Pengorbanan
Unknown
01.00
0
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Rasulullah Muhammad bin Abdullah, dan atas keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya:
“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi : 103-104)
Kita mohon kepada Allah 'Azza wa Jalla supaya kita tidak menjadi sebagaimana mereka yang telah sia-sia perbuatannya namun mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat kebaikan.
Banyak pemuda yang tinggi semangatnya mengobarkan isu perselisihan yang terjadi dalam jihad Afghan dan mereka menuntut adanya persatuan dalam jihad mereka. Dia datang dari negara Arab, dan lupa apa yang tengah berlaku di negerinya, di dunia Islam bahkan di lapangan dakwah Islam, bahkan di lapangan amal Islami. Dia menuntut ratusan kabilah di Afghanistan, dan setengah juta personilnya yang mengangkat senjata, bersatu di bawah satu komandan!!! Padahal seluruh kekuatan di dunia berusaha memecah belahnya, dan berusaha menjatuhkan benderanya serta bekerja keras untuk menghentikan air bah ini, karena jika air bah tersebut sampai kepada mereka, akan menenggelamkan dan mengikis rintangan apapun. Mereka lupa akan kondisi wilayah mereka, tanah-tanah Arab yang Islam. Dalam sebidang tanah di bumi, kadang tidak didapati seratus orang da’i, namun engkau akan dapati lebih dari dua puluh organisasi Islam dan setiap orang mengikuti imam mereka sendiri-sendiri. Setiap lima orang berkumpul mengitari seorang kyai, dan kemudian kyai tersebut menjadi panutan, pemimpin dakwah, dan imam mereka. Mereka dari jama’ah Fulan dan jama’ah Fulan partai Fulan dan partai Fulan. Mereka lupa semua itu dan menuntut kalimat yang satu di sini (Afghanistan). Mereka menghendaki bangsa ini bersatu, dan melupakan tabi’at mereka yang berbeda, adat mereka yang berbeda, kabilah mereka berlainan dan tradisi mereka juga berlainan. Mereka menghendaki orang-orang Afghan berkumpul, dan dimana itu? Di bumi mahjar dimana nasab telah dikoyak-koyak, persatuan telah hilang dan manusia mencari sesuap nasi untuk sekedar menutup tuntutan perut mereka ?!?
Sesungguhnya keadaan kalian sebagaimana kata-kata Hudzaifah bin Al Yaman ra ketika beliau ditanya : “Siapakah yang dimaksud dalam firman Allah berikut ini?
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al Maidah : 44)
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim”. (QS. Al Maidah : 45)
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al Maidah : 47)
Beliau menjawab : “Ayat ini diturunkan untuk kita”.
Mereka menyangkal : “Ayat, itu diturunkan kepada ahli kitab, sebab ayat-ayat tersebut berbicara tentang ahli kitab”.
Beliau berkata : “Semua yang enak buatmu dan bagi mereka setiap yang pahit ?!? Bagimu yang enak-enak, jika kalian tidak berhukum dengan Kitabullah, kalian tidak kafir. Adapun orang Yahudi dan Nasrani, mereka kafir karena tidak berhukum dengan Kitabullah! Dan bagi kita (orang-orang Arab) semua yang enak/manis dan untuk orang-orang Afghan setiap yang pahit.
Mereka melihat sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih :
“Seorang diantara kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya, sedangkan batang pohoh di depan matanya tak kelihatan baginya”.[i]
Batang pohoh di matanya (aib yang memanjang dari barat sampai ke timur yang dapat mengotori lautan) tidak dia bicarakan, sementara kesalahan-kesalahan kecil manusia dia cari dengan seksama.
[i] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 8013
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai diennya dan Muhammad sebagai Nabinya dan Rasulnya. Ketahuilah, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam Surat Al Baqarah :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Jannah, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. Al Baqarah : 214)
Harga dakwah itu amat mahal menurut firman Allah Yang Maha Benar dan Maha Agung serta menurut lesan Rasulullah SAW. Harga mengemban prinsip dan memindahkannya dari alam fikiran atau alam teori ke alam tatbiq (praktek) dan alam kenyataan, memerlukan banyak pengorbanan sehingga menjadi bebar-benar nyata hidup di alam dunia.
Harga Dakwah.
Dakwah tidak akan mencapai kemenangan dan keberhasilan jika tidak diiringi pengorbanan. Baik itu dakwah ardliyah (dari manusia) atau dakwah samawiyah (dari Allah). Darah, tubuh, tulang belulang, nyawa, syuhada’ itu semua adalah api yang menyalakan peperangan, perang ideologi maupun perang pemikiran. Ayat di atas memperingatkan kita akan persoalan penting di kancah peperangan ini, yakni bahwa tidak ada Jannah bagi orang yang tidak mau berkorban dan menyumbangkan sesuatu.
Apakah kalian mengira? Apakah kalian menyangka bahwa kalian akan masuk Jannah padahal kalian belum merasakan seperti apa yang pernah dirasakan orang-orang sebelum kalian. Kemudian Allah Rabbul 'Izzati mengisyaratkan persoalan penting bahwa kamu sekalian tidaklah semulia hamba yang paling dicintai-Nya, kalian tidak lebih baik dari hamba-hamba pilihan-Nya.
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia”. (QS. Al Hajj : 75)
Tak ada satupun manusia di bumi ini yang lebih utama daripada Muhammad SAW, kendati demikian sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla : “Mereka ditimpa al ba’saa’ artinya al harbu (peperangan), adh dharaa’u artinya asy syiddaa’u wal faqru (kesempitan dan kemiskinan), dan lain-lain yang serupa….wa zulziluu ( dan mereka digoncangkan). Coba perhatikan diri manusia ketika mereka dalam keadaan tergoncang. Gemetar seluruh tubuhnya seakan-akan ia dilanda gempa bumi sehingga tidak mampu menguasai diri untuk tidak jatuh. Mereka digoncangkan dan goncangan itu membuat makhluk yang paling sabar di muka bumi, yakni Rasulullah SAW, berdo’a dengan penuh ketundukan kepada Allah 'Azza wa Jalla: “Mataa nashrullahi? (Bilakah datangnya pertolongan Allah?)
Orang yang paling sabar, tawadhu’, khusyu’, Aminullah (kepercayaan Allah) di muka bumi, yang selalu bertemu Aminus Sama’ (Jibril as) pagi dan petang, yang senantiasa dimantapkan oleh Al Qur'an sepanjang siang dan malam, masih dapat tergoncang sehingga menyeru kepada Allah dengan sepenuh hati dalam permohonannya, serta mengasingkan dirinya untuk bermunajat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Beliau berdo’a : “Bilakah pertolongan Allah itu tiba”.
“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami”. (QS. Yusuf : 110)
Masalah tersebut menjadikan para rasul hampir putus harapannya. Mereka tidak mempunyai harapan namun belum sampai pada putus asa, karena :
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS Yusuf : 87)
Mereka meyakini bahwa mereka telah didustakan. Bumi telah tertutup rapat di hadapan mereka dan dunia terasa sunyi di wajah mereka, bumi tidak menjanjikan yang mau mengikuti dakwah mereka, maka mereka tidak berpengharapan lagi.
“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat”. (QS. Yusuf : 110-111)
Pengorbanan Rasulullah saw.
Al Qur'an itu bukan hiburan dan bukan untuk kesenangan diwaktu-waktu senggang, akan tetapi Al Qur'an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi para Da’i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, mengikuti jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat manusia.
“Aku adalah pemimpin anak cucu Adam, bukan menyombong”.
Meskipun demikian, keadaan beliau saat ini adalah seperti yang beliau sendiri ceritakan dalam hadits shahih :
“Sungguh aku pernah disakiti karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah disakiti seperti itu, aku pernah diteror karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah diteror seperti itu. Dan pernah pula berlalu pada diriku tiga puluh hari tiga puluh malam, sementara aku dan Bilal tak mempunyai sesuatu yang dapat dimakan kecuali sedikit makanan yang hanya dapat menutupi ketiak Bilal”. (Hadits Hasan Shahih riwayat At Tirmidzi dan Ahmad dan selainnya).[i]
Ketika datang pembesar Quraisy kepada Abu Thalib, memintanya agar mencegah keponakannya menyakiti perasaan mereka, maka Abu Thalib mengirim anaknya Uqail untuk menemui Rasulullah SAW dan mengingatkan bahwa kaum Quraisy mendesaknya agar menghentikan penghinaan terhadap mereka, maka beliau Rasulullah SAW menjawab dengan kata-kata sebagai berikut :
“Demi Allah, aku lebih baik tidak mampu meninggalkan sesuatu yang aku diutus untuknya daripada seseorang di antara mereka mencoba membakar matahari dengan nyala api”.
Dan dalam riwayat yang lain –walaupun di dalamnya ada sesuatu yang lemah:
“Demi Allah, wahai Paman. Sekiranya mereka dapat meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya” [ii]
Untuk menyampaikan dakwah bukan merupakan sesuatu yang mudah atau perjalanan yang menyenangkan.
“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu”. (QS. At Taubah : 42)
Sesungguhnya jalan dakwah adalah jalan yang panjang dan sukar, penuh onak dan duri, penuh pengorbanan. Bahkan mungkin sampai mati sedangkan engkau belum mencapai satu buahpun dari hasil pelerjaanmu.
‘Abdurrahman bin ‘Auf Mengangis
pernah dihidangkan makanan yang lezat di depan ‘Abdurrahman bin ‘Auf, lalu dia menangis dan kemudian berdiri. Dia berkata : “Sungguh sahabat-sahabat kami telah meninggal dunia, namun mereka belum pernah melihat yang seperti ini. Dan sungguh dahulu, Mush’ab bin ‘Umair lebih baik daripada kami, tetapi dia belum pernah melihat makanan yang seperti ini”.
Anas ra berkata : “Rasulullah SAW telah diwafatkan oleh Allah, sedangkan beliau belum pernah menikmati daging kambing bakar”[iii]
“Tak pernah sekalipun keluarga Muhammad makan roti dari Sya’ir (jenis gandum) sampai kenyang selama dua hari berturut-turut”.
“A’isyah berkata : “Demi Allah, kami belum pernah makan korma sampai kenyang kecuali sesudah penaklukan Khaibar”. (HR. Muslim)[iv]
Apakah kalian mengira bahwa prinsip dan keimanan itu hanya merupakan mainan atau senda gurau atau kesenangan yang disampaikan seorang manusia lewat khutbah yang dihiasi dan dirangkai dengan kata-kata yang indah, atau ditulis dalam sebuah buku lalu dicetak dan kemudian disimpan di perpustakaan???
Itu sama sekali bukan jalan para Ashabud Da’wah (penyampai da’wah)!!!
Sesungguhnya dakwah itu selalu akan memperhitungkan bahwa generasi pertama yang menyampaikan dakwah, mereka itu adalah tumbal bagi tegaknya yang diserukan.
Ucapan Sayyid Quthb :
“Sesungguhnya generasi pertama, mereka berlalu sebagai bahan bakar api dakwah ( tabligh) dan sebagai bekal untuk menyampaikan kalimat (dakwah) yang tidak akan hidup kecuali dengan qalbu dan cucuran darah.
Sesungguhnya kalimat (dakwah) kita akan tetap mati seperti boneka yang tak bergerak, sehingga kita mati karenanya, maka kalimat itu akan bergoncang bangkit dan hidup diantara mereka yang hidup. Setiap kalimat yang hidup, maka ia akan bersemayam di hati manusia yang hidup, sehingga hiduplah ia bersama-sama mereka yang hidup. Orang-orang yang hidup tidak akan ingin berdampingan dengan orang-orang yang mati, mereka hanya mau menerima orang-orang yang hidup. Adapun mayat itu akan tetap di kubur di bawah tanah, walaupun ia adalah mayat orang yang terhormat”.
Jalan Dakwah.
Wahai saudara-saudaraku!.
Jalan dakwah itu dikelilingi dengan “makarih” (hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh, diusir dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam perhitungannya.
Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah yang terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da’i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini.
Berapa banyak orang-orang komunis yang mengorbankan diri mereka untuk mengadakan revolusi merah?? Berapa lama Lenin dipenjara dan dibuang? Dan betapa kagumnya kita saat ini dengan demokrasi barat? Bagaimana perundang-undangan Barat tersebut dapat menundukkan seluruh manusia! Bagaimana perundang-undangan tersebut dapat menyeret penguasa ke depan pengadilan, serta dapat menang atau mengalahkan kasusnya?. Undang-undang dan hakim tidak tunduk kepada (terbebas dari intervensi) siapapun. Cukup kiranya saya ambil sebuah contoh bagi anda, bekas presiden Amerika Serikat, Nixon. Ketika partai lawan hendak mengajukan tuntutan kepadanya dengan tuduhan bahwa Nixon telah memata-matai mereka selama berlangsungnya pemilihan, maka Nixon meminta maaf atas kesalahannya dan kemudian berlindung di balik panggung sejarah karena khawatir akan terjatuh di bawah kekuasaan undang-undang.
Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut ditegakkan dengan main-main? Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut datang dengan tiba-tiba? Mereka memperolehnya dengan pengorbanan darah serta tulang belulang para pemikir. Telah dibunuh tiga ratus ribu orang di tangan algojo dinas Intelijen, dan tiga puluh ribu diantaranya dibakar hidup-hidup. Mereka yang dibunuh itu ingin mengeluarkan orang-orang Barat dari cengkeraman gereja yang lalim dan membebaskan mereka dari belenggunya yang kuat dan kokoh.
Telah dibunuh Bruno, dipenjara Copernicus, serta disiksa Galileo, oleh karena mereka meneriakkan prinsip mereka dengan lantang. Tatkala Bruno diajukan di depan mahkamah gereja dan kemudian dijatuhi hukuman mati, hanya karena dia mengatakan bahwa bumi itu bulat, maka Bruno berkata : “Walau bagaimanapun bumi itu tetap bulat”. Walaupun terbukti bahwa bumi itu memang bulat, tetap saja dia dihukum mati.
Selama tiga abad berturut-turut para pemikir Barat berjuang, seperti Montesqueau, John Lock, JJ. Russou, John Liel dan lain-lain. Mereka telah banyak berkorban untuk mengeluarkan umat mereka dari doktrin pendeta yang bertentangan dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan. Pihak gereja menggiring manusia yang membangkang ke neraka penyiksaan dengan cambuk gereja yang kuat.
Dari sinilah, dan dari sebab ketidakmampuan mereka untuk mengadakan konfrontasi dengan pihak gereja, maka mereka berusaha membebaskan orang-orang barat. Untuk itu mereka menyeru orang-orang untuk mengingkari tuhan gereja dengan tujuan merobohkan gereja dan tiraninya yang bernama Paus.
Dua revolusi besar
Demokrasi yang dinikmati bangsa-bangsa barat sekarang ini bukan terjadi secara kebetulan saja, tetapi merupakah hasil dari orang-orang yang mau berkorban. Di jalan apa?? Mereka berkorban untuk menegakkan pemikiran mereka. Mereka tidak berambisi untuk mendapatkan Surga, dan juga tidak takut terhadap Neraka. Bahkan karena dahsyatnya derita yang mereka alami dari penguasa gereja, maka pada saat mereka menang dalam dua revolusi besar di negeri barat (bangsa barat telah sepakat bahwa dua revolusi besar itu adalah Revolusi Perancis tahun 1789 M. dan Revolusi Bolsyovia tahun 1917 M.) mereka mengumandangkan slogan : “Gantung raja terakhir dengan usus Paus terakhir”. Maksudnya adalah, sikatlah habis agama-agama dan raja-raja di bumi, karena mereka membahayakan manusia dan menghancurkan kemanusiaan. Belahlah perut Paus terakhir dan gantunglah raja terakhir dengan usus Paus. Ini adalah slogan dalam Revolusi Perancis. Adapun slogan dalam Revolusi Bolsyovia yang melarikan diri dari gereja dan kediktatoran kaisar adalah : “Tidak ada Tuhan dan hidup adalah materi”. Mereka tidk mengingkari wujud Allah, Darwin maupun Marxis (menurut apa yang telah saya telaah) tidak mengingkari wujud Allah, akan tetapi mereka mengingkarinya karena hendak menghancurkan gereja yang menyiksa manusia dengan ayunan cambuknya. Mereka lari dari penguasa gereja. Maka setalah itu timbullah atheisme di negara barat dan menyebar ke dunia.
Saya ingin mengatakan kepada kalian : “Tidak mungkin suatu prinsip itu bisa menang tanpa pengorbanan dan tanpa cucuran darah. Pernah orang-orang komunis di dunia Arab, yakni Yordania, dijatuhi hukuman mati oleh hakim pada tahun 1954. Hakim mengetuk palu dan memutuskan : “Mahkamah telah menjatuhi hukuman kepada saudara berupa kurungan penjara selama lima belas tahun”. Maka dia berkata lantang : “Hidup Rusia !!! Hidup Lenin !!!”
Maka apakah kalian mengira bahwa kalian dapat mempertahankan negara kalian yang lemah itu selama sepuluh tahun atau lima belas tahun? Para komunis itu adalah pengikut suatu prinsip yang tidak berharap kepada Allah, tidak mengenal Allah. Dunia mereka dan akhirat mereka adalah dunia mereka, jadi tidak ada akhirat buat mereka. Kendati demikian mereka berani berkorban demi keyakinan dan prinsip mereka.
Teladan Di Jalan Dakwah.
Dakwah Islamiyah telah menyumbangkan keteladanan yang tiada bandingannya. Telah banyak berkorban putra-putra Islam di atas jalan ini sepanjang sejarah. Darah mereka menjadi api obor bagi generasi-generasi yang datang sesudah mereka. Jika Hasan Al Banna telah dibunuh di jalan protokol terbesar di kota Qahirah, yakni di lapangan Ramses, dan kemudian dihabisi nyawanya di kamar bedah rumah sakit. Tidak ada yang menshalati jenazahnya selalin empat orang perempuannya saja. Namun darahnya telah menghidupkan generasi-generasi sesudahnya di bumi ini.
Jika Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Yusuf Thal’at, Handawi Dawir, Ibrahim Thayyib, Mahmud Lathif, Sayyid Quthb, Abdul Fattah Isma’il, Muhammad Yusuf Hawwasy, Shaleh Sirriyah dan Karim Al Anadluli serta yang lain dapat mereka bunuh, namun darah mereka tidak hilang sia-sia. Darah mereka laksana api yang menggelegarkan dada-dada generasi Islam yang berusaha untuk menegakkan Dien Allah.
Mengikuti jalan mereka sebelumnya Al Qassam, Sallamah dan Al ‘Izzu bin ‘Abdussalam serta yang lainnya. Mereka telah menerangi kita dengan nyala api untuk kita pegang dalam melangkah di atas jalan dakwah. Darah-darah mereka merupakan menara petunjuk bagi generasi-generasi yang mau mencari petunjuk.
Hamidah Quthb pernah bercerita kepadaku. Katanya : “Pada tanggal 28 Agustus 1966. Hamzah Basiyuni, Direktur Penjara Perang memanggilku. Lalu dia memperlihatkan surat keputusan hukuman mati bagi Sayyid Quthb, Hawwasy dan Abdul Fattah Isma’il, kepadaku. Lantas dia mengatakan : “Kita masih punya kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Ustadz (Sayyid Quthb), yakni dia harus minta maaf. Dia akan diringankan dari hukuman mati, dan sesudah enam bulan dia akan keluar dari penjara dalam keadaan sehat wal afiat. Kalau dia jadi dibunuh, maka demikian itu akan berarti suatu kerugian bagi seluruh dunia. Pergi dan bujuklah dia supaya mau minta maaf”.
Hamidah menyambung : “Lalu aku pergi menemuinya di penjara. Sampai di sana kukatakan kepadanya: “Sesungguhnya mereka mengatakan jika engkau mau minta maaf maka mereka akan meringankan hukuman matimu”. Maka dia menjawab : “Atas kesalahan apa aku harus minta maaf wahai Hamidah, apakah karena aku beramal di pihak Rabbul 'Izzati? Demi Allah, sekiranya aku bekerja untuk pihak lain selain Allah tentu aku akan minta maaf. Akan tetapi sekali-kali aku tidak akan minta maaf karena beramal di pihak Allah. Tenanglah wahai Hamidah, sekiranya umur belum waktunya habis maka hukuman mati itu tidak akan jadi dilaksanakan. Tidak berguna sama sekali maaf itu untuk mempercepat ajal atau mengakhirinya”.
Itulah jiwa yang dipoles iman!! Kekuatan macam apa ini!! Keteguhan hati macam apa ini!! Tali gantungan nampak di depan matanya, namun dia masih sempat menenangkan hati yang hidup atas qudratullah dan qadarNya.
Basyir Al Ibrahim mengatakan : “Pernah suatu ketika, aku berada di dekat raja Faruq (raja Mesir waktu itu). Aku mendengar mereka tengah berbisik-bisik tentang rencana pembunuhan Hasan Albana. Maka aku segera pergi menemui Hasan Albana dan kukatakan kepadanya :
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu”. (QS. Al Qashash : 20)
Maka dia menjawab : “Apakah engkau berfikir begitu (dia ulang tiga kali), ketahuilah :
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaq : 3)
Sesungguhnya kalau kematian sudah menjadi ketentuan Allah, maka kewaspadaan itu tidak akan dapat menyelamatkan”.
Teladan Dari Afghanistan.
Kita sekarang bersama bangsa Afghan yang telah memberi banyak contoh tentang kepahlawanan. Suatu kepahlawanan yang belum pernah terjadi dalam lembaran tarikh Islam selama lima abad terakhir ini. Sesungguhnya pengorbanan yang telah diberikan bangsa Afghan, secara keseluruhan tidak dapat disamakan dengan jihad dan perang bangsa-bangsa Islam pada abad-abad terakhir ini.
Saya belum pernah melihat kesabaran yang melebihi kesabaran mereka. Saya tidak pernah melihat bangsa yang lebih perkasa daripada jiwa mereka. Dan saya tidak pernah melihat bangsa muslim mukmin seperti mereka, yang tidak mau menundukkan kepala mereka kecuali kepada Rabb bumi dan langit.
Mereka tidak mempunyai persediaan makanan untuk kehidupan sehari-hari. Ada orang Arab yang kaya meminang anak gadis mereka. Namun mereka menolak menikahkan anak gadis mereka, karena jangan sampai ada yang mengatakan bahwa mereka menikahkan anak gadisnya pada masa kesulitan dengan orang-orang kaya.
Mereka mengisahkan kepada saya tentang seorang perempuan tua dari Propinsi Kandahar, yang melapor ke Mujahiddin : “Sesungguhnya anak lelakiku berkomplot dengan pemerintahan komunis untuk menyerang kalian. Dia pergi ke Kandahar untuk menunjukkan tempat berlindung kalian dan kamp-kamp kalian. Karena itu susul dan tangkaplah dia!”
Kemudian mujahiddin mengejar anak perempuan tua tesebut dan berhasil menangkapnya. Setelah itu mereka bawa ke markas dan kemudian mereka kirimkan lelaki tersebut kepada ibunya. Mujahiddin berkata : “Ini anak lelakimu, lalu apa yang harus kami perbuat dengannya?” “Ikatlah kedua kaki dan lengannya dan beri aku pisau yang tajam”, jawabnya. Maka mereka memberinya sebuah pisau. Kemudian perempuan tua itu berkata kepada anak lelakinya : “Ingatkah kamu pada hari dimana engkau mencaci Rasulullah Saw di depanku? Maka saat ini saya akan membalas dendam bagi Rasulullah SAW terhadapmu wahai kafir!!”. Kemudian dia menyembelih anak lelakinya dengan tangannya sendiri.
Belum pernah kudengar, belum pernah kudengar dalam sejarah seorang perempuan tega membunuh anaknya demi menegakkan prinsipnya. Kita telah mendengar tentang para sahabat (Semoga Allah meridlai mereka semua) bahwa mereka membunuh ayah mereka sendiri. Akan tetapi kita belum pernah mendengar ada seorang perempuan yang membunuh anaknya dengan tangannya.
Di Maidan, Propinsi Wardak bulan lalu Rusia mengadakan serangan –biasanya Rusia meningkatkan serangannya dengan gencar pada hari I’edhul Adha— mereka membantai semua yang hidup, dan tidak menyisakan penduduknya kecuali tiga puluh wanita. Yang lainnya mereka bantai habis.
Di sebuah desa di Propinsi Lugar, kaum komunis Afghan menyembelih empat puluh tiga orang yang terdiri para lelaki jompo, ulama, kaum wanita dan anak-anak, kemudian jenazah tersebut mereka bakar pada hari I’edhul Adha atau beberapa hari sebelumnya. Dalam pembantaian itu ada anak laki-laki berusia dua belas tahun bersembunyi di bawah tempat tidur. Orang-orang Rusia masuk ke dalam rumah dan menggeledah isiya. Secara kebetulan mereka mendapati Mushaf Al Qur'an, lantas mushaf tersebut dibanting dengan keras sebagai penghinaan atasnya. Tiba-tiba anak yang bersembunyi tadi bergerak dari bawah tempat tidur dan keluar ke depan Rusia yang membanting mushaf tadi dan memegang erat mushaf tersebut diantara kedua tangannya. Lantas dia berkata : “Ini adalah kitab Rabb kami, kitab ini adalah kemuliaan dan syiar kami”.
“Buang kitab itu!” perintah Syetan tersebut.
Maka dia menjawab : “Meski engkau potong-potong tubuhku, demi Allah aku tidak akan melepaskannya dari tanganku”. Karena hormatnya anak tersebut kepada agama ini, maka si Rusia pun menghormati anak tersebut. Lantas dia sembelih semua yang ada dalam rumah dan membiarkan anak tersebut tetap hidup.
Kita membicarakan orang-orang Afghan, mengenai yang negatif-negatif serta yang jelek-jelek saja. Adapun kemuliaan-kemuliaan mereka dan kelebihan-kelebihannya kita kesampingkan begitu saja. Kita tidak berbicara kecuali tentang perselisihan yang terjadi di Peshawar, kita tidak berbicara keculai tentang perselisihan antara si Fulan dengan si Fulan. Si Fulan mengambil sekian, dan si Fulan berdusta dalam hal demikian. Masuklah kalian ke dalam medan pertempuran dan lihatlah apa yang sedang dilakukan Mujahiddin? Kemudian setelah itu putuskanlah, apakah kalian mampu memikul sebagian beban mereka? Apakah kalian mampu hidup sebulan saja sebagaimana kehidupan mereka? Sungguh kalian tidak akan mampu mengerjakan yang demikian itu!.
Betapa banyak rumah tangga yang tidak tersisa di dalamnya kecuali seorang anak kecil saja. Ibu-ibu dibunuh, bapak-bapak dibunuh, pemuda-pemudi disembelih dan yang lain hilang di bawah reruntuhan tanah akibat bombardir pesawat tempur musuh. Perkara-perkara ini tidak disebarkan beritanya di dunia Islam, akan tetapi justru perselisihan yang terjadi antara dua atau tiga orang yang hidup di Peshawar lah yang banyak disebarkan. Padahal mujahiddin meninggalkan lembaran-lembaran sejarah yang bersinar. Lembaran sejarah umat manusia dengan pengorbanan darah, nyawa dan tulang-belulang.
Saya nasehatkan kepada kalian, sekali lagi saya nasehatkan kepaka kalian! Jika kalian ingin turut andil saham dengan saham kita di dalam jihad disini, dimana jihad fardlu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi sekarang ini untuk berdiri bersama di samping bangsa Afghanistan, dan fardhu ‘ain atas setiap muslim di muka bumi ini untuk mengangkat senjata melawan penguasa-penguasa lalim di muka bumi, fardlu ‘ain bagi setiap muslim di bumi ini untuk berdiri di sisi orang-orang Afghan. Jika engkau tidak mengangkat senjata di Afghan, maka berperanglah di lain tempat. Tidak ada alasan bagi seseorang, seperti ucapan Abu Thalhah ra. : “Allah tidak mau mendengar udzur seseorang”.
Saya nasehatkan kepada kamu sekalian jika ingin berkhidmat untuk jihad Afghan, maka :
Pertama : Janganlah kalian membawa perpecahan kalian dan perselisihan kalian di dunia Arab ke bumi Afghan. Cukuplah mereka menghadapi musibah, problema-problema serta perselisihan diantara mereka sendiri. Tanah ini bukan tanah kita, dan kawasan ini bukan kawasan kita. Saya mengira bahwa hati kalian menyukai membantu jihad Afghan, maka hendaklah kita mengangkat tinggi syi’ar ini, dan hendaklah kita semua menyatukan pandangan di atas syiar tersebut yakni : “BERKHIDMAT KEPADA JIHAD”. Adapun perselisihan kecil diantara kita, yakni khilaf dalam cabang-cabang Fiqih (masalah furu’iyah), atau perselisihan dalam hal cara pengamalan, apakah diambil dari madzhab ini atau dari madzhab itu, maka perkara-perkara ini harus dikesampingkan di medan perang ini.
Apakah kita menggerakkan ujung jari kita (dalam duduk tahiyyat) atau tidak, mengangkat tangan sesudah takbir atau tidak. Mengeraskan bacaan amin atau tidak. Si Fulan berasal dari tanzhim pimpinan Islam yang baik atau tidak, si Fulan dari negeri Arab sebagai imam atau individu.
Buanglah ini jauh-jauh dan kesampingkanlah. Sudah cukup penderitaan dan problema yang ada di medan ini, jangan tambah dengan keruwetan-keruwetan yang lain. Dan hendaklah kita semua bertemu untuk saling tolong - menolong di atas perkata yang telah sama-sama kita sepakati. Kita sepakat bahwa kedatangan kita ke sini untuk membantu jihad, untuk saling tolong menolong dalam rangka berkhidmat kepada jihad. Maka dari itu hendaklah kita perlu saling memaklumi terhadap obyek perselisihan. Janganlah kalian saling berbisik-bisik, saling intip-mengintip, saling kerjap-mengerjap, janganlah kalian saling berbicara rahasia.
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita”. (QS. Al-Mujadalah : 10)
Semua orang yang sampai ke tempat ini, lebih dari sembilan persepuluhnya datang dengan niat dan motif yang baik. Datang untuk turut serta dalam jihad. Sementara sebagian mereka ada yang tidak dapat datang karena terputusnya jalan (tak punya biaya). Masalah dunia terbentang di hadapan mereka. Sedangkan, mereka di negerinya atau di negeri mahjar hidup serba kecukupan dan terhormat sebagai pegawai atau belajar di perguruan-perguruan. Mereka tinggalkan itu semua dan datang untuk berkhidmat kepada jihad. Inilah yang menjadi dasar penilaian saya dan saya tidak peduli dengan kekeliruan mereka sepanjang masih dapat ditoleransi.
Tiadalah Rasulullah SAW mengumpulkan manusia yang rela berkorban demi membela dien ini melainkan dengan mizan kebaikan dan kesalahan. Ketika diketahui bahwa Ibnu Abu Balta’ah mengirim surat (memberitahu) kepada kaum musyrikin Quraisy tentang rencana Nabi SAW menyerang mereka, maka ‘Umar bangkit dari tempat duduknya dan berkata lantang : “Izinkanlah saya ya Rasulullah, untuk memenggal leher orang ini. Sungguh dia telah nifak”.
Beliau saw bersabda:
“Tidakkah engkau tahu wahai ‘Umar bahwa dia ikut serta dalam peperangan Badar. Boleh jadi Allah telah melihat (hati) para ahli Badar, lalu Dia berfirman : “Berbuatlah sekehendak kalianmu, sesungguhnya Aku telah memberikan ampunan bagimu”.(HR. Al Bukhari)[v]
Sungguh Rasulullah SAW telah memilih amal terbaik dari sahabat ini sebagai dasar pertimbangan untuk meredam gejolak kemarahan dalam hati ‘Umar dan para sahabat yang lain.
Para sahabat telah menyebar kemana-mana, dan semua orang yang mengikuti tidak berselisih dengan pengikut yang lain. Semua membawa riwayat dari riwayat-riwayat Al Qur’an dan huruf-huruf dari huruf-hurufnya (dialek dalam Al Qur’an), kendati demikian semuanya ikut serta Perang Yamuk, dan dalam penaklukan negeri yang kita injak ini (Afghanistan). Semuanya, para pengikut Hudzaifah, penduduk Syam, pengikut Al Auza’i, penduduk Kufah dan penduduk Bashrah, semuanya dengan qiraat mereka yang berbeda-beda, dengan imam yang berbeda-beda, semuanya satu pasukan di bawah satu qiyadah dan bertemu dalam satu tujuan, yakni berperang untuk meninggikan kalimatullah. Untuk itu marilah kita tinggikan syi’ar. Sesungguhnya kita datang untuk berkhidmat kepada jihad.
Sementara kita ini, setelah tinggal di Peshawar seminggu atau dua minggu berubah menjadi seorang pengamat politik dan ahli kemasyarakatan, memutuskan hukum begini, mengeluarkan fatwa begitu, menjatuhkan si anu, memperingatkan orang dari perbuatan si anu, namun sampai sekarang belum satupun peluru yang dibidikkan di jalan Allah 'Azza wa Jalla. Dan dia tidak tahu bahwa orang yang dia lihat di depannya itu telah menapak di atas jalan yang penuh kepedihan, darah dan air mata selama belasan tahun.
Marilah kita bertemu di dalam syi’ar : “Kami ingin berkhidmat kepada jihad”, dan marilah kita bertemu di dalam syi’ar lain “Meninggalkan perselisihan”, tolong menolong dalam masalah ushul dan meninggalkan perselisihan dalam masalah furu’iyah. Kita semua datang untuk berkhidmat kepada dien ini dan keluar dari negerinya berhijrah kepada Allah 'Azza wa Jalla.
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah”. (QS. An Nisaa: 100)
Sehingga seindainya kamu tidak mati dalam peperangan, selama kamu keluar berhijrah di jalan Allah, dan kamu mati di Peshawar, maka pahalamu telah tetap di sisi Allah. Maka dari itu janganlah kamu hapus pahala yang engkau dapat dengan memakan daging manusia, karena daging manusia itu beracun menurut kata-kata Ibnu ‘Asakir. Untuk itu jangan sampai engkau bertemu Allah, sedangkan lesanmu meneteskan darah dari darah manusia yang engkau hisap. Jangan sampai engkau bertemu Allah, sementara daging saudara-saudaramu berada diantara kedua gigimu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam suatu riwayat, ada disebutkan dalam atsar, yakni ketika dua orang sahabat mengatakan (terhadap seorang yang lain) sesungguhnya hamba ini tukang tidur, lalu beliau bersabda : “Sungguh kalian berdua telah makan daging sahabat kalian. Dan sesungguhnya aku, demi Allah, melihat dagingnya berada di antara kedua gigi depan kalian”.
Kedua : Kita bertemu untuk berkhidmat kepada jihad. Dan masing-masing bekerja di bidangnya sendiri-sendiri. Masing-masing dimudahkan untuk beramal sesuai dengan apa yang telah ditentukan baginya. Sebagaimana kalian semua tidak membuat penilaian atas penguasa di negeri kalian (dan tidaklah penguasa di negeri kalian itu lebih baik dari para pemimpin jihad), maka yang demikian itu tidak selayaknya kita menilai pemimpin jihad tersebut dengan pengamatan dan wawasan politik yang ada.
Ketiga : Kita bermaksud memperhitungkan kebaikan kaum dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita bermaksud mengambil hal-hal positif yang membangkitkan harapan dalam hati. Dan betapa banyaknya hal-hal yang positif itu, dan betapa sedikitnya hal-hal yang negatif itu. Maka janganlah kalian sibuk menghitung-hitung aib kaum muslimin.
“Wahai segenap orang yang hanya beriman di bibir sedangkan iman belum merasuk ke dalam hatinya. Janganlah kamu sekalian meggunjing kaum muslimin dan jangan pula mencari-cari aurat mereka. Karena sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aurat saudaranya muslim, maka Allah akan mencari-cari auratnya dan barangsiapa yang Allah mencari-cari auratnya, maka Dia akan menelanjangi auratnya itu meski di dalam rumahnya sendiri”[vi]
Jangan sampai kalian berbuat sesuatu yang menjadikan Allah mempunyai alasan yang nyata untuk mencari-cari aurat kalian dan membuka aib kalian serta menelanjangi dan membuat malu kalian meskipun di dalam rumah kalian sendiri.
Tiga poin, yang kita bertemu, bersepakat dan tolong-menolong atasnya : Pertama, kita lupakan perpecahan dan perselisihan kita di dunia Arab, dan kita campakkan perpecahan dan perselisihan itu di bumi Afghan ini. Kedua, kita datang untuk saling tolong menolong dalam jihad dan saling memaafkan terhadap apa yang menjadi perselisihan kita. Ketiga, menyebarkan hal-hal positif dan yang baik serta berdiam diri dari aib dan hal-hal buruk. Dan jangan memalingkan manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar hendak menyesatkan orang lain dengan nafsu mereka.
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan suatu perkataan yang dimurkai Allah Ta’ala, sedang dia tak menyadari bahwa ucapannya itu akan membawa akibat sedemikian jauhnya, yakni Allah menetapkan kemurkaan-Nya sampai hari Kiamat” (HR. Al Bukhari)[vii]
Berapa banyak pemuda yang datang ke sini dengan penuh semangat untuk berjihad, kemudia kalian palingkan dia dari jalan Allah dengan ucapan kalian. Berapa banyak pemuda yang sampai di bumi Afghan, kemudian mereka kembali ke negerinya dengan rasa sesal lantaran banyaknya apa yang kalian tanamkan dalam hati mereka berupa keburukan-keburukan yang telah kalian hafal, kalian kumpulkan, dan tak sedikitpun darinya yang kau lupakan! Kamu sekalian menyangka dengan perbuatan itu telah berbuat kebaikan, memalingkan manusia dari jalan Allah dan menyesatkan mereka. Sibukkanlah diri kalian dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian.
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada suatu kaum, maka Dia ilhamkan kepada mereka untuk beramal !!”
“Dan tiada tersesat suatu kaum yang telah mendapatkan petunjuk sesudah mereka saling debat-mendebat”[viii]
[i] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 1552
[ii] Riwayat pertama dinyatakan hasan oeh Albani, dan merupakan penguat bagi riwayat kedua
[iii] HR Shahih Bukhari
[iv] HR Muslim
[v] HR Shahih Bukhari (cuplikan)
[vi] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 7984
[vii] HR Bukhari
[viii] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 5633
Kembali ke Daftar Isi
“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi : 103-104)
Kita mohon kepada Allah 'Azza wa Jalla supaya kita tidak menjadi sebagaimana mereka yang telah sia-sia perbuatannya namun mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat kebaikan.
Banyak pemuda yang tinggi semangatnya mengobarkan isu perselisihan yang terjadi dalam jihad Afghan dan mereka menuntut adanya persatuan dalam jihad mereka. Dia datang dari negara Arab, dan lupa apa yang tengah berlaku di negerinya, di dunia Islam bahkan di lapangan dakwah Islam, bahkan di lapangan amal Islami. Dia menuntut ratusan kabilah di Afghanistan, dan setengah juta personilnya yang mengangkat senjata, bersatu di bawah satu komandan!!! Padahal seluruh kekuatan di dunia berusaha memecah belahnya, dan berusaha menjatuhkan benderanya serta bekerja keras untuk menghentikan air bah ini, karena jika air bah tersebut sampai kepada mereka, akan menenggelamkan dan mengikis rintangan apapun. Mereka lupa akan kondisi wilayah mereka, tanah-tanah Arab yang Islam. Dalam sebidang tanah di bumi, kadang tidak didapati seratus orang da’i, namun engkau akan dapati lebih dari dua puluh organisasi Islam dan setiap orang mengikuti imam mereka sendiri-sendiri. Setiap lima orang berkumpul mengitari seorang kyai, dan kemudian kyai tersebut menjadi panutan, pemimpin dakwah, dan imam mereka. Mereka dari jama’ah Fulan dan jama’ah Fulan partai Fulan dan partai Fulan. Mereka lupa semua itu dan menuntut kalimat yang satu di sini (Afghanistan). Mereka menghendaki bangsa ini bersatu, dan melupakan tabi’at mereka yang berbeda, adat mereka yang berbeda, kabilah mereka berlainan dan tradisi mereka juga berlainan. Mereka menghendaki orang-orang Afghan berkumpul, dan dimana itu? Di bumi mahjar dimana nasab telah dikoyak-koyak, persatuan telah hilang dan manusia mencari sesuap nasi untuk sekedar menutup tuntutan perut mereka ?!?
Sesungguhnya keadaan kalian sebagaimana kata-kata Hudzaifah bin Al Yaman ra ketika beliau ditanya : “Siapakah yang dimaksud dalam firman Allah berikut ini?
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al Maidah : 44)
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim”. (QS. Al Maidah : 45)
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al Maidah : 47)
Beliau menjawab : “Ayat ini diturunkan untuk kita”.
Mereka menyangkal : “Ayat, itu diturunkan kepada ahli kitab, sebab ayat-ayat tersebut berbicara tentang ahli kitab”.
Beliau berkata : “Semua yang enak buatmu dan bagi mereka setiap yang pahit ?!? Bagimu yang enak-enak, jika kalian tidak berhukum dengan Kitabullah, kalian tidak kafir. Adapun orang Yahudi dan Nasrani, mereka kafir karena tidak berhukum dengan Kitabullah! Dan bagi kita (orang-orang Arab) semua yang enak/manis dan untuk orang-orang Afghan setiap yang pahit.
Mereka melihat sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih :
“Seorang diantara kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya, sedangkan batang pohoh di depan matanya tak kelihatan baginya”.[i]
Batang pohoh di matanya (aib yang memanjang dari barat sampai ke timur yang dapat mengotori lautan) tidak dia bicarakan, sementara kesalahan-kesalahan kecil manusia dia cari dengan seksama.
[i] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 8013
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai diennya dan Muhammad sebagai Nabinya dan Rasulnya. Ketahuilah, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam Surat Al Baqarah :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Jannah, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. Al Baqarah : 214)
Harga dakwah itu amat mahal menurut firman Allah Yang Maha Benar dan Maha Agung serta menurut lesan Rasulullah SAW. Harga mengemban prinsip dan memindahkannya dari alam fikiran atau alam teori ke alam tatbiq (praktek) dan alam kenyataan, memerlukan banyak pengorbanan sehingga menjadi bebar-benar nyata hidup di alam dunia.
Harga Dakwah.
Dakwah tidak akan mencapai kemenangan dan keberhasilan jika tidak diiringi pengorbanan. Baik itu dakwah ardliyah (dari manusia) atau dakwah samawiyah (dari Allah). Darah, tubuh, tulang belulang, nyawa, syuhada’ itu semua adalah api yang menyalakan peperangan, perang ideologi maupun perang pemikiran. Ayat di atas memperingatkan kita akan persoalan penting di kancah peperangan ini, yakni bahwa tidak ada Jannah bagi orang yang tidak mau berkorban dan menyumbangkan sesuatu.
Apakah kalian mengira? Apakah kalian menyangka bahwa kalian akan masuk Jannah padahal kalian belum merasakan seperti apa yang pernah dirasakan orang-orang sebelum kalian. Kemudian Allah Rabbul 'Izzati mengisyaratkan persoalan penting bahwa kamu sekalian tidaklah semulia hamba yang paling dicintai-Nya, kalian tidak lebih baik dari hamba-hamba pilihan-Nya.
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia”. (QS. Al Hajj : 75)
Tak ada satupun manusia di bumi ini yang lebih utama daripada Muhammad SAW, kendati demikian sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla : “Mereka ditimpa al ba’saa’ artinya al harbu (peperangan), adh dharaa’u artinya asy syiddaa’u wal faqru (kesempitan dan kemiskinan), dan lain-lain yang serupa….wa zulziluu ( dan mereka digoncangkan). Coba perhatikan diri manusia ketika mereka dalam keadaan tergoncang. Gemetar seluruh tubuhnya seakan-akan ia dilanda gempa bumi sehingga tidak mampu menguasai diri untuk tidak jatuh. Mereka digoncangkan dan goncangan itu membuat makhluk yang paling sabar di muka bumi, yakni Rasulullah SAW, berdo’a dengan penuh ketundukan kepada Allah 'Azza wa Jalla: “Mataa nashrullahi? (Bilakah datangnya pertolongan Allah?)
Orang yang paling sabar, tawadhu’, khusyu’, Aminullah (kepercayaan Allah) di muka bumi, yang selalu bertemu Aminus Sama’ (Jibril as) pagi dan petang, yang senantiasa dimantapkan oleh Al Qur'an sepanjang siang dan malam, masih dapat tergoncang sehingga menyeru kepada Allah dengan sepenuh hati dalam permohonannya, serta mengasingkan dirinya untuk bermunajat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Beliau berdo’a : “Bilakah pertolongan Allah itu tiba”.
“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami”. (QS. Yusuf : 110)
Masalah tersebut menjadikan para rasul hampir putus harapannya. Mereka tidak mempunyai harapan namun belum sampai pada putus asa, karena :
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS Yusuf : 87)
Mereka meyakini bahwa mereka telah didustakan. Bumi telah tertutup rapat di hadapan mereka dan dunia terasa sunyi di wajah mereka, bumi tidak menjanjikan yang mau mengikuti dakwah mereka, maka mereka tidak berpengharapan lagi.
“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat”. (QS. Yusuf : 110-111)
Pengorbanan Rasulullah saw.
Al Qur'an itu bukan hiburan dan bukan untuk kesenangan diwaktu-waktu senggang, akan tetapi Al Qur'an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi para Da’i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, mengikuti jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat manusia.
“Aku adalah pemimpin anak cucu Adam, bukan menyombong”.
Meskipun demikian, keadaan beliau saat ini adalah seperti yang beliau sendiri ceritakan dalam hadits shahih :
“Sungguh aku pernah disakiti karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah disakiti seperti itu, aku pernah diteror karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah diteror seperti itu. Dan pernah pula berlalu pada diriku tiga puluh hari tiga puluh malam, sementara aku dan Bilal tak mempunyai sesuatu yang dapat dimakan kecuali sedikit makanan yang hanya dapat menutupi ketiak Bilal”. (Hadits Hasan Shahih riwayat At Tirmidzi dan Ahmad dan selainnya).[i]
Ketika datang pembesar Quraisy kepada Abu Thalib, memintanya agar mencegah keponakannya menyakiti perasaan mereka, maka Abu Thalib mengirim anaknya Uqail untuk menemui Rasulullah SAW dan mengingatkan bahwa kaum Quraisy mendesaknya agar menghentikan penghinaan terhadap mereka, maka beliau Rasulullah SAW menjawab dengan kata-kata sebagai berikut :
“Demi Allah, aku lebih baik tidak mampu meninggalkan sesuatu yang aku diutus untuknya daripada seseorang di antara mereka mencoba membakar matahari dengan nyala api”.
Dan dalam riwayat yang lain –walaupun di dalamnya ada sesuatu yang lemah:
“Demi Allah, wahai Paman. Sekiranya mereka dapat meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya” [ii]
Untuk menyampaikan dakwah bukan merupakan sesuatu yang mudah atau perjalanan yang menyenangkan.
“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu”. (QS. At Taubah : 42)
Sesungguhnya jalan dakwah adalah jalan yang panjang dan sukar, penuh onak dan duri, penuh pengorbanan. Bahkan mungkin sampai mati sedangkan engkau belum mencapai satu buahpun dari hasil pelerjaanmu.
‘Abdurrahman bin ‘Auf Mengangis
pernah dihidangkan makanan yang lezat di depan ‘Abdurrahman bin ‘Auf, lalu dia menangis dan kemudian berdiri. Dia berkata : “Sungguh sahabat-sahabat kami telah meninggal dunia, namun mereka belum pernah melihat yang seperti ini. Dan sungguh dahulu, Mush’ab bin ‘Umair lebih baik daripada kami, tetapi dia belum pernah melihat makanan yang seperti ini”.
Anas ra berkata : “Rasulullah SAW telah diwafatkan oleh Allah, sedangkan beliau belum pernah menikmati daging kambing bakar”[iii]
“Tak pernah sekalipun keluarga Muhammad makan roti dari Sya’ir (jenis gandum) sampai kenyang selama dua hari berturut-turut”.
“A’isyah berkata : “Demi Allah, kami belum pernah makan korma sampai kenyang kecuali sesudah penaklukan Khaibar”. (HR. Muslim)[iv]
Apakah kalian mengira bahwa prinsip dan keimanan itu hanya merupakan mainan atau senda gurau atau kesenangan yang disampaikan seorang manusia lewat khutbah yang dihiasi dan dirangkai dengan kata-kata yang indah, atau ditulis dalam sebuah buku lalu dicetak dan kemudian disimpan di perpustakaan???
Itu sama sekali bukan jalan para Ashabud Da’wah (penyampai da’wah)!!!
Sesungguhnya dakwah itu selalu akan memperhitungkan bahwa generasi pertama yang menyampaikan dakwah, mereka itu adalah tumbal bagi tegaknya yang diserukan.
Ucapan Sayyid Quthb :
“Sesungguhnya generasi pertama, mereka berlalu sebagai bahan bakar api dakwah ( tabligh) dan sebagai bekal untuk menyampaikan kalimat (dakwah) yang tidak akan hidup kecuali dengan qalbu dan cucuran darah.
Sesungguhnya kalimat (dakwah) kita akan tetap mati seperti boneka yang tak bergerak, sehingga kita mati karenanya, maka kalimat itu akan bergoncang bangkit dan hidup diantara mereka yang hidup. Setiap kalimat yang hidup, maka ia akan bersemayam di hati manusia yang hidup, sehingga hiduplah ia bersama-sama mereka yang hidup. Orang-orang yang hidup tidak akan ingin berdampingan dengan orang-orang yang mati, mereka hanya mau menerima orang-orang yang hidup. Adapun mayat itu akan tetap di kubur di bawah tanah, walaupun ia adalah mayat orang yang terhormat”.
Jalan Dakwah.
Wahai saudara-saudaraku!.
Jalan dakwah itu dikelilingi dengan “makarih” (hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh, diusir dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam perhitungannya.
Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah yang terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da’i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini.
Berapa banyak orang-orang komunis yang mengorbankan diri mereka untuk mengadakan revolusi merah?? Berapa lama Lenin dipenjara dan dibuang? Dan betapa kagumnya kita saat ini dengan demokrasi barat? Bagaimana perundang-undangan Barat tersebut dapat menundukkan seluruh manusia! Bagaimana perundang-undangan tersebut dapat menyeret penguasa ke depan pengadilan, serta dapat menang atau mengalahkan kasusnya?. Undang-undang dan hakim tidak tunduk kepada (terbebas dari intervensi) siapapun. Cukup kiranya saya ambil sebuah contoh bagi anda, bekas presiden Amerika Serikat, Nixon. Ketika partai lawan hendak mengajukan tuntutan kepadanya dengan tuduhan bahwa Nixon telah memata-matai mereka selama berlangsungnya pemilihan, maka Nixon meminta maaf atas kesalahannya dan kemudian berlindung di balik panggung sejarah karena khawatir akan terjatuh di bawah kekuasaan undang-undang.
Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut ditegakkan dengan main-main? Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut datang dengan tiba-tiba? Mereka memperolehnya dengan pengorbanan darah serta tulang belulang para pemikir. Telah dibunuh tiga ratus ribu orang di tangan algojo dinas Intelijen, dan tiga puluh ribu diantaranya dibakar hidup-hidup. Mereka yang dibunuh itu ingin mengeluarkan orang-orang Barat dari cengkeraman gereja yang lalim dan membebaskan mereka dari belenggunya yang kuat dan kokoh.
Telah dibunuh Bruno, dipenjara Copernicus, serta disiksa Galileo, oleh karena mereka meneriakkan prinsip mereka dengan lantang. Tatkala Bruno diajukan di depan mahkamah gereja dan kemudian dijatuhi hukuman mati, hanya karena dia mengatakan bahwa bumi itu bulat, maka Bruno berkata : “Walau bagaimanapun bumi itu tetap bulat”. Walaupun terbukti bahwa bumi itu memang bulat, tetap saja dia dihukum mati.
Selama tiga abad berturut-turut para pemikir Barat berjuang, seperti Montesqueau, John Lock, JJ. Russou, John Liel dan lain-lain. Mereka telah banyak berkorban untuk mengeluarkan umat mereka dari doktrin pendeta yang bertentangan dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan. Pihak gereja menggiring manusia yang membangkang ke neraka penyiksaan dengan cambuk gereja yang kuat.
Dari sinilah, dan dari sebab ketidakmampuan mereka untuk mengadakan konfrontasi dengan pihak gereja, maka mereka berusaha membebaskan orang-orang barat. Untuk itu mereka menyeru orang-orang untuk mengingkari tuhan gereja dengan tujuan merobohkan gereja dan tiraninya yang bernama Paus.
Dua revolusi besar
Demokrasi yang dinikmati bangsa-bangsa barat sekarang ini bukan terjadi secara kebetulan saja, tetapi merupakah hasil dari orang-orang yang mau berkorban. Di jalan apa?? Mereka berkorban untuk menegakkan pemikiran mereka. Mereka tidak berambisi untuk mendapatkan Surga, dan juga tidak takut terhadap Neraka. Bahkan karena dahsyatnya derita yang mereka alami dari penguasa gereja, maka pada saat mereka menang dalam dua revolusi besar di negeri barat (bangsa barat telah sepakat bahwa dua revolusi besar itu adalah Revolusi Perancis tahun 1789 M. dan Revolusi Bolsyovia tahun 1917 M.) mereka mengumandangkan slogan : “Gantung raja terakhir dengan usus Paus terakhir”. Maksudnya adalah, sikatlah habis agama-agama dan raja-raja di bumi, karena mereka membahayakan manusia dan menghancurkan kemanusiaan. Belahlah perut Paus terakhir dan gantunglah raja terakhir dengan usus Paus. Ini adalah slogan dalam Revolusi Perancis. Adapun slogan dalam Revolusi Bolsyovia yang melarikan diri dari gereja dan kediktatoran kaisar adalah : “Tidak ada Tuhan dan hidup adalah materi”. Mereka tidk mengingkari wujud Allah, Darwin maupun Marxis (menurut apa yang telah saya telaah) tidak mengingkari wujud Allah, akan tetapi mereka mengingkarinya karena hendak menghancurkan gereja yang menyiksa manusia dengan ayunan cambuknya. Mereka lari dari penguasa gereja. Maka setalah itu timbullah atheisme di negara barat dan menyebar ke dunia.
Saya ingin mengatakan kepada kalian : “Tidak mungkin suatu prinsip itu bisa menang tanpa pengorbanan dan tanpa cucuran darah. Pernah orang-orang komunis di dunia Arab, yakni Yordania, dijatuhi hukuman mati oleh hakim pada tahun 1954. Hakim mengetuk palu dan memutuskan : “Mahkamah telah menjatuhi hukuman kepada saudara berupa kurungan penjara selama lima belas tahun”. Maka dia berkata lantang : “Hidup Rusia !!! Hidup Lenin !!!”
Maka apakah kalian mengira bahwa kalian dapat mempertahankan negara kalian yang lemah itu selama sepuluh tahun atau lima belas tahun? Para komunis itu adalah pengikut suatu prinsip yang tidak berharap kepada Allah, tidak mengenal Allah. Dunia mereka dan akhirat mereka adalah dunia mereka, jadi tidak ada akhirat buat mereka. Kendati demikian mereka berani berkorban demi keyakinan dan prinsip mereka.
Teladan Di Jalan Dakwah.
Dakwah Islamiyah telah menyumbangkan keteladanan yang tiada bandingannya. Telah banyak berkorban putra-putra Islam di atas jalan ini sepanjang sejarah. Darah mereka menjadi api obor bagi generasi-generasi yang datang sesudah mereka. Jika Hasan Al Banna telah dibunuh di jalan protokol terbesar di kota Qahirah, yakni di lapangan Ramses, dan kemudian dihabisi nyawanya di kamar bedah rumah sakit. Tidak ada yang menshalati jenazahnya selalin empat orang perempuannya saja. Namun darahnya telah menghidupkan generasi-generasi sesudahnya di bumi ini.
Jika Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Yusuf Thal’at, Handawi Dawir, Ibrahim Thayyib, Mahmud Lathif, Sayyid Quthb, Abdul Fattah Isma’il, Muhammad Yusuf Hawwasy, Shaleh Sirriyah dan Karim Al Anadluli serta yang lain dapat mereka bunuh, namun darah mereka tidak hilang sia-sia. Darah mereka laksana api yang menggelegarkan dada-dada generasi Islam yang berusaha untuk menegakkan Dien Allah.
Mengikuti jalan mereka sebelumnya Al Qassam, Sallamah dan Al ‘Izzu bin ‘Abdussalam serta yang lainnya. Mereka telah menerangi kita dengan nyala api untuk kita pegang dalam melangkah di atas jalan dakwah. Darah-darah mereka merupakan menara petunjuk bagi generasi-generasi yang mau mencari petunjuk.
Hamidah Quthb pernah bercerita kepadaku. Katanya : “Pada tanggal 28 Agustus 1966. Hamzah Basiyuni, Direktur Penjara Perang memanggilku. Lalu dia memperlihatkan surat keputusan hukuman mati bagi Sayyid Quthb, Hawwasy dan Abdul Fattah Isma’il, kepadaku. Lantas dia mengatakan : “Kita masih punya kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Ustadz (Sayyid Quthb), yakni dia harus minta maaf. Dia akan diringankan dari hukuman mati, dan sesudah enam bulan dia akan keluar dari penjara dalam keadaan sehat wal afiat. Kalau dia jadi dibunuh, maka demikian itu akan berarti suatu kerugian bagi seluruh dunia. Pergi dan bujuklah dia supaya mau minta maaf”.
Hamidah menyambung : “Lalu aku pergi menemuinya di penjara. Sampai di sana kukatakan kepadanya: “Sesungguhnya mereka mengatakan jika engkau mau minta maaf maka mereka akan meringankan hukuman matimu”. Maka dia menjawab : “Atas kesalahan apa aku harus minta maaf wahai Hamidah, apakah karena aku beramal di pihak Rabbul 'Izzati? Demi Allah, sekiranya aku bekerja untuk pihak lain selain Allah tentu aku akan minta maaf. Akan tetapi sekali-kali aku tidak akan minta maaf karena beramal di pihak Allah. Tenanglah wahai Hamidah, sekiranya umur belum waktunya habis maka hukuman mati itu tidak akan jadi dilaksanakan. Tidak berguna sama sekali maaf itu untuk mempercepat ajal atau mengakhirinya”.
Itulah jiwa yang dipoles iman!! Kekuatan macam apa ini!! Keteguhan hati macam apa ini!! Tali gantungan nampak di depan matanya, namun dia masih sempat menenangkan hati yang hidup atas qudratullah dan qadarNya.
Basyir Al Ibrahim mengatakan : “Pernah suatu ketika, aku berada di dekat raja Faruq (raja Mesir waktu itu). Aku mendengar mereka tengah berbisik-bisik tentang rencana pembunuhan Hasan Albana. Maka aku segera pergi menemui Hasan Albana dan kukatakan kepadanya :
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu”. (QS. Al Qashash : 20)
Maka dia menjawab : “Apakah engkau berfikir begitu (dia ulang tiga kali), ketahuilah :
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaq : 3)
Sesungguhnya kalau kematian sudah menjadi ketentuan Allah, maka kewaspadaan itu tidak akan dapat menyelamatkan”.
Teladan Dari Afghanistan.
Kita sekarang bersama bangsa Afghan yang telah memberi banyak contoh tentang kepahlawanan. Suatu kepahlawanan yang belum pernah terjadi dalam lembaran tarikh Islam selama lima abad terakhir ini. Sesungguhnya pengorbanan yang telah diberikan bangsa Afghan, secara keseluruhan tidak dapat disamakan dengan jihad dan perang bangsa-bangsa Islam pada abad-abad terakhir ini.
Saya belum pernah melihat kesabaran yang melebihi kesabaran mereka. Saya tidak pernah melihat bangsa yang lebih perkasa daripada jiwa mereka. Dan saya tidak pernah melihat bangsa muslim mukmin seperti mereka, yang tidak mau menundukkan kepala mereka kecuali kepada Rabb bumi dan langit.
Mereka tidak mempunyai persediaan makanan untuk kehidupan sehari-hari. Ada orang Arab yang kaya meminang anak gadis mereka. Namun mereka menolak menikahkan anak gadis mereka, karena jangan sampai ada yang mengatakan bahwa mereka menikahkan anak gadisnya pada masa kesulitan dengan orang-orang kaya.
Mereka mengisahkan kepada saya tentang seorang perempuan tua dari Propinsi Kandahar, yang melapor ke Mujahiddin : “Sesungguhnya anak lelakiku berkomplot dengan pemerintahan komunis untuk menyerang kalian. Dia pergi ke Kandahar untuk menunjukkan tempat berlindung kalian dan kamp-kamp kalian. Karena itu susul dan tangkaplah dia!”
Kemudian mujahiddin mengejar anak perempuan tua tesebut dan berhasil menangkapnya. Setelah itu mereka bawa ke markas dan kemudian mereka kirimkan lelaki tersebut kepada ibunya. Mujahiddin berkata : “Ini anak lelakimu, lalu apa yang harus kami perbuat dengannya?” “Ikatlah kedua kaki dan lengannya dan beri aku pisau yang tajam”, jawabnya. Maka mereka memberinya sebuah pisau. Kemudian perempuan tua itu berkata kepada anak lelakinya : “Ingatkah kamu pada hari dimana engkau mencaci Rasulullah Saw di depanku? Maka saat ini saya akan membalas dendam bagi Rasulullah SAW terhadapmu wahai kafir!!”. Kemudian dia menyembelih anak lelakinya dengan tangannya sendiri.
Belum pernah kudengar, belum pernah kudengar dalam sejarah seorang perempuan tega membunuh anaknya demi menegakkan prinsipnya. Kita telah mendengar tentang para sahabat (Semoga Allah meridlai mereka semua) bahwa mereka membunuh ayah mereka sendiri. Akan tetapi kita belum pernah mendengar ada seorang perempuan yang membunuh anaknya dengan tangannya.
Di Maidan, Propinsi Wardak bulan lalu Rusia mengadakan serangan –biasanya Rusia meningkatkan serangannya dengan gencar pada hari I’edhul Adha— mereka membantai semua yang hidup, dan tidak menyisakan penduduknya kecuali tiga puluh wanita. Yang lainnya mereka bantai habis.
Di sebuah desa di Propinsi Lugar, kaum komunis Afghan menyembelih empat puluh tiga orang yang terdiri para lelaki jompo, ulama, kaum wanita dan anak-anak, kemudian jenazah tersebut mereka bakar pada hari I’edhul Adha atau beberapa hari sebelumnya. Dalam pembantaian itu ada anak laki-laki berusia dua belas tahun bersembunyi di bawah tempat tidur. Orang-orang Rusia masuk ke dalam rumah dan menggeledah isiya. Secara kebetulan mereka mendapati Mushaf Al Qur'an, lantas mushaf tersebut dibanting dengan keras sebagai penghinaan atasnya. Tiba-tiba anak yang bersembunyi tadi bergerak dari bawah tempat tidur dan keluar ke depan Rusia yang membanting mushaf tadi dan memegang erat mushaf tersebut diantara kedua tangannya. Lantas dia berkata : “Ini adalah kitab Rabb kami, kitab ini adalah kemuliaan dan syiar kami”.
“Buang kitab itu!” perintah Syetan tersebut.
Maka dia menjawab : “Meski engkau potong-potong tubuhku, demi Allah aku tidak akan melepaskannya dari tanganku”. Karena hormatnya anak tersebut kepada agama ini, maka si Rusia pun menghormati anak tersebut. Lantas dia sembelih semua yang ada dalam rumah dan membiarkan anak tersebut tetap hidup.
Kita membicarakan orang-orang Afghan, mengenai yang negatif-negatif serta yang jelek-jelek saja. Adapun kemuliaan-kemuliaan mereka dan kelebihan-kelebihannya kita kesampingkan begitu saja. Kita tidak berbicara kecuali tentang perselisihan yang terjadi di Peshawar, kita tidak berbicara keculai tentang perselisihan antara si Fulan dengan si Fulan. Si Fulan mengambil sekian, dan si Fulan berdusta dalam hal demikian. Masuklah kalian ke dalam medan pertempuran dan lihatlah apa yang sedang dilakukan Mujahiddin? Kemudian setelah itu putuskanlah, apakah kalian mampu memikul sebagian beban mereka? Apakah kalian mampu hidup sebulan saja sebagaimana kehidupan mereka? Sungguh kalian tidak akan mampu mengerjakan yang demikian itu!.
Betapa banyak rumah tangga yang tidak tersisa di dalamnya kecuali seorang anak kecil saja. Ibu-ibu dibunuh, bapak-bapak dibunuh, pemuda-pemudi disembelih dan yang lain hilang di bawah reruntuhan tanah akibat bombardir pesawat tempur musuh. Perkara-perkara ini tidak disebarkan beritanya di dunia Islam, akan tetapi justru perselisihan yang terjadi antara dua atau tiga orang yang hidup di Peshawar lah yang banyak disebarkan. Padahal mujahiddin meninggalkan lembaran-lembaran sejarah yang bersinar. Lembaran sejarah umat manusia dengan pengorbanan darah, nyawa dan tulang-belulang.
Saya nasehatkan kepada kalian, sekali lagi saya nasehatkan kepaka kalian! Jika kalian ingin turut andil saham dengan saham kita di dalam jihad disini, dimana jihad fardlu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi sekarang ini untuk berdiri bersama di samping bangsa Afghanistan, dan fardhu ‘ain atas setiap muslim di muka bumi ini untuk mengangkat senjata melawan penguasa-penguasa lalim di muka bumi, fardlu ‘ain bagi setiap muslim di bumi ini untuk berdiri di sisi orang-orang Afghan. Jika engkau tidak mengangkat senjata di Afghan, maka berperanglah di lain tempat. Tidak ada alasan bagi seseorang, seperti ucapan Abu Thalhah ra. : “Allah tidak mau mendengar udzur seseorang”.
Saya nasehatkan kepada kamu sekalian jika ingin berkhidmat untuk jihad Afghan, maka :
Pertama : Janganlah kalian membawa perpecahan kalian dan perselisihan kalian di dunia Arab ke bumi Afghan. Cukuplah mereka menghadapi musibah, problema-problema serta perselisihan diantara mereka sendiri. Tanah ini bukan tanah kita, dan kawasan ini bukan kawasan kita. Saya mengira bahwa hati kalian menyukai membantu jihad Afghan, maka hendaklah kita mengangkat tinggi syi’ar ini, dan hendaklah kita semua menyatukan pandangan di atas syiar tersebut yakni : “BERKHIDMAT KEPADA JIHAD”. Adapun perselisihan kecil diantara kita, yakni khilaf dalam cabang-cabang Fiqih (masalah furu’iyah), atau perselisihan dalam hal cara pengamalan, apakah diambil dari madzhab ini atau dari madzhab itu, maka perkara-perkara ini harus dikesampingkan di medan perang ini.
Apakah kita menggerakkan ujung jari kita (dalam duduk tahiyyat) atau tidak, mengangkat tangan sesudah takbir atau tidak. Mengeraskan bacaan amin atau tidak. Si Fulan berasal dari tanzhim pimpinan Islam yang baik atau tidak, si Fulan dari negeri Arab sebagai imam atau individu.
Buanglah ini jauh-jauh dan kesampingkanlah. Sudah cukup penderitaan dan problema yang ada di medan ini, jangan tambah dengan keruwetan-keruwetan yang lain. Dan hendaklah kita semua bertemu untuk saling tolong - menolong di atas perkata yang telah sama-sama kita sepakati. Kita sepakat bahwa kedatangan kita ke sini untuk membantu jihad, untuk saling tolong menolong dalam rangka berkhidmat kepada jihad. Maka dari itu hendaklah kita perlu saling memaklumi terhadap obyek perselisihan. Janganlah kalian saling berbisik-bisik, saling intip-mengintip, saling kerjap-mengerjap, janganlah kalian saling berbicara rahasia.
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita”. (QS. Al-Mujadalah : 10)
Semua orang yang sampai ke tempat ini, lebih dari sembilan persepuluhnya datang dengan niat dan motif yang baik. Datang untuk turut serta dalam jihad. Sementara sebagian mereka ada yang tidak dapat datang karena terputusnya jalan (tak punya biaya). Masalah dunia terbentang di hadapan mereka. Sedangkan, mereka di negerinya atau di negeri mahjar hidup serba kecukupan dan terhormat sebagai pegawai atau belajar di perguruan-perguruan. Mereka tinggalkan itu semua dan datang untuk berkhidmat kepada jihad. Inilah yang menjadi dasar penilaian saya dan saya tidak peduli dengan kekeliruan mereka sepanjang masih dapat ditoleransi.
Tiadalah Rasulullah SAW mengumpulkan manusia yang rela berkorban demi membela dien ini melainkan dengan mizan kebaikan dan kesalahan. Ketika diketahui bahwa Ibnu Abu Balta’ah mengirim surat (memberitahu) kepada kaum musyrikin Quraisy tentang rencana Nabi SAW menyerang mereka, maka ‘Umar bangkit dari tempat duduknya dan berkata lantang : “Izinkanlah saya ya Rasulullah, untuk memenggal leher orang ini. Sungguh dia telah nifak”.
Beliau saw bersabda:
“Tidakkah engkau tahu wahai ‘Umar bahwa dia ikut serta dalam peperangan Badar. Boleh jadi Allah telah melihat (hati) para ahli Badar, lalu Dia berfirman : “Berbuatlah sekehendak kalianmu, sesungguhnya Aku telah memberikan ampunan bagimu”.(HR. Al Bukhari)[v]
Sungguh Rasulullah SAW telah memilih amal terbaik dari sahabat ini sebagai dasar pertimbangan untuk meredam gejolak kemarahan dalam hati ‘Umar dan para sahabat yang lain.
Para sahabat telah menyebar kemana-mana, dan semua orang yang mengikuti tidak berselisih dengan pengikut yang lain. Semua membawa riwayat dari riwayat-riwayat Al Qur’an dan huruf-huruf dari huruf-hurufnya (dialek dalam Al Qur’an), kendati demikian semuanya ikut serta Perang Yamuk, dan dalam penaklukan negeri yang kita injak ini (Afghanistan). Semuanya, para pengikut Hudzaifah, penduduk Syam, pengikut Al Auza’i, penduduk Kufah dan penduduk Bashrah, semuanya dengan qiraat mereka yang berbeda-beda, dengan imam yang berbeda-beda, semuanya satu pasukan di bawah satu qiyadah dan bertemu dalam satu tujuan, yakni berperang untuk meninggikan kalimatullah. Untuk itu marilah kita tinggikan syi’ar. Sesungguhnya kita datang untuk berkhidmat kepada jihad.
Sementara kita ini, setelah tinggal di Peshawar seminggu atau dua minggu berubah menjadi seorang pengamat politik dan ahli kemasyarakatan, memutuskan hukum begini, mengeluarkan fatwa begitu, menjatuhkan si anu, memperingatkan orang dari perbuatan si anu, namun sampai sekarang belum satupun peluru yang dibidikkan di jalan Allah 'Azza wa Jalla. Dan dia tidak tahu bahwa orang yang dia lihat di depannya itu telah menapak di atas jalan yang penuh kepedihan, darah dan air mata selama belasan tahun.
Marilah kita bertemu di dalam syi’ar : “Kami ingin berkhidmat kepada jihad”, dan marilah kita bertemu di dalam syi’ar lain “Meninggalkan perselisihan”, tolong menolong dalam masalah ushul dan meninggalkan perselisihan dalam masalah furu’iyah. Kita semua datang untuk berkhidmat kepada dien ini dan keluar dari negerinya berhijrah kepada Allah 'Azza wa Jalla.
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah”. (QS. An Nisaa: 100)
Sehingga seindainya kamu tidak mati dalam peperangan, selama kamu keluar berhijrah di jalan Allah, dan kamu mati di Peshawar, maka pahalamu telah tetap di sisi Allah. Maka dari itu janganlah kamu hapus pahala yang engkau dapat dengan memakan daging manusia, karena daging manusia itu beracun menurut kata-kata Ibnu ‘Asakir. Untuk itu jangan sampai engkau bertemu Allah, sedangkan lesanmu meneteskan darah dari darah manusia yang engkau hisap. Jangan sampai engkau bertemu Allah, sementara daging saudara-saudaramu berada diantara kedua gigimu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam suatu riwayat, ada disebutkan dalam atsar, yakni ketika dua orang sahabat mengatakan (terhadap seorang yang lain) sesungguhnya hamba ini tukang tidur, lalu beliau bersabda : “Sungguh kalian berdua telah makan daging sahabat kalian. Dan sesungguhnya aku, demi Allah, melihat dagingnya berada di antara kedua gigi depan kalian”.
Kedua : Kita bertemu untuk berkhidmat kepada jihad. Dan masing-masing bekerja di bidangnya sendiri-sendiri. Masing-masing dimudahkan untuk beramal sesuai dengan apa yang telah ditentukan baginya. Sebagaimana kalian semua tidak membuat penilaian atas penguasa di negeri kalian (dan tidaklah penguasa di negeri kalian itu lebih baik dari para pemimpin jihad), maka yang demikian itu tidak selayaknya kita menilai pemimpin jihad tersebut dengan pengamatan dan wawasan politik yang ada.
Ketiga : Kita bermaksud memperhitungkan kebaikan kaum dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita bermaksud mengambil hal-hal positif yang membangkitkan harapan dalam hati. Dan betapa banyaknya hal-hal yang positif itu, dan betapa sedikitnya hal-hal yang negatif itu. Maka janganlah kalian sibuk menghitung-hitung aib kaum muslimin.
“Wahai segenap orang yang hanya beriman di bibir sedangkan iman belum merasuk ke dalam hatinya. Janganlah kamu sekalian meggunjing kaum muslimin dan jangan pula mencari-cari aurat mereka. Karena sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aurat saudaranya muslim, maka Allah akan mencari-cari auratnya dan barangsiapa yang Allah mencari-cari auratnya, maka Dia akan menelanjangi auratnya itu meski di dalam rumahnya sendiri”[vi]
Jangan sampai kalian berbuat sesuatu yang menjadikan Allah mempunyai alasan yang nyata untuk mencari-cari aurat kalian dan membuka aib kalian serta menelanjangi dan membuat malu kalian meskipun di dalam rumah kalian sendiri.
Tiga poin, yang kita bertemu, bersepakat dan tolong-menolong atasnya : Pertama, kita lupakan perpecahan dan perselisihan kita di dunia Arab, dan kita campakkan perpecahan dan perselisihan itu di bumi Afghan ini. Kedua, kita datang untuk saling tolong menolong dalam jihad dan saling memaafkan terhadap apa yang menjadi perselisihan kita. Ketiga, menyebarkan hal-hal positif dan yang baik serta berdiam diri dari aib dan hal-hal buruk. Dan jangan memalingkan manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar hendak menyesatkan orang lain dengan nafsu mereka.
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan suatu perkataan yang dimurkai Allah Ta’ala, sedang dia tak menyadari bahwa ucapannya itu akan membawa akibat sedemikian jauhnya, yakni Allah menetapkan kemurkaan-Nya sampai hari Kiamat” (HR. Al Bukhari)[vii]
Berapa banyak pemuda yang datang ke sini dengan penuh semangat untuk berjihad, kemudia kalian palingkan dia dari jalan Allah dengan ucapan kalian. Berapa banyak pemuda yang sampai di bumi Afghan, kemudian mereka kembali ke negerinya dengan rasa sesal lantaran banyaknya apa yang kalian tanamkan dalam hati mereka berupa keburukan-keburukan yang telah kalian hafal, kalian kumpulkan, dan tak sedikitpun darinya yang kau lupakan! Kamu sekalian menyangka dengan perbuatan itu telah berbuat kebaikan, memalingkan manusia dari jalan Allah dan menyesatkan mereka. Sibukkanlah diri kalian dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian.
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada suatu kaum, maka Dia ilhamkan kepada mereka untuk beramal !!”
“Dan tiada tersesat suatu kaum yang telah mendapatkan petunjuk sesudah mereka saling debat-mendebat”[viii]
[i] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 1552
[ii] Riwayat pertama dinyatakan hasan oeh Albani, dan merupakan penguat bagi riwayat kedua
[iii] HR Shahih Bukhari
[iv] HR Muslim
[v] HR Shahih Bukhari (cuplikan)
[vi] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 7984
[vii] HR Bukhari
[viii] Shahih Al jami’ Ash Shaghir : 5633
Kembali ke Daftar Isi
Tidak ada komentar