarat engkau tidak mengganggu kami”. 
“Bagaimana maksudnya”, tanya Marwan.
Hafiz menjawab : “Letakkan senjatamu”. 
Lalu Marwan berkata : “Baik saya setuju, tapi dengan satu syarat, yakni, engkau harus membantuku untuk mendirikan Daulah Islamiyah”. 
Mendengar jawabah Marwan, Hafiz membalikkan badan dan keluar.
Takut, takut kepada pedang yang dengannya Allah menegakkan tauhid. 
Di Afghanistan, tepatnya di daerah Wakhon, --daerah ini kalau dilihat dalam peta Afghan bentuknya seperti ujung jari.  Daerah ini memisahkan wilayah Afghan dengan wilayah China. Daerah ini adalah daerah yang  paling berbahaya, maka  Rusia menempatkan beberapa pos militer yang dilengkapi dengan senjata anti pesawat terbang  dan lain-lainnya.  Di siti ada seorang pemuda bernama Najamuddin,  yang mempunyai pengikut sekitar seratus orang mujahid.  Pemuda ini sering menyusahkan tentara Rusia.
 Dalam suatu serangan pemuda itu berhasil menawan lima orang perwira tinggi Rusia. Maka Rusia mengirim utusan kepadanya meminta supaya jangan membunuh kelima perwira yang ditawan itu dan sebagai imbalan, mereka akan memberikan apa saja yang dikehendakinya. Akan tetapi dengan tegas Najamuddin menjawab : “Demi Allah, saya bukan pedagang. Saya tak mengerti jual beli”. 
Mereka mengancam : “Jika kamu membunuh mereka, maka kami akan membakar apa saja. Baik yang hijau maupun yang kering.  Dan kami juga akan membakarmu”.  Ketika pesan itu sampai kepadanya, dia tengah memerintahkan untuk membunuh kelima perwira Rusia tersebut.  Dia berkata: “Saya menantang kalian hai Rusia!!”
‘Izzatul Islam!!. Pemuda itu tidak akan dapat mencapai tingkatan ini jika bukan karena jihad. Dengan seratus orang mujahid dia menentang Rusia.
Lagi, seorang pemuda buta huruf dari Paghman, namanya Abdul Wahid –rahimahullah-- yang akhirnya mati syahid. Paghman terletak di sepanjang pinggiran kota Kabul. Jika Rusia masuk Afghanistan memburu para Mujahiddin, sementara itu pemuda Abdul Wahid datang di Paghman, untuk memburu Rusia.
Demi Allah, ketika aku duduk bersamanya, maka saya menyadari keadaan diri saya…. Dia sangat tawadhu’ sekali. Kebanggaan Arab? Naudzu billah, dia lebih baik daripada  kita dan berada di atas kepala kita.  Memang dia seorang yang buta huruf, tak banyak memiliki sesuatu, namun dia memegang pedang!!!
Akhirnya, Abdul Wahid gugur sebagai syuhada. Dari kantong bajunya ditemukan sebuah surat yang terkena beberapa tetes darahnya. Surat tersebut berada di kantong bajuku, dan selama dua bulan mengeluarkan bau harum minyak wangi.
Satu-satunya jalan yang dapat dipercaya dan dapat menjamin tegaknya Daulah Islamiyah atau qa’idah shalabah, yang menjadi titik tolak kaum muslimin di seluruh dunia adalah jihad fie sabilillah. Oleh karena itu Rasulullah mengatakan : “Aku diutus menjelang Hari Kiamat dengan membawa pedang, sehingga Allah disembah sendirian saja, tiada sekutu bagi-Nya”.
Tauhid melalui jalan pedang akan cepat menyebar,  sedangkan aqidah, fiqh, dan lain-lainnya, semuanya itu dapat diketahui lewat jalan jihad. Maka ketika Rasulullah SAW dan para sahabat tahu bahwa tentara Romawi berada di perbatasan Jazirah, sejauh 1000 km dari Madinah, sedang mengadakan persiapan untuk menyerang Madinah, beliau menyerang mereka sebelum diserang.
Tugas pedang adalah membuat manusia tunduk kepada agama Allah, menghilangkan berbagai rintangan yang menghalangi jalannya dakwah Islam, dan meruntuhkan segala tatanan kafir yang menghalangi antara manusia dengan agama Allah.
 
[1] Silsilah al Hadits Ash Sahih no. 958
[2] HR Abu Dawud dan Al Hakim. Al Hakim berkata : Hadits ini shahih isnadnya
[3] HR Ahmad dan Abu Ya’la.  Lihat kitab Al Jihad oleh Ibni al Mubarak
[4] Shahih al Jami’ Ash Shaghir 4174
[5] HR An Nasaa’i dan At Tirmidzi, dan dia menghasankan hadits tersebut
[6] Shahih al Jami Ash Shaghir 2831
[7] HR Abu Dawud dan At Tirmidzy .  Hadits ini hasan shahih
[8] Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya
[9] ZPU adalah senjata anti pesawat tempur
RPG adalah senjata anti tank
BM 12 adalah senjata artileri
[10] Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 2831
[11] Shahih Al Jami’ Ash Shagir
[12] Salah seorang tokoh pimpinan Mujahiddin Afghan
[13] Nushairiyah adalah salah satu sekte syi’ah yang berkembang di kawasan Suriah

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply