Select Menu
Select Menu

Favorit

Buku Referensi

Buku

Pergerakan Islam

Tokoh

Rumah Adat

Syamina

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » » Bentuk Pemerintahan Mustapa Kamal di Turki


Unknown 19.30 0


Para peneliti sejarah yang mengamati riwayat hidup Mustapa Kamal hampir memastikan bahwa hanya lelaki ini sajalah yang memerintah Turki dengan kekuasaan mutlak, tak seorang pun berani menggugatnya. Bentuk pemerintahan diktator yang tegak di atas kehancuran, darah dan tulang belulang lawannya.

Pernah suatu ketika, Mustapa Kamal mengatakan kepada wanita simpanannya, Khalidah Adib, ucapan seperti berikut :
“Sesungguhnya satu-satunya sistem yang paling berhasil untuk mengendalikan tatanan pemerintahan ialah pemerintahan yang berada dalam kekuasaan penguasa tunggal yang mempunyai wewenang mutlak. Kelak, akan aku jadikan setiap orang melaksanakan keinginanku dan tunduk pada perintahku. Dan aku tidak mau menerima kritik atau nasehat apapun dari seseorang. Dan aku akan berjalan menurut caraku sendiri. Kelak, kalian semua akan melaksanakan apa yang kuinginkan tanpa membantah.” (1)
Ketika pasukan Yunani mengancam kekuasaan Turki di Ankara, Mustapa Kamal minta majelis perwakilan rakyat untuk mengangkatnya sebagai panglima dan membekalinya dengan semua fasilitas sebagai penguasa mutlak. (2)


Ketika Mustapa Kamal mengemukakan usulan untuk memisahkan kekuasaan politik dari khilafah, maka para anggota parlemen menentang keras usulan tersebut. Meskipun mendapat tantangan keras, dia tetap bersikeras untuk mewujudkan rencananya. Dia berkata kepada para anggota parlemen : “Sesungguhnya kekuasaan Sulthan harus dipisahkan dari khilafah dan untuk selanjutnya dihapuskan. Sama saja kalian setuju atau tidak. Sebab hal ini pasti akan terjadi.” Di akhir persidangan parlemen, Mustapa Kamal mengumumkan : “Persatuan Kebangsaan Turki telah memutuskan dengan suara bulat penghapusan kekuasaan Sulthan.” Anggota parlemen berteriak : “Itu bohong!!!” Akan tetapi suara tersebut tidak digubris oleh Mustapa Kamal. (3)

Hak kekebalan parlemen dihapuskan dan dia memerintahkan supaya surat-surat kabar disensor beritanya. Kemudian dia membubarkan parlemen ketika mereka semakin keras menentang kebijaksanaannya. Selanjutnya dia mengadakan pemilihan anggota parlemen yang baru. Namun parlemen baru ternyata lebih sengit menentangnya.

Dalam situasi yang kritis tersebut, Mustapa Kamal  diselamatkan oleh Inggris dengan mengadakan Perjanjian Luzon. Perundingan itu sendiri berlangsung selama tiga bulan, dari bulan Nopember 1922 sambai bulan Februari 1923.

Syarat-syarat dalam Perjanjian Luzon sangatlan keras. Sebab bangsa Turki harus membayarnya dengan harta simpanan mereka yang paling berharta, yakni Islam dan Khilafah. Akan tetapi hasil perjanjian yang diumumkan kepada rakyat Turki cuma penarikan mundur tentara pendudukan Inggris dari ibukota Turki, Istambul.

Setelah dia beserta komplotannya berhasil menghapus kekuasaan Sulthan, maka diapun segera memproklamirkan negara Republik. Mustapa Kamal sendiri memandang perlunya mengikis pengaruh agama dalam pemerintahan Turki. Untuk itu dia menghapus kekhilafahan dan menyetujui suatu undang-undang baru yang akan menghukum setiap bentuk penentangan terhadap pemerintah republik. Setiap kecenderungan (sikap pro dan mendukung Sultan yang telah dicopot), dianggap sebagai suatu pengkhianatan yang harus ditebus dengan nyawa.

Pada tanggal 3 Maret 1924, keluar undang-undang yang memutuskan penghapusan khilafah, pengusiran Khalifah, pemisahan agama dari pemerintahan, penghapusan mahkamah-mahkamah syar’i beserta undang-undangnya dan menggantikannya dengan mahkamah-mahkamah baru plus undang-undang modern, dan memutuskan penghapusan sekolah-sekolah agama dan kemudian menggantikannya dengan sekolah-sekolah negeri yang sekuler. Pada hari berikutnya, Mustapa Kamal mengeluarkan perintah untuk mengusir Khalifah beserta keluarganya dan diasingkan ke luar negeri. (4)

Setelah kekhilafahan dihapus, kemiskinan menjadi bencana yang menyebar rata ke seluruh pelosok negeri, harga-harga melambung, bahan pangan semakin menipis, barang dagangan menghilang dari pasarr, ternak mati karena kekurangan rumput, kemarau merusak sebagian hasil pertanian. Maka jadilah kehidupan itu sebagai beban derita yang tak terpikulkan, setelah kemiskinan telah mencapai suatu batas dimana tak pernah terjadi hal yang serupa sebelumnya. (5)

Kenyataan tersebut membuat sebagian besar anggota parlemen yang beroposisi memberanikan tekad untuk membuat partai baru yang bernama Partai Progresif Republik dengan pimpinan Ra’uf, seorang walikota Istambul. Ketika salah seorang anggota parlemen, bernama Kolonel Khalil menyerang kebijaksanaan Ismat Inonu (selaku Perdana Menteri pemerintahan Mustapa Kamal), maka seketika itu juga dia ditembak mati di majelis persidangan.

Juga dalam masa-masa tersebut, Ali Syukri menyerang arah kebijakan politik Mustapa Kamal. Namun kemudian, Utsman Agha yang menjadi kepala pengawal Ataturk, mencekiknya sampai mati, lantas jasadnya dibuang di tanah lapang. Pembunuhan tersebut akhirnya terbongkar dan menyebabkan terjadinya penentangan terhadap pemerintahan Mustapa Kamal. Untuk meredakan krisis tersebut, Mustapa Kamal memecat Ismat Inonu dari jabatannya sebagai Perdana Menteri dan mengangkat Fathi Uktiyar sebagai gantinya. Namun usaha tersebut tidak membawa hasil, malah penentangan terhadapnya kian lama kian memuncak.

Inggris tidak tinggal diam, mereka bergerak untuk menyelamatkan pemerintahan bonekanya, Ataturk. Mereka mengatur sandiwara dengan pura-pura menuntut daerah Maushil kepada Turki, bahkan memakai ultimatum segala. Sementara itu, dalam waktu yang hampir bersamaan, etnis Kurdi melancarkan pemberontakan. Maka berteriaklah Mustapa Kamal kepada rakyatnya bahwa Turki ada dalam bahaya. Seruan tersebut berhasil membangkitkan kembali semangat rakyat Turki untuk menentang penjajah Inggris dan etnis Kurdi. Maka dengan demikian kemelut politik yang timbul dalam pemerintahan Ataturk bisa padam.

Dalam pertempuran tersebut, tentara Mustapa Kamal berhasil menawan 46 pemimpin Kurdi, di antara mereka terdapat Syaikh Sa’id. Mereka semua digantung mati oleh rezim Ataturk.
Selesai perang, Mustapa Kamal memanfaatkan peluang yang diraihnya untuk menyingkirkan lawan-lawannya. Dia menuduh Partai Progresif Republik telah bekerja sama dengan Inggris. Selanjutnya dia membuat Mahkamah Revolusi dan memerintahkan pengikut setianya untuk menghukum mati lawan-lawan politiknya, khususnya empat perwira militer yang bergelar Basya. Kemudian mahkamah tersebut mengeluarkan keputusan hukuman gantung bagi mereka yang menjadi duri dalam pemerintahan Mustapa Kamal.

Demikian pula para pengikut Anwar yang merupakan anggota lama dari kelompok Al-Ittihad wa At-Taraqi, mereka mengalami nasib yang sama. Mahkamah Revolusi memvonis hukuman gantung terhadap mereka.
Semuanya diseret ke tiang gantungan kecuali empat perwira yang bergelar Basya. Mereka dibebaskan dari hukuman dan diampuni setelah nama baik mereka dicemarkan. Demikianlah akhirnya Mustapa Kamal berhasil menjadi penguasa tunggal yang berlaku segala perintahnya di seluruh penjuru negeri.

Setelah berhasil melepaskan diri dari ancaman musuh-musuhnya, maka segera ia kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan Islam. Dia mewajibkan rakyat Turki memakai topi, padahal masa itu topi merupakan simbol kekafiran dalam pandangan bangsa Turki muslim. Maka sudah tentu mereka menentangnya.

Akhirnya Mustapa Kamal memerintahkan tentaranya supaya membuat tiang gantungan di seluruh lapangan yang terdapat di kota-kota negeri itu. Bagi mereka yang menolak memakai topi, akan digantung di lapangan tersebut. Kalau kita lihat tiang-tiang gantungan itu seolah-olah seperti ayunan anak kecil yang mereka pakai bermain pada saat hari raya.

Ada salah seorang saksi mata yang bercerita : “Waktu itu saya lewat di sebuah lapangan. Dan saya lihat beberapa tubuh yang telah kaku tergantung di atas tali gantungan. Ada satu pemandangan yang tak mampu kulupakan. Yakni ketika aku melihat jenggot-jenggot putih yang menempel di dagu mayat-mayat tersebut tergerai oleh tiupan angin.” (6)

Kemudian Mustapa Kamal mendatangkan (mengimpor) undang-undang positif buatan Eropa. Lalu dia mengundang pakar-pakar hukum asing untuk memodifikasi undang-undang baru itu bagi negara Turki. Mereka diminta untuk menyusun undang-undang pidana, undang-undang perdata dan undang-undang ekonomi dengan menyadur undang-undang Italia, Swiss dan Jerman secara urut. (7)

Ataturk menegakkan tinggi-tinggi bendera nasionalisme Turki dan mengembalikan aqidah paganisme bangsa Turki kuno, seperti : penyembahan terhadap serigala putih (Bozcorat), yang mereka lukis pada perangko-perangko surat. Mereka juga menciptakan nyanyian-nyanyian. Di sekolah-sekolah Jenghis Khan dianggap seperti Tuhan.

Kekasih gelapnya, Khalidah Adib, wanita Yahudi, menulis sebuah buku yang diberi judul ‘Thorana Baru’, Moire Cohen, orang Yahudi, menulis buku berjudul Kamalisme dan Ar-Ruh At-Turkiyah. Dalam  buku tersebut, dia mengatakan : “Sesungguhnya Tuhan Kamaliyah yang mereka sembah sejak semula adalah Qaumiyah/kebangsaan.” Demikian pula halnya penyair lokal, Thayacook Albe, dia pernah mengatakan ucapan demikian : “Saya mengaku berasal dari tiga; Umat Turki, umat Islam dan peradaban Eropa.”

Kemudian Ataturk menghapus huruf Arab yang dipakai sebagai simbol tulisan orang-orang Turki, dan dipakai untuk menulis semua buku-buku peninggalan Islam seperti Fiqh, Hadits, Tafsir dan Tarikh. Dan memaksa mereka menulis dengan huruf latin. Dengan cara tersebut Ataturk bermaksud memisahkan bangsa Turki secara totalitas dari agama mereka dan warisan mereka. Dan akhirnya dia menghukum mereka yang tidak menguasai huruf latin dengan baik. Hukuman tersebut berupa pengharaman kerja, pemutihan kewarganegaraan, pengusiran dari tanah air dan penjara. (8)

13. Dia melarang poligami dan memutuskan persamaan antara pria dan wanita dalam semua hak dan kewajibannya, membangun sekolah-sekolah kejuruan bagi pemuda dan pemudi, membangun sekolah yang mengajarkan tarian timur dan tarian barat; melarang hijab; mengeluarkan wanita dari rumah dan memasukkannya di instansi-instansi pemerintahan untuk memegang jabatan tertentu; membangun teater-teater dan mendorong rakyatnya untuk mengadakan pesta-pesta dansa.

14. Merubah dua masjid Agung yakni Aya Sofiya dan Masjid Al-Fatih menjadi gedung museum.

15. Membangun ladang percontohan dimana di situ dipelihara sapi dan babi. Adapun maksudnya adalah menantang semua nilai-nilai Islam yang luhur.

16. Memasang patung-patungnya di setiap tempat.

17. Dia memaksa kaum muslimin menyerukan adzan dengan bahasa Turki dan memaksa mereka membaca Al-Qur’anul karim dengan bahasa Turki bukan dengan bahasa Arab. Pernah suatu ketika dia mendengar Adzan Shubuh dari masjid yang berdekatan dengan istananya, maka dia memerintahkan supaya tempat adzan tersebut dirobohkan.

18. Memasukkan kalender/almanak Gregori barat untuk menggantikan kalender Hijriyah.

19. Menghapus hari raya Idul Fithri dan Idul Adha.

20. Menetapkan hari Minggu sebagai hari libur mingguan sebagai ganti hari Jum’at.

21. Melarang kaum muslimin Turki mengerjakan ibadah haji dan melarang kaum wanitanya memakai hijab. (9)

Pendek kata, Mustapa Kamal memerintah Turki secara mutlak dan otoriter, seolah-olah tak ada seorang pun di Turki yang mampu memerintah sepertinya. Dia pernah mengatakan :
“Saya adalah Turki dan Turki adalah saya. Saya adalah paru-parunya untuk bernafas. Setiap usaha untuk menghancurkanku adalah usaha untuk menghancurkan Turki.” (10)

Demikianlah Mustapa Kamal melanjutkan usahanya untuk menghancurkan Turki dan menghapus agama ini (Islam) dari permukaan bumi. Dia hendak menghapus agama yang telah meninggikan bangsa Turki, sehingga Turki dapat menguasai dunia selama lima abad berturut-turut. Dan dia melanjutkan program penghancurannya terhadap semua pilar yang menopang Daulah Islamiyah yang menjulang tinggi itu. Sampai akhirnya Turki berubah menjadi bangsa yang lemah dalam segala aspek kehidupan.

1. Amstrong, hal. 157.
2. Amstrong, hal. 164
3. Amstrong, hal. 194
4. Amstrong, hal. 210
5. Amstrong, hal. 212
6. Ar-Rajulu Ash-Shanamu, hal. 320
7. Amstrong, hal. 226.
8. Amstrong, hal. 234.
9. Amstrong, hal. 227
10. Dialog di Ankara, Kisyk, hal 58.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply